LEBIH DARI ITU

  
Pagi ini belum tidur, tak bisa dan seperti biasa memang terlalu mainstream kalau tidur malam. Memang bukan tugasku di wajibkan tidur malam bangun pagi. Aku kira begitu. Jadi aku mengikuti saja apa kata alam. Atau mungkin juga apa kata Tuhan.
Pagi ini, selesai saya menyaksikan beberapa performa Benicio Del Toro dan selalu saja begitu terbius dengan seseorang boleh lah langsung aku melihat bagaimana sejarahnya, apa saja yang dia lakukan. Mungkin Sebastian Bacht bener, sejak mula dia membuat musik, belum ada yang mengapresiasi karyanya. Dia pun memaklumi keadaan masyarakat di jamannya. Karena beliau menyadari bahwa karyanya akan bermanfaat jauh ke masa depan nanti. Bukan saja untuk setahun dua tahun, tapi ratusan tahun mendatang. Begitulah pemikiran menembus batas sang visioner.
Seperti halnya, mungkin waktu saya kecil dulu terkagum-kagum dengan Jurrasic Parknya Spielberg. Karena jualannya adalah teknologi, dan keindahan kehidupan jutaan tahun yang lalu. Pohon-pohon, beserta binatang-binatang raksasanya. Kemudian Spielberg membuktikan karyanya. Ternyata keindahan aslinya bukan di situ, cintanya dia cuurahkan kepada Schindler List, Jurrasic Park hanya kemasan, atau baranng dagangannya. Dia sudah memprediksi, Job Jurrasic Park akan menguntungkan finansialnya, maka dia boleh menerimanya, agar dia bisa tetap menjalankan cintanya. Cinta harus di modali. Itu tepat sekali. Dan kamu tahu? Schindler List berjalan tanpa modal, dia memodali cinta nya dari koceknya sendiri.
Satu lagi : Benicio del Toro, mungkin aku pernah nonton dia di film-film nya yang lalu, tapi aku lupa, aku belum mengapresiasi karyanya, mungkin waktu itu aku masih seperti masyarakatnya si Sebastian Bacht, belum sampe hati dan pikiranku untuk mampu menerima keindahannya. beberapa tahun kemudian aku bertemu kembali dengannya di Sicario. Apa yang ku temui? Ke-wow-an yang mengakibatkan rasa ingin tahu yang besar dan mendalam tentang who is he? What he does? Lalu kutelusuri lagi. dan apa kalimat terakhirnya? = PANTAS SAJA. Memang dia pantas. Malah more than that. Yang aku buru adalah dia saat memainkan Che!! itu Pe Er.
Ngomong-ngomong tentang visioner, apa kabar dengan Arifin C. Noer dengan karya nya? Saya sangat yakin kalau beliau sengaja menciptakan Mega-Mega untuk-ku juga salah satunya ( banon sebagai Koyal ) untuk IKJ, untuk anak-anak yang mengikuti festival teater maupun yang pentas tanpa kompetisi. Dia sadar naskahnya di tulis di tahun 1967, dengan semangat 2020, bahkan MORE THAN THAT. Dia gila. bahkan Lebih dari itu. Aku sangat ingin gila seperti dia. Entah dari karya tulis, atau pemikirannya. Aku yakin dia berbuat sesuatu untuk ratusan tahun mendatang. Saat dia masih hidup, tugasnya adalah menjaga karyanya agar tetap terdokumentasi dengan baik. Terjaga. Terlindungi dari serangan hama. Sehingga yaaa, setidaknya ketika dia mendekati akhir hidupnya, sedikit banyak sudah ada orang-orang yang tersadar, pikiran dan hatinya sudah siap menerima karyanya, kemudian dilanjutkan lagi untuk menyebarkan keindahan dari karya itu. Entah darimana dia memperoleh pemikiran besar seperti itu. Lalu menjadi tugas kita untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya, siapa teman-temannya? apa yang dia baca? Siapa idola nya selain Muhammad dan Jesus tentunya?
Begitulah kekuatan sang visioner. Pikirannya melompati jaman. Bahkan ratusan tahun setelahnya. Lihat saja Ibnu Athaillah Sakandary, atau contoh mudahnya Chaplin, DIA GILA. dia selalu dianggap gila. Gimana tidak GILA? dia hidup di tahun 1900-an tapi Tuhan membuatnya berpikir dengan cara 2020 ( bahkan lebih dari itu ) Bagaimana bisa dibayangkan orang-orang di sekitarnya mampu menerima pikirannya itu? Hanya sedikit orang yang mampu. Kalau Tuhan membuat kebanyakan orang GILA semacam itu, mungkin dunia akan buru-buru kiamat. Jadi sengaja Tuhan menunjuk sebagian kecil umatnya untuk berpikir melampaui jamannya, biar disangka orang-orang NGGA WARAS. Setelah orang mengucilkan dan meremehkan dia, beberapa tahun kemudian, dia menjadi salah satu orang paling berpengaruh di BUMI ini.
Terlintas dalam pikiran beberapa detik yang lalu, sepertinya aku juga mengenal beberapa visioner ini sekarang. salah satunya adalah calon mertua ku. Dia menyimpan perabotan yang berumur ratusan tahun di rumah nya. Buat apa? Sejarah? Siapa yang peduli sejarah? aku pun sama sekali engga menyukai pelajaran sejarah waktu SMP-SMA. Tapi jangan salah, akhir-akhir ini, aku sadar tanpa sejarah tak ada masa depan. Meski terkadang we must forget the past, and dont think what may happen, just focus what happening now. Semua paham lah tentang itu. 
Waktu ke Kalimantan dalam rangka PILKADA beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengunjungi musium disana. Musium yang seharusnya berisikan benda-benda bersejarah. Memang terisi, tapi sebagian besar, benda-benda peninggalan nenek moyang kita, yang berarti “KARYA MEREKA” telah tiada. Kemana kah barang-barang ini pergi? Mereka menjelaskan kalau kebanyakan barang ini, mulai dari batu, alat perang, dan yang paling sakral (entah apa itu namanya) semua telah di beli oleh AMSTERDAM. Barang-barang itu ada disana. Yang pura-puranya adalah mereka yang merawat di dalam musium Indonesia disana. BULLSHIT!
Itu milik kita!! milik cucu-cucu dari nenek moyang kita. Mereka berpesan kepada kita INDONESIA, bukan kepada Amsterdam!! Kakek kita hidup di tanah kita,beribadah dengan cara kita, memakan apa yang kita makan, mengenakan apa yang kita kenakan. Apa pesan kakek kita untuk Amsterdam? Apa hubungannya? Ternyata UANG BERBICARA SODARA. Warisan kita telah dicuri. Warisan yang mungkin kita belum paham apa nilainya. Sedikit banyak mungkin aku juga “belum” paham. Tapi mudah-mudahan akan paham. Bahwa nenek moyang kita di INDONESIA banyak sekali yang memiliki pikiran besar seperti Ibnu Athaillah as Sakandary, Sebastian Bacht, Mozart, Arifin C Noer, atau setidaknya Benicio. Tapi gara-gara uang, kita rela pikiran dan perasaan nenek moyang kita di ambil begitu saja. Kurang lebih begitu kan? Semua barang-barang di musium itu adalah karya dari kakek nenek kita. Andaikan 10 abad yang lalu sudah ada komputer. Mungkin akan lebih banyak tulisan atau pesan yang mampu mereka sampaikan. Tapi lagi-lagi pesan tak hanya tertulis maka mereka menyampaikan lewat batik, lewat lagu-lagu anak yang entah siapa penciptanya ( anonim ) lewat ukir-ukiran kayu, pahatan batu, senjata keris, pedang, tombak, pakaian, lukisan dan benda berharga yang tak bisa di beli dengan apapun. Karena disanalah terdapat RUH, jiwa, pikiran perasaan mereka.
Maka tindakan calon mertua saya keren juga, bahwa dia memiliki kesadaran untuk menyelamatkan karya nenek moyang kita dulu, dia kolektor, atau seperti juga Pak Nasirun. Sepertinya banyak juga pemuda yang suka mengkoleksi. YAAh, mengkoleksi apa saja, Perangko, tutup botol, bahkan aku melihat sendiri Pak Nasirun menkoleksi kartu perdana ( voucher henpon ) dari tahun berapa sampai tahun berapa. Bukankah desain dari voucher itu adalah sejumput pemikiran manusia, yang entah dipengaruhi siapa, sehingga menjadi desain yang unik? Seperti lukisan yang berinovasi terus menerus dari jaman ke jaman.
Maksud dari para kolektor ini adalah untuk menangkap perubahan, menangkap apa yang sedang terjadi. Apa yang akan terjadi, atau kalau saya mencoba memahaminya. Mereka ingin menangkap apa pesan dari nenek moyang kita, banyak informasi yang masih terpendam. Dan siapa lebih cepat tahu akan lebih cepat menuju kepada KEPUASAN BATIN (yang belum tentu orang mengetahuinya). Semakin banyak yang kamu tahu, semakin banyak cara yang kamu peroleh untuk mencapai sesuatu. INFORMASI ITU SANGAT MAHAL KAWAN. Itulah kenapa buku selalu ada yang baru, televisi selalu menyiarkan hal yang baru, kreativitas dan inovasi selalu hidup ( karena itu juga bersumber dari Tuhan ). MANUSIA BOLEH MATI, tapi pikirannya akan selalu hidup, selalu berkembang, karena yang ikut mengembangkan adalah ya cucu-cucu nya itu sendiri. Cucunya sadar akan kebesaran para leluhurnya, maka dia wajib meneruskan apa yang telah dilakukan leluhurnya. Karena sang leluhur belum selesai melakukannya, badannya terbatas dengan waktu, sedangkan pikirannya melampaui badannya.
( awalnya aku tak tau ingin menulis apa, tapi dengan diringi musik orchestranya GLUCK = Don Juan, tangan berasa jalan sendiri menuliskan SESUATU. “Sesuatu banget”. bisa jadi, GLUCK lah yang menyuruhku menulis ini, lagi-lagi dia berpesan lewat musiknya, tanpa lirik, tanpa tanda, tapi dia menyalurkan energinya dengan nada, memang semua tak bisa dijelaskan gamblang. SEBARKAN SAJA SUASANANYA )

– cilangkap 8 januari 2016

Rumah Sehat


Energi tersedot oleh pembicaraan orang-orang di sekeliling tentang Dimas Kanjeng, tentang Mirna, tentang sesuatu yang sebetulnya tak pernah aku peduli. Sebab sengaja memang aku tak beli televisi, juga kadang berpuasa media sosial. Sosial dan kelompok seolah memaksa kita untuk memikirkan sesuatu yang tak perlu dipikir, informasi yang tak harus diketahui. Mereka memperlihatkan sesuatu yang tak patut kita lihat, lagi lagi pendengaran kita di tolehkan pada suara dan bunyi yang sama sekali tak manfaat. Kerinduan dengan Tuhan terlupakan, kerinduan bersama kasih Tuhan di kesampingkan, waktu kita terserap oleh hal-hal NOL BESAR. 
Tubuh ini serasa sadar sama juga seperti semen, persis seperti tembok, bisa di raba, bisa di pegang, bedanya semen tak punya nyawa. Tapi manusia punya. Itulah kenapa banyak pertanyaan, gimana rasanya bila kita keluar saja dari tubuh berlumuran soda ini? ( soda gembira? ehehe. melakukan soda memang menggembirakan, soda entah dosa, tak ada bedanya ) bah…😁
Dan kini, saya bukannya sakit, cuma dua orang di sebelah kiri dan kanan saya yang tubuhnya sakit. Di kanan saya kakak kandung saya sedang operasi karena usus nya buntu, atau kata dokter seperti ada jerawat yang pecah di usus, jadi nanah nya berlumuran sampai mengakibatkan lengket antara satu dengan yang lainnya. Di sebelah kiri saya Ibu kandung saya yang kemarin turun dari motor kakinya masuk lubang di depan rumah, bengkak, tapi masih kuat. Jalan lompat satu kaki dirumah hingga sorenya kerumah sakit, di rontgen lalu dinyatakan patah di dekat kelingkingnya. Cukup parah…tapi wanita tangguh ini terus kuat. Tuhan memilihnya untuk membesarkan saya dan kakak kakak saya untuk menjadi manusia seutuhnya.

 

Saya rebahan dirumah sakit aisyah Bojonegoro. Menunggu. Menemani mereka berdua bersama ponakan saya = Yaya. Yaya sangat dekat dengan Mbah Yi nya ( Ibu Kandung saya ). Dia justru agak cuek sama mamahnya sendiri. Sepertinya memang harus begitu. Tak ada salahnya. Waktunya memang banyak di habiskan bersama kasih ibu saya, bukan ibu nya sendiri 😀 masuk akal.
Istri saya sedang di Bandung. Semoga bisnis nya lancar. Amin 🙏🏻😇. Sebegitunya dia mencintai saya, sehingga siapapun, bahkan apapun dia cemburui. Mungkin lumayan ekstreme. Tapi saya sebagai suami tentu mengingatkan. Cepat atau lambat diantara kita tentu akan dimiliki oleh Tuhan, kembali atau di paksa kembali untuk masuk surga kasih-Nya. Jangan cemburu sama Tuhan. PR kita justru mencintai-Nya, itu sudah. Tapi kenyataannya cinta kita masih terbagi bagi, untuk roti, untuk tempe, untuk keluarga, ibu anak, dan lainnya. Bukan tidak boleh dibagi, tapi hendaknya ya sadar bahwa, semua alasan cinta, sumbernya langsung ke Tuhan. Semua sumber kebahagiaan adalah bersama-Nya. Tidak bisa tidak… Kalo tidak justru malah tidak bisa 😀😘
Bukan apa-apa bukan untuk siapa-siapa. Menulis begini hanya untuk terapi saja. Seperti halnya Habibie juga menyembuhkan diri nya melalui kegiatan menulis. Mungkin tubuh saya tidak sakit. Tapi jiwa saya sakit. Rindu kehadirat-Nya. Kangen masa kecil. Pengen mikir yang indah indah kok rasanya cemen. Itulah kenapa buku buku sakti selalu saya lahap. Kadang entah tertelan atau ngga, yang penting kunyah saja dulu. Tentu saya paham, semua buku yang saya baca, lupa apa isinya setelah khatam. Seperti juga semua makanan selesai kita menelannya lupa juga kenikmatannya. Manfaat nya bukan untuk sekarang, mungkin sejam lagi, atau boleh jadi sehari kemudian, seminggu berikutnya atau setelah setahun. Biarkan mengendap, ibarat kopi yang sudah turun di dasar gelas. Semua engga keruh, kopi siap disantap lezatnya. Tentu beda bila kopi masih belum larut, atau masih di aduk aduk ampasnya, belum mengendap. Kalo langsung diminum bisa tersedak di tenggorokan.
Disini, saya menangisi orang lain, menangisi saudara saudara itu, memang bukan pertama kali, cuma jarang sekali merasakan kenikmatan mendoakan saudara saudara kita ini. Karena kita terlalu sibuk berdoa untuk diri sendiri. 
( mengibaratkan ) 

#CHORUS

Aku melihat malaikat bertubuh manusia menolong orang lain, yang ku rasakan malaikat itu ternyata bisa juga lapar, bisa juga butuh makanan, tapi ternyata “dunia” tidak mengijinkannya untuk mencari “uang” . Ingin ku bantu dia, ku tolong dia, tapi uangku di atm pun tinggal 300 ribu. Akhirnya mikir gimana aku makan nanti di Jakarta, seolah ga percaya sama Allah sang pembagi rizki. Yang kupilih kemudian mendoakannya, menangisi malaikat berhati putih bertubuh orang, waktunya dia habiskan melayani orang lain, menyuapi orang sakit, meski makanan itu bukan dari nya, tapi dari uang orang lain. Dan tangannya lah yang mengantar masuk makanan itu kemulut orang lain penuh kasih sayang. Dia yang menemani orang sakit sampai orang ini menemui ajalnya, dikubur. Dia yang kerokin orang. Dia yang nanyain dokternya kapan ngecheck, suster diingetin ganti kapas, ac kurang dingin. Aku melihatnya. Aku betul betul melihatnya. Kemudian aku berusaha meyakinkan orang lain atas apa yang ku lihat. Namun mereka tak percaya. Seandainya mereka melihat apa yang kulihat.
Penglihatanku ini lalu kusalurkan lewat seni. Biar mereka merasakannya. Tak usah mengerti. Tak usah percaya. Tak usah paham. Aku harap mereka ikut merasakannya…melihatnya bukan menggunakan mata, tapi BATIN nya..

#Bojonegoro 17 Okt 2016

RIDHA


RIDHA
Orang yang RIDHA suka cita bilamana ia melihat akan sekelilingnya, timbullah kesenangan dan gembira. Kesenangan dan kegembiraan hati Ini adalah pangkat menuju BAHAGIA. RIDHA menghilangkan cela dan aib. Lantaran RIDHA telah dekat di hati terlebih dulu, maka kalau ada cela itu akan lupa di pikiran ; kalau ada cacat, cacat tidak akan teringat.

Hal ini bukan lantaran kebodohan dan kegilaan, tetapi sudah dasar RIDHA demikian adanya. RIDHA memang tabiatnya PEMAAF.
Cobalah perhatikan orang yang cinta kepada anaknya yang masih kecil. Lantaran cintanya dia RIDHA anaknya kencing di atas pangkuannya, padahal dia sendiri sedang makan. Cinta dan RIDHA kepada istri membawa badan larat, berhilang kampung dan negeri untuk mencarikan baju dan kain. Cinta kepada tanah air menyebabkan orang RIDHA dibuang, diasingkan, bahkan mempermainkan jiwa. SEMUANYA DENGAN RIDHA.

Itu bukan cinta buta, bukan kegilaan dan bukan lantaran kurang pertimbangan, tetapi RIDHA yang menjadi sebabnya. Maka RIDHA kepada Tuhan adalah pohon dari segala pelajaran yang tersebut di atas tadi.
RIDHA kata ahli ilmu pendidikan timbul dari “Athifah”, yaitu perasaan halus ( rasa kasih dan sayang ). RIDHA menerima kekayaan dan kemiskinan, kekayaan dan kepatahan perjalanan, maksud hasil dan hasil, umur panjang dan pendek, badan sehat dan sakit. Semuanya tidak ada perbedaan, sebab dia telah tenggelam dalam kebahagiaan karena RIDHA, sampai lupa segala-galanya.
Tetapi hati yang BENCI, yakni lawan dari ridha. Baginya semuanya tak baik, yang baik sekalipun baginya masih kurang baik, yang telah cukup masih belum cukup. Sedangkan menghargai hikmat Tuhan dia tak sanggup, apalagi menghargai sesama manusia. Barang bagus yang kelihatan olehnya, ialah cacatnya. Dia pengutuk, pengeluh, penyesal dan senantiasa tiada puas. Tidak ada kepercayaan pada dirinya, usahkan kepada orang lain, apalagi kepada TUHAN.
Keika kaya dia masih merasa miskin, sebab dia selalu miskin. Di waktu sehat dia masih merasa sakit, sebab itu tak pernah sehat, di waktu senang dia masih merasa susah, sebab itu dia tidak pernah senang.
Tidak perlu kita tarik keterangan lebih panjang tentang perasaan BENCI, kecewa itu. Karena kekecewaan itu salah satu sebab-sebab yang besar dari kehinaan, yaitu lawannya BAHAGIA.

RIDHALAH YANG MEMBENTUK PENGLIHATAN KITA ATAS ALAM INI SEHINGGA KELIHATAN INDAH, CANTIK DAN MENENTRAMKAN HATI.

#BUYAHAMKA ( Buya Hamka )

Jakarta Pemaaf

Mayoritas manusia yang kuat tinggal di Jakarta adalah orang-orang sabar lagi memaafkan. Jadi bila anda ingin tahan banting di Kota ini, anda harus punya mental “PEMAAF”. Bagaimana tidak? Setiap hari anda akan bertemu dengan yang namanya rem mendadak, itu apabila anda naik motor atau mobil saat bepergian. Lebih-lebih kalau anda naik angkot, siap-siaplah earphone untuk mendengarkan musik didalamnya, anda harus sadar, waktu yang anda buang di angkot bisa 3-4 jam lebih dalam sehari, meski jarak tempuhnya sangat amat dekat. Kita bisa bilang, “seringkali” JALAN KAKI itu lebih cepat dibanding naik angkot. Mungkin akan sama ketika si pejalan kaki ikutan NGETEM seperti halnya angkot. Kalau sudah begini kepada siapakah anda harus memaafkan? Ooooh banyak sekali, jangan salaaah….MENTAL MEMAAFKAN ini akan sangat berguna disini. 
Saat dijalan, semua orang itu bersalah, dan andalah yang benar, maka dengan pemahaman seperti ini, anda harus memaafkan semua orang yang bersalah ( meski belum tentu juga ). Di dalam diri anda ada algojo, di dalam diri saya juga ada, di dalam diri anda terdapat iblis, di dalam semua orang ada, semua orang ada keinginan untuk marah dan memukul orang, seperti saya juga gitu ehehe. Tapi jangan lupa, di dalam diri kita juga terkandung sifat-sifat Tuhan yang MAHA PENGASIH lagi MAHA PENYAYANG. Tentu meniru iblis lebih mudah dibanding meniru Tuhan. Bukankah melepas marah itu lebih gampang di banding menahannya? Bukankah “ingin” memukul orang lebih mudah dibanding memaafkannya? 
Sungguh harga diri ini akan jatuh apabila mengikuti sifat-sifat tidak terpuji seperti itu, kita harus bertahan untuk bisa MEMAAFKAN, dan meniru sifat Tuhan untuk lebih MENGASIHI dan MENYAYANGI. Meskipun dalam hati “ingin” menjitak kepala supir angkot yang ngetem dua jam, “ingin” menabrak mobil mobil yang parkir sembarangan di gang gang sempit, “ingin” mencekik leher para pengklakson di belakang karena mereka tidak memahami kesusahan kita. Tapi saya harap ingin ini ingin itu banyak sekali hanya berakhir kepada “ingin” dan tidak langsung direalisasikan. Karena semua ingin yang segera direalisasikan itu resikonya besar sekali. Aksinya pendek, tetapi akibat yang kita hadapi bisa berlarut larut dan berYEARS YEARS.
Tentu setelah anda mengabulkan semua keiginan yang berisiko itu, tak jarang justru andalah yang masuk kantor polisi, mendekam, atau anda yang tidak selamat karena resiko “AMARAH TAK TERKENDALI” ini menular di banyak orang, kemudian malah anda yang terkena dampaknya. Lalu anda sendiri yang terbuang dari Kota Tercinta ini.
Maka, Pertama-tama santai saja, kedua-dua woles dan ketiga-tiga relaks. Saat dalam perjalanan, telat pun tidak apa-apa yang penting adalah selamat, macet tidak apa-apa yang utama sehat berkegiatan, angkot yang terlalu lama ngetem juga tidak jadi soal, sebab keluarga supir angkot itu LEBIH membutuhkan uluran tangan anda, berupa terbuangnya sedikit waktumu demi nafkah sang supir yang tidak seberapa. Begitulah saudaraku, teruslah MEMAAPKAN kalau anda ingin kuat dan terus lanjot fokus pada kegiatan anda. LUPAKAN-MAAFKAN-BERKEGIATANlah lalu berguna untuk bangsa

#CROTBANON

LEPORELLO IJAB

  
LEPORELLO IJAB
Hari ini tanggal 17 Maret Kamis pagi jam 02.24 , Nama saya Banon Gautama and this is MY BLOG!! Sok biasa bikin VLOG ( Video Blog ) Sekarang bikin BLOG ( Berontak Logika Otak Gautama ) Iya dah. Sekarang saya berposisi di Bojonegoro, Kota kelahiran tercinta di hati dan besok saya IJAB QABUL!!!
Yohoooooo…apa apa apa? Seneng? Banget lah. Naik kelas itu seneng, meski takut. Tapi banyak senengnya daripada Takut. Muhammad pernah baca Quran, Muhammad pernah Puasa, Muhammad pernah juga sholat 5 waktu, dan untuk sekedar pernah, saya juga “pernah” melakukan apa yang dilakukan oleh Muhammad SAW orang yang dicintai Allah SWT, juga di cintai sebanyak-banyaknya manusia. Satu yang aku belum pernah, yaitu Menikah! Sedangkan Muhammad juga menganjurkan untuk “mem-follownya”, beliau menikah-Saya besok ijab, yang berarti juga menikah dan memfollow ajarannya. Betapa senang hati di jiwa raga sanubari pikiran dan seluruh badan yang terdiri atas tubuh, kaki, kepala tangan pundak dan lutut, emm maap saya tidak bisa menyebutkan satu-persatu saking saya bahagia. Begitulah, seluruh organ tadi merupakan tentara saya dalam menghadapi lembut kerasnya dunia. ihihihihih
Dibalik kebahagiaan saya, ada pula kesedihan yang telak sekali, panjang besar dan dalam. Bersama kesulitan sekaligus datang kemudahan, bersama kebahagiaan bareng bersama kesedihan. Kakek saya meninggal seminggu yang lalu, semua berduka. Bukan berarti kepergian ayah kandung Ibu saya ini tidak “ter-OPLOS-i” oleh perstiwa kebahagiaan pernikahan saya. Dan lagi = kedua orang tua saya baru saja bercerai. Begitulah saudara, dimana mereka berdua bercerai, lalu saya menikah? Ngeri? Banget. 
Tahun lalu di bulan desember, Ibu saya menangis sejadi-jadinya, tanpa saya tahu sebab. Tentu dari kecil saya tahu “bagaimana” kisah mereka berdua (ayah-ibu). Karena dia cuma menangis, maka saya mendengarkan. Dan waktu itu juga aku terdiam di kamarku yang sering aku inapi waktu aku SMA. Aku sendirian, aku tak tahan, kemudian keluar, menangis pula aku. Wajar, perpisahan mereka berdua agaknya memukul batin saya. Tidak heran. 🙄
 Cuma nulis, inilah sebenarnya yang aku ingin kan dari Kakek-ku. Seenggaknya sebelum dia dikubur didalam tanah, aku ingin membaca tulisannya. Entah tentang apa. Apapun itu aku akan baca. Itulah peninggalan. TULIS KEK! Aku ingin ngobrol sedikit saja, apa yang kamu rasa dan apa yang kamu tahu, memberikan ku ilmu, untuk bekalku sewindu dan terus anak cucu.
Inilah kenapa saya juga berniat MENULIS BEBAS, terus menerus, YANG PENTING TERUS. Ini juga yang aku ingin kan kepada teman-temanku yang lain untuk terus menulis pikiran-pikirannya. Tanpa takut tak dibaca, ga harus di cetak di kolom-kolom atau harus jadi BUKU, ngga musti melibatkan GRAMEDIA, atau perusahaan cetak manapun. Menulis! Itu saja. Untuk anakmu, untuk cucumu. Untuk Allah…
Ya, menulis untuk Allah, bukankah Allah Maha Membaca? Lihat saja, Dia juga suka menulis, menulis di Taurat, Zabur, Injil, Al-quran. Dia juga menulis dengan tinta alam. Dia menulis tak selalu menggunakan pena, sebab tulisan-Nya boleh jadi berupa = Macan makan Rusa. Ibu yang melahirkan, Negara perang, pembantaian massal, film hollywood, boliwut, dan apapun.

 Apapun kejadian yang ada di muka bumi ini adalah TULISAN ALLAH.
Emang Doi keren sik. Maha keren malah. Ngga bisa kalo apa-apa ngga bahas Dia. Iyalah, daripada bahas nikahnya Raffi Ahmad yang 3 hari live di Tivi, daripada bahas perseteruan Julia Perez dan Dewi Persik? Gimana itu? Iya maklumi saja. Masih banyak yang takut dan Tabu untuk bahas Allah SWT. Padahal Semakin sering kita membahas Dia, ngomongin Dia, itu ibarat ZIKIR! Ya tentu saja gimana caranya kita membahas yang baik-baik saja. Kan memang Tuhan Maha Baik, Maka kita harus selalu dan always berpikir positif kepada Allah.
Tuhan selalu ( maha ) mengasihi dan menyayangi kita, sedangkan sayang kita pada-Nya masih kita bagi sama pacar cabai-cabaian, kasih sayang kita pada-Nya, masih terbagi dengan kerjaan-kerjaan kita yang menumpuk. Kita mengasihi dan mencintai-Nya masih juga kita bagi lagi bersama suami istri kita, orang tua kita. NGERI? BANGET.
Mohon Maap, saya udah ngawur. Permintaan maap saya bukan cuma untuk manusia pembaca tulisan ini, tapi juga untuk Tuhan yang MAHA PEMAAF. 🙂
Sayangnya saya suka ngawur, setiap hari saya ngawur, dan insya Allah setiap hari pula terucap dimulut saya IHDINAS SIROTOL MUSTAKIM ( tunjuki saya jalan yang lurus Tuhan ). Ngawur, lalu solat ngucap itu, besok ngawur lagi, solat lagi ngucap itu, terus menerus sampai sidang terakhir saya berjumpa dengan IDOLA SAYA di AKHIRAT = ALLAH dan Muhammad! 

Betapa bahagianya lagi? Apapun hasil sidangnya, saya tetap akan bahagia, karena saya sudah bertemu. Betapa bahagia Kakek saya sudah bertemu dengan Muhammad dan Allah di sana. Tak perlu mikirin lagi urusan birokrasi sewa gedung buat pentas, ngga mikirin omongan-omongan orang yang selalu ngeremehin kita karena ngga punya duit, ga usah ribet ijin tanda tangan tokoh-tokoh “ahli tidur” di kantor DPR dan MPR. Saya tahu tidak semua orang BERBAKAT TIDUR di kantor itu. Tapi tetep aja beberapa dari mereka mempunyai talenta itu, dan sebagiannya lagi BENAR-BENAR BERTARUNG UNTUK RAKYAT, melindungi rakyat, dan mencintai rakyat dengan darah dan jiwanya. ( ehem, bener ngga sik? semoga ye )
Samalaaah kayak KIAI CABUL, padahal kan ngga semua kiai cabul? Akhirnya ada beberapa orang yang mencap semua KIAI CABUL. Sama juga kayak orang-orang benci POLISI, padahal lagi, tak semua polisi patut dibenci. Tapi ingat, bencilah SENIMAN. Ketika SENIMAN dibenci, disitulah dia merasa terpuji. Seringkali begitu. Emang kebanyakan seniman kan sinting. Sinting positif sinting negatif urusan nanti. Karena HAKIKATNYA SEMUA MANUSIA DI BUMI INI adalah SENIMAN. Ahahahahaha…
Kok omongan saya makin ngawur ya? Tadinya saya mau nulis persiapan apa aja yang saya punya untuk ngejalanin IJAB KABUL besok. Tapi sepertinya itu jadi rahasia pribadi saya sajalah. Biarkan dag-dig-dug ini milik saya seutuhnya. Jangan banyak dipikir, langsung JALANIN! Orang yang berpikir belum tentu besok menjalani. Orang menjalani hidup otomatis dia sambil berpikir. Itu ngarang sik. 
Pesan saya, ( padahal saya yang harusnya dapat nasihat dari temen-temen yang udah nikah ) kita semua harus berdamai, berdamai dengan semua, jangan gampang percaya. Percaya pada diri sendiri boleh (proporsional) Tapi kadang penting juga ngga percaya sama diri sendiri, supaya bingung. Bingung berarti akan terus melakukan pencarian, dan siapa yang melakukan pencarian (penelitian-pemburu informasi) biasanya akan menemukan jawaban dari kebingungannya. Setelah puas, dia akan bingung lagi, trus mencari lagi. Begitu seterusnya. Selanjutnya tinggal kita mencintai semua orang tak terkecuali. Pilih jalan “mengasihi”,meski yang lain membenci, susah? Banget. Tapi harus!. Kalo benci kamu balas benci, kalo orang ngga kamu maapkan, resiko besar akan terjadi. Bunuh membunuh, cabik mencabik, jahat-menjahati. Mana ada istilah pengenalan Tuhan dengan sifat-sifat seperti itu? ( Tuhan lagi yang dibahas ). 
Beliau SWT selalu tampil dengan sifat MENGASIHI dan MENYAYANGI ( RAHMAN dan RAHIM ). Itu pula selalu kita ucapkan. Maka pilihlah jalan itu, yes JALAN YANG ITU! TIRULAH TUHAN UNTUK TERUS MENGASIHI dan MENYAYANGI. Sebagaimana Tuhan memilih jalan itu untuk memperkenalkan dirinya kepada MANUSIA –> ciptaannya yang paling sempurna. ( sempurna apaanya? merusak bumi sampai LGBT dilakuin kok dibilang sempurna )

lalu TUHAN mampir ke telinga saya berteriak pake megaphone ” GUE LEBIH TAHU DARIPADA LO!”
-_-

LUMPUH

  
Kaki diciptakan Tuhan yang primernya untuk kita gunakan berjalan, sekarang malah terbalik, kita malah malas pakai kaki. Lebih bangga naik motor dan mobil sebagai alat transportasi. Justru malu kalo keliatan orang kita sedang jalan kaki. Beloknya tentang harga diri, kebanggaan, apa ngga bangga punya kaki? Apa malu gitu punya kaki? Meski memang sik, punya lebih dari kaki itu sebuah prestasi, tapi ya mbok jangan lupa kalau kaki itu juga merupakan sebuah kekayaan TERbesar.
Seharusnya motor mobil itu digunakan sesekali setelah puas memanfaatkan kaki. Bukannya makin menjadi-jadi trus sama sekali ga pernah olahraga, mendayagunakan segala macam pemberian Tuhan ini. Eh malah jadi lupa tiap harinya naik motor, mobil, paling-paling cuma nge gas, nge rem, jadi gimanna begitu. sia sia sepertinya Tuhan bikin kaki. Naudzubillahimindzalik. 

Tapi sadar atau ngga sadar, Tuhan akan memaksa kita suatu saat nanti untuk memiliki sebuah kegiatan agar semua yang Dia ciptakan itu tak ada yang sia-sia. Karena memang kenyataannya begitu. Misalnya orang kantor yang rutin tiap pagi berangkat, tentu dia akan jalan kaki entah sampai garasinya untuk mengeluarkan mobil dari rumahnya kemudian balik lagi nge gas nge rem, sampai lah dia di tempat kerjanya. Jalan kaki lagi, menuju lift, duduk, ngetik, jalan kaki lagi buat lunch, selese jalan kaki lagi menuju kantor, tak ada kegiatan yang tak menggunakan perangkat ciptaan Tuhan. Semuanya,. Tak satupun. Hakikatnya memang begitu.
Tapi liatlah sebentar kalo mau tengok keadaan sebenanrnya, KENYATAAN MEMANG LEBIH ANEH DARIPADA CERITA FIKSI. Seringkali begitu. Orang mau keluar dari mobil, sudah ada yang membukakan pintu, tas koper, laptop sudah ada yang membawakan yaitu asistennya, berjalan dikit tak perlu susah payah, sudah dimudahkan eskalator. Pulang jalan kaki masuk mobil tangan tak perlu kerja, pintu mobil sudah ada yang membukakan “lagi” (seolah tangannya sendiri tak berfungsi, naudzubillahimindzalik ). Dia tinggal duduk disamping pak sopir yang sedang bekerja melewati indahnya Jakarta. Naik mobil istimewa kududuk dimuka, dimukanya maksudnya diwajah =nya pak sopir. Kita kentuti saja pak sopir ya. 
Sesampainya dirumah, tinggal pencet klakson, otomatis pintu gerbang segede raksasa itu terbuka dengan sendirinya, pake machine rupanya. Mendarat dirumah, pengen kopi tak usah repot tangan dan kaki mondar serta mandir. Itu semua sudah diantar didepan mata kita. Tinggal menyeruputnya. atau bisa jadi saat kita menyeruput juga diseruputin, disuapin, merokok disumetin, dirokokin, maksudnya dia ngga ikutan merokok, orang lain yang merokok dia sendiri ngeliatin.
LUMPUH. Orang banyak yang cacat dan lumpuh, tapi bangga. Semua kekuatan dan kekuasaan sudah dilimpahkan pada juniornya, atau pembantunya, dirinya tak usah ngapai2in, kalo perlu jalan kaki juga dijalanin sama SEGWAY. Betul pak? LUMPUH. Orang pengen lumpuh aja harus beli MERCEDEZ BENS, bang bens. Demi sebuah kehormatan , nama baik, entah di sebelah mana baiknya namanya dia, yang penting tak terlecehkan, padahal tanpa dilecehkan sebenarnya dia sudah LECEH banget. Karena seringkali pada akhirnya, dengan kekuasaan dan kekuatannya dia akan mempertahankan itu semua dengan segala cara. Kalau perlu membunuh. Semua orang dibunuhnya, seakan dia akan hidup selamanya di dunia. HIDUP DENGAN KELUMPUHAN HATI DAN BADANNYA. Naudzubillah himindzalik. Astagfirullah

KOYAL

  

Bermain peran ternyata cukup melelahkan, salah satu peran yang saya mainkan adalah Koyal untuk naskah Mega-Mega punyanya Om Arifin C Noer. Beliau akan selalu jadi idola para anak teater. Terimakasih Om, sudah memberikan saya peran ciptaanmu ini. Koyal ini peran sinting, gila sableng, orang dewasa yang memiliki kebutuhan khusus, alias sebenarnya dia agak kurang waras. Tapi masih mampu bergaul dengan manusia. 

Seperti kebanyakan orang yang memiliki problem, Koyal juga punya, malah sepertinya agak pelik dia. Dia kebanyakan mimpi, berimajinasi, namun langkah perwujudan mimpinya hanya berjudi, berjudi togel, berjudi lotre, berjudi apa saja, karena aplikasi di zaman sekarang peran ini bisa kita liat pada banyak orang. Berspekulasi, contohnya orang yang masuk kuliah dengan jurusan yang mungkin tak sepadan dengan kemauannya, tapi apa sama kemauannya dengan kemaunNYA ( Tuhan ). Bisa ngecheck? apakah ini kemauanmu atau kemauanNYA? kalau kamu bisa ngecheck berarti termasuk sakti kamu. Mungkin juga kamu adalah salah satu wali. Entah wali nikah, wali murid atau walikota, itu nanti. Yang penting Wali. Bukan ST 12 itu saja sik. ( Bangsat, ngelawak gue )
 Biarin, supaya ngga stres nulis musti bebas ( freeman = preman ), ngga harus seperti apa yang kamu pikirkan, ngga harus seperti yang kamu pengen kalau aku curhat ditulisanku ini, mau nulis begini ya terserah penulislah. Kamu mau baca bebas, ngga baca ya saya ngga peduli. SAMA SEKALI.
AHAHA. 

Namanya hidup ini kan bergiliran lah ya. Sekarang sok-sok nya aja motor yang kamu pakai ini kamu punya, tak lama juga giliran rongsokan yang punya, sok-sok tanah yang kamu tinggali ini kamu punya, lama-lama giliran anak cucumu yang akan nempatin. Sok-sok kamu duduk ataupun tiduran di sofa /  kasur sekarang ini, sofanya kamu punya? Besok juga akan bergiliran orang lain yang duduk disitu, tiduran disitu. Ternyata semua memang bergiliran. Kita tak mungkin tetap.  Yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Jadi ya sok-soknya ya aku tak ikutan memiliki tokoh kita : sang KOYAL, biarin aja dia hilang, aku membiarkan atau memberikan kesempatan bagi teman-teman yang lain agar ikut merasakan apa yang KOYAL rasakan, ikutan merasakan bagaimana menangis didalam keterpurukan dan kehilangan, menangis sekaligus tertawa dalam kepahitan, gembel, kurang makan, mimpi gila, cape mimpi, mewujudkan nya hanya dengan MIMPI-MIMPI imajinasi, khayal = KOYAL, tak ada yang masuk akal. Seringkali begitu. 

Fanny Fadilah sudah pernah merasakan, Oding Siregar pernah merasakan, Ronny Marchiano pernah merasakan, Banon Gautama pernah sedikit banyak merasakan, hehe. Sekarang bebas siapapun boleh merasakan. Capai kawan.
Semua peran nanti akan berganti, lihat saja James Bond dari tahun ke tahun tentu akan digantikan orang lain lagi dan lagi. Cerita boleh dari Ian Flemings , tapi peran BOND tak boleh ketuaan, tak boleh cemen dan tetep harus Bond yang ganteng kuat serta agak Playboy sedikit karena memang syarat film Bond banyak wanita cantiknya. Ngga lucu kalo Bond sama sekali tak berinteraksi dengan perempuan-perempuan penghias sekaligus perusak dunia itu. Ahahay. Lagi Batman bergonta ganti, atau cerita betawi si Jampang untuk pementasan lenong, atau Si pitung bebas mau di sinteron tivi atau layar lebar, boleh saja diperankan Anjasmara, berganti Reza Rahadian, berganti lagi diperankan oleh Ario Bayu, bebas. Karena zaman berjalan begitu cepat. Cerita boleh sama, tapi penafsirannya kan tetap banyak. Yang penting cerita harus berjalan. Tubuh berganti, jiwa musti satu. Fisik boleh berubah-ubah, tapi JIWA sejatinya satu, menyatu, manunggaling kawula gusti. 
Kebijakannya adalah mengalah, kalah, dikalahkan >< menang-menangan, atau bertahan, tapi sekuat apapun kamu bertahan tentu akan jatuh juga. Bertahan boleh tapi jangan lupa menyerah, karena dengan menyerah itu tandanya kamu masih MANUSIA

Semasa kuliah di-IKJ sama sekali saya tak mengenal teater dan “menyukai” nya. Semester demi semester ku jalani dengan “entahlah”. Kuliah-pulang-baca buku-ikut ujian-pulang kekosan lagi-menghapal naskah-baca banyak naskah bikinan tokoh Indonesia-atau pun juga tokoh internasional. Baca-hapal-ujian-pulang. Baca-hapal-ujian-pulang. entah apa yang kurasakan. Lama kelamaan, temanku satu persatu hilang dari perkuliahan. Karena “entahlah” lagi. 

Sebenarnya Bukan cuma di IKJ orang-orang yang pusing, bingung dan takut nantinya dia mau jadi apa. Teman-teman yang kuliah di UNIVERSITAS NEGERI juga punya ketakutan dan ketidakpastian yang sama. Semua boleh keluar dan berhenti kuliah. Keputusan ada pada masing-masing mahasiswa. Ada yang tak kuat bayar kuliah, ada yang stres karena harus ngerjain syarat lulus dan lain-lain. Kenapa saya masih bertahan? Tanya saja pada Tuhan, saya sendiri ngga paham. Hihihuhu.
Selama 5 semester kuliah, hambar yang aku rasa. Takut pasti. Ngerti Ngga. Belajar apa aku ini? dari 35 mahasiswa di kelasku sisa tinggal 14 orang yang masih bertahan. Semua hilang, bebas dia mau kemana. Sampai pada akhirnya semester ke enam, dengan mata kuliah Dapur Teater, kami dipilihkan Naskah Teater Mega-Mega untuk dipentaskan dalam rangka ujian. Di situlah awal mula saya bermain peran sebagai Koyal ( 2008 ). Saya menikmati prosesnya. Kemudian baru saya menemukan arti sesungguhnya bermain peran, bermain teater, kenikmatan (ke-enjoyan) yang luar biasa mampu aku rasakan. Kecintaan dan keintiman dalam kesenian kuteruskan sampai sekarang. Jiwa raga menikmati suguhan yang Tuhan berikan. Kesadaran penglihatan yang belum tentu orang lain lihat, Tuhan mengijinkan agar aku melihatnya. Sehingga aku melakukannya, BEKERJA untuk peran ini lebih daripada orang yang tidak menikmatinya, BEKERJA lebih daripada orang yang tidak ikutan melihat apa yang aku lihat, BEKERJA lebih dibanding orang lain yang tidak mampu merasakan apa yang mampu aku rasakan sebagai sebuah kenikmatan. Peran ini nempel bersamaku cukup lama. Lagipula Mega-Mega termasuk cerita fenomenal juga, maka dibuatlah pementasan-pementasan lanjutan dikota Jakarta maupun dikota lain. Kembalilah saya memerankannya. Sampai di ujung kelelahan januari 2016 pementasan di Singapore, saya memutuskan berhenti BEKERJA untuk memerankan KOYAL. Kenapa saya sebut “bekerja”? Karena banyak orang yang mengira berperan itu tidak bekerja. Mereka sebut bekerja adalah mencari uang! Lagi, seni berkenaan dengan JIWA dan NYAWA. Itu tak dapat diukur dengan uang. Kau bisa cari uang ditempat lain. Nyawa tak dapat dibeli. Perut memang tetap di-isi, semua orang tahu itu. Tapi bukan dengan cara menjual nyawa di kesenian. Ada banyak cara. Cari cara lain.  
Sudahlah. KOYAL seharusnya kuat. Biarin, harus ada KOYAL-KOYAL yang lain yang lebih KUAT. Jangan saya, bukan saya. Tak boleh saya. HARAM SEPERTINYA kalau saya bermain peran dia lagi. 
DIA SENDIRI TAK BETAH ADA DIDALAM TUBUH SAYA. Sepertinya begitu. Koyal sudah tak betah, begitu juga Banon. Aku berpamit kepadanya di Singapore. Ya “aku pamit pada Koyal”, aku mendoakan almarhum Arifin C. Noer. Beliau lah yang bersaksi keterpisahanku pada tokoh yang juga dia cintai.  Om Arifin juga mengatakan kalau “sudah cukup non, terimakasih, kamu sudah mendedikasikan tubuhmu untuk cerita yang aku buat, harus ada pemeran lain untuk KOYAL, kamu boleh rehat sedikit, doakan aku, nanti aku juga akan mendoakan mu” itu semua dalam KHAYALAN KU. ahahay 
Aku menepuk bahuku sendiri diruang make up Malay Heritage Centre ” Terimakasih koyal atas pengalaman yang luar biasa ini, terimakasih untuk total 4 tahun kebersamaan kita, menyampaikan dakwah Om Arifin kepada khalayak di masing-masing gedung pertunjukan, terimakasih, saatnya kita berpisah, kau boleh kangen dengan Mae, Retno, yang aku kangen adalah Megarita, atau Rini, bukan tokohnya, salam untuk Tukijan dan panut. Serta mas hamung. Sampaikan hormatku untuk pelopor semua perjuangan kita : Om Bejo Sulaktono. Semua terjadi atas kepemimpinannya, imam yang dahsyat. Pelaksana dan eksekutor mimpi kita semua.

Koyal, aku ingatkan lagi ( Koyal terduduk lesu, kemudian Banon menghadapkan wajahnya sambil lirih mengucap ) :  ” Jangan ikutkan aku pada kehidupanmu yang mengerikan. Aku tahu kamu menderita. Semua orang di di dunia ini menderita. NO WONDER. Cuma memang kadang tak sama. Meski tak sama tetap saja EVERYBODY HURT. , ada yang malas ada yang tidak, ada yang belajar ada yang main game, jadi hasilnya jangan disamakan. Itu cuma keputusan Tuhan. KOyal, aku ingin melihatmu lagi nanti, insya Allah. Tentu saja aku rindu padamu,  Aku janji akan menengokmu (aku mencucurkan air mata tanda berpisah ). Banyak teater yang memerankan mu. disitulah arwahmu berada, aku tak peduli tubuh mana yang memainkannya, yang aku lihat bukan tubuhnya, yang aku lihat adalah kamu : KOYAL. Terimakasih banyak. sampai jumpa lagi. ( kami pun berpelukan dalam khayalan ) ”
Ya begitulah bagaimana kita berpisah.

 Kami sadar, di dunia berapa lamanya sik? nanti juga akan kembali ketempatnya masing-masing. Di akhirat lah yang sejatinya. Hanya amal becik “uang sakunya”. Jangan berucap jadi BODOH ya biarin. cari ilmu harus lebih tekun, giat, dan kalo lelah ya istirahat sebentar. Setelah cape hilang bangkit lagi untuk belajar lagi. Agar luas pikir, luas ilmu, luas hati, lapang dada, lapang rasa. Seberapapun permasalahan hidup kalau hati kita lebih lapang daripadanya, permasalah hidup kita jadi kecil sekali. Bagi orang yang sempit hatinya, permasalah hidup ringan jadi diberat-beratkan. Ya semoga kita lebih terlatih untuk mellihat problem besar dengan hati yang lapang, sehingga gampang saja kita melaluinya. Asal tak gelap mata. Kini aku ingin pamit pada karakter yang juga aku cintai. Teman dakwahku dari cerita Om Ipink. Dik KOYAL. SELAMAT TINGGAL!

JADILAH ORANG LAIN

  


Sudah bosan kan dengan tag line “be your self” ? Masak ngga gelisah dengan kata-kata yang dibuat orang lain terus dengan mudahnya kita langsung percaya mengikuti? Ada rumusan lain yang perlu kita open minded bahwa dengan menjadi orang lain pun kita bisa tetep STAY POSITIVE. Bukankah segala hal di muka bumi ini berguna? bahkan kata-kata yang mungkin kita anggap tak berguna sekalipun. Apa kita sudah ngulik bahwa jadi orang lain pun bisa bikin diri kita makin inovatif?

Menjadi orang lain berarti kita mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Berhenti lah jadi diri sendiri sesekali. Biarkan dirimu jadi orang lain. Tirulah bagaimana orang lain berpakaian, bagaimana mereka berjalan, apa yang mereka makan, bagaimana mereka mencintai. 
Amati tiru perkaya diri sendiri, karena semua orang adalah guru. Sesekali jangan pakai sendal dan bekerjalah kekantor seperti itu, bukankah para petani tak pernah pakai sendal saat mereka berproduksi? Memang kamu bukan petani, tapi apa ruginya? dengan memakai sepatu atau tidak apakah akan mempengaruhi produktivitasmu? Atau jika boleh kantor mengijinkanmu memakai celana pendek seperti Almarhum Om Bob, pakailah. Jadilah Om Bob sesekali, rasakan apa yang Om Bob Rasakan saat dia memakai celana pendek “kemana saja”. Mungkin kita akan merasakan dinginnya udara di paha kita. Saat ini sedikitnya kita mampu berempati melalui “fisik” saja, kemudian kalau kita merasakan pengalaman ini lebih banyak lagi. Tentu hal ini akan mepengaruhi mental kita. Cara berpikir kita, jiwa kita. Kita menjadi kaya rasa, kaya pikir. Bukan tentang rasa malu, atau jijik dengan nilai-nilai moral yang selama ini kita percayai. 
Petani bergaul dengan kotornya debu aspal bahkan lumpur cacing bertahun-tahun dan itu tidak masalah baginya, dia tetap bermanfaat bagi jutaan manusia di planet ini. Kenapa? Mungkin saya harus menyarankan para petani menggunakan jas dan sepatu untuk berkotor ria di sawah, bukan karena alasan “kenyamanan”. Saya hanya ingin petani merasakan “costume” orang kantoran yang selama ini orang kantoran rasakan juga akan di rasakan para petani. Cukup sehari saja. Apa perasaan mereka mengenakan ini ? 

Bukan kah apabila kita ingin berinovasi kita harus melakukan sesuatu yang berbeda? Supaya hasilnya berbeda? Memikirkan sesuatu berbeda menghasilkan hasil yang beda.

Sesekali haruslah kamu rasakan bagaiamana rasanya menjadi pengamen, bagaimana rasanya menjadi pelukis, bagaimana rasanya menjadi anak kecil, bagaimana rasanya menjadi musisi, pemain bola, pilot, wanita, pria, bencong, apa saja. Perankan orang lain. Resapi rasanya. Kau akan sadar betapa kaya kita. Betapa banyak yang harus kita rasakan. Agar kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, setidaknya mencicipi pengalaman orang lain dengan “mengalami”. PRAKTEK ADALAH GURU TERBAIK.

Sesekali lepaskan jabatanmu, gelarmu, lupakan sejarahmu, kemudian pergilah ke suatu tempat dimana kamu disitu benar-benar baru. Tak ada yang mengenalmu, tak ada yang kamu kenal. Senyumlah, dan selamat, kamu sedang mengalami hal-hal yang baru. Saat hal itu baru, duniamu baru, berkah baru, pengetahuan baru, rasa baru, hati baru, warna baru, PERAN BARU. 

Bukan hanya MUSA saja indah, FIRAUN juga indah. Mereka berdua memiliki hubungan yang serius dimana jika mereka berdua tidak bertemu tak akan ada kisah yang dapat dinikmati oleh umat manusia. Positive dan Negative. Dua-dua nya memiliki kekuatan yang tak akan terjadi jika cuma positive saja yang muncul. Negative ada karena ada positive, begitu juga sebaliknya. Seperti tak akan ada suami jika tak ada istri. Dua-dua nya indah. HARMONI

Menjadi orang lain adalah tugas pemimpin. Jika jokowi tak mampu “berperan” menjadi rakyat kecil, dia tak akan dipilih jadi presiden. Jika pemimpin maunya hanya dilayani, tak lama dia akan lengser. Sebab hukumnya kita semua sama, kita semua satu. tak boleh ada yang menonjol. Kita hendaknya menjaga keseimbangan itu. Selaras. Kamu adalah aku, mereka adalah kita, kita satu. bila kita satu, berarti dia bisa jadi aku. Bagaimana bisa? Maka belajarlah menjadi dia sesekali. Setelah kamu jadi dia, kamu boleh jadi “dia” yang lain. Setelah capek, kamu boleh tidur dengan menjadi dirimu sendiri. Seminggu kemudian kamu boleh libur dan bebas menjadi dirimu sendiri, semau dirimu. Tapi jangan lupa untuk menjadi orang lain. Agar bertambah pengalamanmu, bertambah pemahamanmu tentang kemanusiaan. Bila terbiasa kamu memanjangkan jenggot, cukurlah sampai bersih. Rasakan bagaimana. Panjangkan rambutmu saat kamu terbiasa pendek. Bikinlah kriting saat kamu terbiasa lurus. bertukarlah handphone. kuruslah lalu gemuklah. Berubah dan bertransformasilah. Sementara ini mungkin tidak nyaman. Tapi PAKSAKAN dirimu untuk “menerima” hal itu sebagai sesuatu yang nyaman. Ingat! Jangankan kehilangan jenggot yang biasanya kamu rawat itu, nanti kamu juga akan kehilangan semuanya termasuk kehilangan nyawamu untuk selama-lamanya. 

Biasakan dirimu untuk merasakan kehilangan. Belajar lah kehilangan. Hilanglah. Ikhlas. Dan terimalah. Karena bukankah sejatinya kamu itu tidak ada? Mengalahlah (meng-ALLAH ). Mengalahlah dan menghilanglah, karena yang muncul adalah ALLAH, bukan dirimu. Biarkan Allah muncul. Bukan dirimu. Agak berat ditulis apalagi diterjemahkan melalui kata-kata. Setidaknya saya mencoba menjelaskan sesuatu. Sesuatu yang seringkali kadang juga belum tentu saya pahami.

Jadilah orang lain. Cintailah apa yang dicintai orang lain. dan cari tau alasan kenapa orang lain mencintainya. Meskipun kamu membencinya, paksakan dirimu agar kamu betul-betul mencintai hal itu ( atau semacamnya ). Kadang-kadang hal itu perlu. Saat kamu paham akan hal ini. Kamu “mungkin” akan paham tentang “kesatuan” kita. Kita yang seolah pisah sebenarnya adalah satu. Maka jadilah orang lain. Terkadang itu membuatmu lebih baik ketimbang kamu jadi dirimu saat ini.

ACT / AKTING / AKTOR

   

 Betapa sucinya ilmu akting itu, tapi saya melihat kesuciannya di injak-injak oleh para model-model yang berkarya hanya kalau ditawari saja, hanya bermodal tinggi semampai nun kosong argumen nya. Betapa mulia pekerjaan seorang aktor, tapi jaman sekarang keaktoran hanya dihargai bila mampu masuk kotak kaca, atau film layar lebar. Anak-anak kecil, muda, dewasa belajar teater, belajar akting dengan alasan untuk ingin jadi artis (seniman ) tanpa paham apa itu “artist”?
Artist dinilai barang mewah semacam selebriti yang dipuja-puja bangsa melebihi pejuang kemerdekaan 45. Mereka yang “mengartist” akhirnya ingin pula “menyelebriti” atau terkenal, mereka lupa tugas utamanya adalah berkarya, namun apa yang diprioritaskan malah bagaimana caranya terkenal, termahsyur. Karya belakangan, yang didahulukan adalah “popularitas”. Pamrih ini sungguh terang-terangan, gimana ngga? Keuntungannya juga gila-gilaan. Sekali kau dikenal, kau bisa off air dan on air tanpa istirahat, duit mengalir deras, namun jangan tanya bagaimana “kesehatan” dan “ketentraman hati”. Itu terdapat pada diri masing-masing orang, selama kau berani bertanya kepada yang bersangkutan. Itu pula belum tentu jujur dia menjawab. Yang penting jumlah rekening di tabungan kan?

Selebriti semacam publik figur, kemudian secara tak sadar dia dijadikan tauladan bagi anak-anak, kawula muda dan simbol kesejahteraan. Padahal yang terkenal belum tentu berkualitas. Karena emas tentu sembunyi di balik tanah dan bebatuan serta ditempa dan diolah dengan proses yang panjang. Sedangkan kerikil bolehlah dicat bentuknya menyerupai emas, di poles-poles semenarik mungkin agar orang menghargainya. Tapi tetap saja mutu tak bisa ditipu.

Pekerjaan aktor adalah menguasai tubuh beserta kegunaannya. Siapa manusia hidup yang tak memiiki tubuh? Tubuh hanyalah sementara, penunggang aslinya adalah “jiwa” (kesadaran). Tubuh mati selesai tanggung jawab. Jiwa menghadap. Setelah tubuh tak berfungsi, sesungguhnya tugas aktornya baru dimulai. 

Nabi Muhammad SAW adalah aktor, dia melatih tubuhnya untuk bisa seimbang kepada alam. Apapun yang dia ucapkan merasuk hati para pendengarnya. Kemana dia mengajak, setia pula para pengikutnya. Hal ini tidak mungkin terjadi jika cara bicara beliau gelagapan, artikulasi dan ucapannya lemah. Sikap tubuhnya tidak siap untuk ditonton jutaan umatnya di muka bumi ini. 
Bagaimana dia meyakinkan orang-orang di sekitarnya dengan lemah lembut dan penuh kesabaran juga merupakan teknik ilmu komunikasi terbaik yang pernah ada di jagat raya ini. Bagaimana beliau memberikan isi pada setiap dialog untuk menggetarkan hati para sahabatnya, tatapan matanya, gerakannya, ketahanan tubuh, keluasan pikir serta kekuatan proyeksi suara semua itu terdapat dalam ilmu akting. Keahlian ini terdapat pula pada Jesus Kristus, Mahatma Gandhi, Soekarno, Malcolm-X dan pemimpin dunia lainnya. Apakah di jaman itu mereka mengikuti kursus akting? Ataukah mereka sekolah kesenian seperti di ISI? STSI? IKJ? Sanggar ananda? Adinda? Teater Tanah Air? Dance Jecko Siompo? Tak mungkin. Mereka juga tak berharap akan disyuting kamera, dimasukan dalam indosiar, dikontrak ekslusif trans tv untuk bermain sketsa, ovj, Net Media Tama, LATIVI. No, nonsense!!!

Cara Muhammad berkomunikasi serta kesucian hatinya saat menyampaikan kebenaran ditopang oleh mantabnya pengalaman, jam terbang, dan tentu saja kekuatan Tuhan. Aktor seperti Muhammad, tak perlu diragukan lagi, dia memiliki kepekaan hati yang super, halusnya perasaan yang dahsyat sehingga mampu menguasai timing dengan sangat akurat. Memang saya belum pernah bertemu beliau. Sekali lagi apalah arti manusia jika tak mampu menafsir? Lebih baik saya salah dibanding tak berpikir sama sekali bukan? Dengan mengumpulkan data tentang Rasul Muhammad SAW, tentu saya bisa membayangkan apa yang terjadi pada masa itu. 

Akting bukan cuma tentang berpura-pura, tapi juga bagaimana dia bersungguh-sungguh. Akting mengajari kita untuk berbohong namun juga sekaligus jujur pada diri sendiri. Berbeda tapi satu kesatuan, kompleks, itulah kesenian. Apakah adegan penembakan di film terjadi sungguhan? tentu semua hanya pura-pura. Tapi jangan keliru, sebelum proses suting mereka melewati latihan luar biasa dengan sangat sungguh-sungguh. Penembakannya pura-pura, Matinya pura-pura, tapi kedua-duanya dilakukan secara sungguh-sungguh. Lalu apa benar adegan mengharukan dalam film Habibie Ainun atau Film India dan korea mereka menangis dan meneteskan air mata secara jujur? Atau mereka cuma bohongan demi kepentingan sebuah film? Bila anda cermati, mereka melakukan itu dengan sangat jujur, Reza Rahadian mengalami kesedihan luar biasa sama persis seperti apa yang dialami Habibie ketika kehilangan Ainun, aktor-aktor india dan korea pun demikian, aktor berusaha menjadi orang lain, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain ( tokoh ), sehingga saat tokoh mengalami kejadian tragis maka aktor harus juga mengalaminya, sehingga rumus empati yang besar tertular kepada penonton. 
Penonton akan merasakan apa yang dirasakan oleh aktor, selama dia sungguh-sungguh merasa sedih, maka penontonpun akan ikutan sedih, Penonton dipermainkan perasaannya, diperkaya batin nya dengan “rasa” yang sulit untuk dijelaskan, padahal dari kejujuran tadi dalam waktu yang sama juga dibalut kebohongan untuk kepentingan industri, atau kebutuhan suatu adegan. Reza Rahadian menangis, “mencoba” merasakan apa yang dirasakan Habibie mungkin hanya sekitar beberapa jam saja. Setelah itu dia tidak sedih lagi, itu hanya tugas Aktor saat bermain film dan memerankan Habibie. Selesai film dia boleh mengambil “rasa” yang lain sesuai apa yang dia inginkan. 
Sementara Habibie yang asli? Apakah dia bohong? Habibie yang asli memiliki perasaan itu, dan melekat sampai sekarang, dan juga seterusnya. Karena Habibie bukan Reza dan Reza Bukan Habibie. Reza hanya “mencoba berusaha” merasakan apa yang dirasakan Habibie. Namun sesungguhnya “perasaan” hanya bisa dirasakan oleh yang bersangkutan, perasaan tidak bisa ditukar-tukar, apalagi dijelaskan melalui kata-kata. Reza jujur tapi juga sekaligus bohong. 

Si penembak jujur, yang mati juga jujur, namun kedua-duanya sekaligus melakukan kebohongan. Dua tapi satu. Satu tapi dua. Kompleks. Seperti kopi, gula dan air panas ketika bersatu. Bila dipisah-pisah, tak bisa ditemukan keindahannya.

Aktor menghisap hal yang paling penting dari para penontonnya yaitu : PERHATIAN. Bagaimana jika anda tidak diperhatikan oleh orang lain seumur hidup anda?. Anda dianggap tidak ada oleh semua orang. Ada atau tidak ada-nya anda bukan lah suatu masalah yang berarti bagi orang lain. Tentu kita akan merasa tak berguna sebagai manusia dan disingkirkan dimana-mana. Akting bukan hanya Ilmu “tampil” tapi juga ilmu “hilang”. Akting bukan cuma ketika ditonton, tapi juga saat tak ada satu orangpun di sekitar anda, anda tetap ditonton ( oleh Tuhan Yang Maha Esa ). Dia merupakan ilmu hidup, ilmu komunikasi, ilmu bermasyarakat, berhubungan dengan oranglain, menghormati, ilmu mendengar, melihat dan dilihat, merasakan apa yang terjadi pada diri sendiri, merasakan pula apa yang terjadi pada diri orang lain.

Soekarno dengan daya tariknya saat berpidato dihadapan rakyatnya, tentu dengan kesadaran penuh menjaga keindahan tutur kata, pemilihan kalimat, dan juga mengontrol stabilitas hati yang tajam, serta gerakan tangan dan tubuh yang sinkron ( sesuai ). Hanya aktor yang bisa melakukan hal ini. Aktor yang hebat menguasai panggung, memeluk erat seluruh penontonnya, dia harus siap dilihat, siap didengarkan kata-katanya. Jangan sampai dia ragu dengan dirinya sendiri, ragu atas apa yang dia ucapkan, bila memang perannya harus ragu dia akan ragu, tapi bila dia harus meyakinkan seluruh rakyat agar bersemangat meraih kemerdekaan, dia akan mengobarkan itu terlebih dahulu kepada pikiran dan perasaannya untuk ditularkan kepada seluruh rakyatnya. Ingat rumus empati? Penonton akan merasakan apa yang dirasakan aktor, selama aktor memang merasakannya. 

” if you believe, i will believe too ” Kata-kata Milan Sladek saat menyutradarai Don Juan. Dia duduk dibangku penonton sembari melihat para pemainnya berlatih di atas panggung. Setelah selesai berlatih, dia memberikan wejangan tentang keyakinan. 

” Jika kamu percaya, maka saya sebagai penonton akan percaya. Di panggung memang tidak ada taman, tidak ada kupu-kupu, tidak ada pelangi, tapi jika kamu melihatnya dengan imajinasimu serta meyakininya, maka saya sebagai penonton akan melihat apa yang kamu lihat ”
Lalu apa pentingnya? Dimana manfaatnya? Okay kita kupas lebih jauh lagi. Soekarno melihat apa yang tidak kita lihat, begitu juga Muhammad SAW. Ketika dia diatas mimbar, berucap mengobarkan semangat , matanya memandang ke arah kita, ( kemungkinan dia tidak memandang kita ) kalau anda bisa “merasakannya” setelah hadir dalam acara pidato itu, tentu anda bisa menilai apa yang mereka lihat. Mereka mengalami sesuatu yang besar, yang tentu saja tidak dialami oleh orang lain. Muhammad telah dibuka-kan matanya untuk melihat hal-hal yang orang lain tak mampu melihatnya, maka beliau bisa sekuat itu dalam menghadapi cobaan. Beliau mampu mengobarkan semangat para pengikutnya, karena beliau memandang apa yang tidak dipandang oleh para prajuritnya. Beliau mengalami hal yang luar biasa yang dtunjukan langsung oleh Allah SWT, itulah kenapa beliau memiliki keistimewaan dibanding yang lain.

Anak kecil di Syria mampu berbicara lantang saat di wawancara oleh sebuah media televisi. Tak ada script atau text, tak ada hapalan dialog, tak ada gerak-gerik yang direncanakan, juga sama sekali tak pamrih ingin dikontrak olehh production house untuk sinetron arab disana. Kedua orang tuanya meninggal karena letusan bom, beberapa saudaranya hilang, sekarang bukanlah makan yang dia pikirkan, amarahnya adalah untuk menyadarkan umat manusia agar ikut bersimpati dan memperjuangkan kebenaran. Kekuatan dia berbicara karena dia betul-betul mengalaminya ( jujur ). Sangat menyedot perhatian, tergetar hati ini mendengar ucapannya dan melihat sorot matanya yang begitu tajam.

Namun jika kejujuran tak ditaruh pada waktu dan tempat yang tepat, maka hal itu bisa merusak tatanan etika, seperti misalnya kita tak pantas juga memanggil = ” Cang Pincang sini cang!” kepada orang yang kakinya hanya satu. “nggos tonggos sini nggos” kepada orang yang bergigi tonggos. Memang benar itu sebuah kejujuran, tapi sesungguhnya tak elok jika diucapkan, tak pantas sekali.

Kejujuran memang penting untuk meraih “kebenaran” saat berlaku ( akting ). Kebohongan pun juga sangat penting, untuk digunakan sebagai kedamaian serta cinta kasih. Letakkan keduanya di tempat yang tepat dan saat yang tepat tentu semua hal akan jadi lebih baik.

GURU

  

 

Muhammad SAW tak pernah punya murid, yang dia punya adalah sahabat. Tapi kenapa ada kata “guru” untuk orang yang lebih tinggi ilmunya dari kita? Padahal tak ada ilmu dan iman setinggi Muhammad SAW. Kita sangat boleh berguru kepada beliau, dan sepertinya mungkin beliau tidak menganggap kita sebagai muridnya. Penilaian minim saya adalah, ada sesuatu yang lebih pantas di sebut sebagai guru yaitu : Allah SWT. Itulah kenapa Muhammad SAW tidak memiliki murid, melainkan sahabat. Muhammad SAW tak ingin lebih tinggi dari ALLAH SWT. Muhammad merendahkan diri dan hatinya kepada ALLAH SWT. Sedangkan Allah SWT mendoakan Muhammad. Dan ALLAH SWT menjadikan Muhammad sebagai guru semenjak Muhammad SAW lahir sampai kiamat nanti di muka bumi ini ( meski lagi-lagi Muhammad SAW sama sekali tak “ingin” jadi “guru” )
Tapi liatlah sekarang, tak ada guru yang gajinya kecil. Banyak dari mereka berdemo minta kenaikan upah. Ironis bukan? Dulu, guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sama sekali tak ada tanda jasa bagi guru, bahkan sepeser pun tidak. Waktu yang mereka miliki didedikasikan untuk pendidikan anak-anak, agar perkembangan pengetahuan dan tersebar luas untuk kesejahteraan bangsa. Mungkin hanya sedikit istiilah “guru”, namun agak ruwet juga mengkorelasikan dengan kehidupan kita sehari-hari di dunia. Saya sendiri kurang dapat bertanggung jawab atas apa yang saya tulis disini. Saya hanya manusia yang “ingin” dan “mau” menulis atas apa yang saya pikirkan. Seperti facebook selalu menggoda dengan pertanyaan “whats on your mind?”, untuk kali ini, mungkin inilah yang ada di my mind. Saya bukan guru anda, anda bukan murid saya, saya juga tidak mau disebut kebalikannya. hehe…
Saya hanya menulis sebatas pengetahuan saya dan saya tidak peduli apakah itu benar atau tidak. Karena benar milik Allah, salah selalu manusia. Biar Tuhan yang menjadi hakim di final nanti. Karena selalu banyak hal yang bisa kita pikirkan untuk kita cari kebenarannya, kita usahakan di sisi mana kebenarannya, kita hanya sebatas “menafsir”. Diluar itu tidak. Itu saja.
Saya sendiri tak pernah menganggap guru saya sebagai guru. Karena mereka seringkali juga cacat pemikiran. Guru saya tak pernah bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Jawaban mereka selalu tak memuaskan. Dangkal. Cetek. Saya tak meremehkan. Memang itulah adanya. Bukan karena saya lebih pintar. Ini masalah kepuasan ya! Letaknya dihati, bukan di otak.
Dimana para guru saya yang di”akui” dikampus, di sekolah, di sanggar-sanggar, di komunitas, di sistem-sistem pendidikan, dimana mereka sendiri menyebut diri mereka “guru” langsung membuatku muntah. Karena saya tahu lagi-lagi Muhammad SAW tak pernah punya murid, dan beliau dianggap sebagai sahabat, bukan guru. Kok berani-beraninya orang-orang di kampus menyebut diri mereka “guru”. Seenggaknya ga usah menyebut diri sebagai guru. Di contoh saja masih bikin banyak orang kesasar, dasar!
Orang-orang macam kita, tentu memiliki ribuan pertanyaan, yang kita cari sendiri jawabannya. Entah itu bertanya kepada guru gadungan, nanya sama tukang ojek, nanya sama gelandangan, atau siapa saja, asal kita puas dan mengobati rasa gelisah didalam hati karena di hantui oleh pertanyaan rumit dalam kepala. Kita berburu jawaban, menyimpulkan dari pengalaman-pengalaman, riset, evaluasi, dan tentu saja masih jauh dari kebenaran. Tapi seenggaknya tingkat akurasi jawabannya mendekati kepuasan pemahaman yang kita miliki. Orgasme pikir akan mengobati orgasme batin, sehingga timbul puas yang tak lagi bisa digambarkan kebahagiaannya. Kebahagiaan atas penemuan jawaban dari berburu kesana kemari. Kebahagiaan seperti orang yang berbuka setelah seharian berpuasa. Puas dan enak sekali. 
Dimanakah biasanya mendapatkan jawaban itu? Okelah kalau ditanya tentang HAKIKAT, tentu saja Tuhan kita yang menuntun kita. Tapi proses “usaha” (perang) atau berburu ( hunting ) jawaban itu ya dari keringat dan kerasnya semangat diri sendiri. Seringkali justru saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu dari orang-orang yang bukan guru, tidak menyebut dirinya guru, dan tidak diakui sebagai guru di universitas, kampus, sekolah maupun seminar. Kepuasan itu saya peroleh dari orang biasa-biasa saja. Jawaban itu keluar dari mulut tetangga saya yang masih SD, pemikiran yang besar muncul dari ucapan bapak tukang sampah di depan rumah saya ( agak mendramatisir, karena memang susah menjelaskan bagaimana “semiotika” terjadi dalam kehidupan ) dan lain sebagainya.
 Saya belajar dari orang-orang yang mereka sendiri tak sadar bahwa saya belajar darinya. Saya belajar bersamanya, padahal mereka tak bersamaku. Mereka tak mengenalku, namun ilmunya bisa saya serap hingga tetes pemikiran yang terakhir. Mereka mungkin bukan guru bagi sebagian orang. Tapi bagi saya, disanalah ladang ilmu berada. Saya sendiri tak bisa menjelaskan siapa sesungguhnya mereka ( lebih dari satu / jamak ). Silakan cari sendiri. Sesungguhnya : jangan sama kan orang yang giat mencari jawaban dengan orang-orang yang berleha-leha main tiduran doank. Jangan samakan orang paham dengan yang tidak. Sekali lagi jangan. 
Meskipun anda guru, jangan sebut diri anda “guru” didepan murid. Anggaplah mereka sahabat, bukan sebagai murid. Carilah kebenaran, lalu tawarkan. Namun jangan sekali-kali menganggap apa yang anda pikir benar adalah sebuah kebenaran yang hakiki. Tafsir saja. Itu lah usaha manusia.