Pagi ini belum tidur, tak bisa dan seperti biasa memang terlalu mainstream kalau tidur malam. Memang bukan tugasku di wajibkan tidur malam bangun pagi. Aku kira begitu. Jadi aku mengikuti saja apa kata alam. Atau mungkin juga apa kata Tuhan.
Pagi ini, selesai saya menyaksikan beberapa performa Benicio Del Toro dan selalu saja begitu terbius dengan seseorang boleh lah langsung aku melihat bagaimana sejarahnya, apa saja yang dia lakukan. Mungkin Sebastian Bacht bener, sejak mula dia membuat musik, belum ada yang mengapresiasi karyanya. Dia pun memaklumi keadaan masyarakat di jamannya. Karena beliau menyadari bahwa karyanya akan bermanfaat jauh ke masa depan nanti. Bukan saja untuk setahun dua tahun, tapi ratusan tahun mendatang. Begitulah pemikiran menembus batas sang visioner.
Seperti halnya, mungkin waktu saya kecil dulu terkagum-kagum dengan Jurrasic Parknya Spielberg. Karena jualannya adalah teknologi, dan keindahan kehidupan jutaan tahun yang lalu. Pohon-pohon, beserta binatang-binatang raksasanya. Kemudian Spielberg membuktikan karyanya. Ternyata keindahan aslinya bukan di situ, cintanya dia cuurahkan kepada Schindler List, Jurrasic Park hanya kemasan, atau baranng dagangannya. Dia sudah memprediksi, Job Jurrasic Park akan menguntungkan finansialnya, maka dia boleh menerimanya, agar dia bisa tetap menjalankan cintanya. Cinta harus di modali. Itu tepat sekali. Dan kamu tahu? Schindler List berjalan tanpa modal, dia memodali cinta nya dari koceknya sendiri.
Satu lagi : Benicio del Toro, mungkin aku pernah nonton dia di film-film nya yang lalu, tapi aku lupa, aku belum mengapresiasi karyanya, mungkin waktu itu aku masih seperti masyarakatnya si Sebastian Bacht, belum sampe hati dan pikiranku untuk mampu menerima keindahannya. beberapa tahun kemudian aku bertemu kembali dengannya di Sicario. Apa yang ku temui? Ke-wow-an yang mengakibatkan rasa ingin tahu yang besar dan mendalam tentang who is he? What he does? Lalu kutelusuri lagi. dan apa kalimat terakhirnya? = PANTAS SAJA. Memang dia pantas. Malah more than that. Yang aku buru adalah dia saat memainkan Che!! itu Pe Er.
Ngomong-ngomong tentang visioner, apa kabar dengan Arifin C. Noer dengan karya nya? Saya sangat yakin kalau beliau sengaja menciptakan Mega-Mega untuk-ku juga salah satunya ( banon sebagai Koyal ) untuk IKJ, untuk anak-anak yang mengikuti festival teater maupun yang pentas tanpa kompetisi. Dia sadar naskahnya di tulis di tahun 1967, dengan semangat 2020, bahkan MORE THAN THAT. Dia gila. bahkan Lebih dari itu. Aku sangat ingin gila seperti dia. Entah dari karya tulis, atau pemikirannya. Aku yakin dia berbuat sesuatu untuk ratusan tahun mendatang. Saat dia masih hidup, tugasnya adalah menjaga karyanya agar tetap terdokumentasi dengan baik. Terjaga. Terlindungi dari serangan hama. Sehingga yaaa, setidaknya ketika dia mendekati akhir hidupnya, sedikit banyak sudah ada orang-orang yang tersadar, pikiran dan hatinya sudah siap menerima karyanya, kemudian dilanjutkan lagi untuk menyebarkan keindahan dari karya itu. Entah darimana dia memperoleh pemikiran besar seperti itu. Lalu menjadi tugas kita untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya, siapa teman-temannya? apa yang dia baca? Siapa idola nya selain Muhammad dan Jesus tentunya?
Begitulah kekuatan sang visioner. Pikirannya melompati jaman. Bahkan ratusan tahun setelahnya. Lihat saja Ibnu Athaillah Sakandary, atau contoh mudahnya Chaplin, DIA GILA. dia selalu dianggap gila. Gimana tidak GILA? dia hidup di tahun 1900-an tapi Tuhan membuatnya berpikir dengan cara 2020 ( bahkan lebih dari itu ) Bagaimana bisa dibayangkan orang-orang di sekitarnya mampu menerima pikirannya itu? Hanya sedikit orang yang mampu. Kalau Tuhan membuat kebanyakan orang GILA semacam itu, mungkin dunia akan buru-buru kiamat. Jadi sengaja Tuhan menunjuk sebagian kecil umatnya untuk berpikir melampaui jamannya, biar disangka orang-orang NGGA WARAS. Setelah orang mengucilkan dan meremehkan dia, beberapa tahun kemudian, dia menjadi salah satu orang paling berpengaruh di BUMI ini.
Terlintas dalam pikiran beberapa detik yang lalu, sepertinya aku juga mengenal beberapa visioner ini sekarang. salah satunya adalah calon mertua ku. Dia menyimpan perabotan yang berumur ratusan tahun di rumah nya. Buat apa? Sejarah? Siapa yang peduli sejarah? aku pun sama sekali engga menyukai pelajaran sejarah waktu SMP-SMA. Tapi jangan salah, akhir-akhir ini, aku sadar tanpa sejarah tak ada masa depan. Meski terkadang we must forget the past, and dont think what may happen, just focus what happening now. Semua paham lah tentang itu.
Waktu ke Kalimantan dalam rangka PILKADA beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengunjungi musium disana. Musium yang seharusnya berisikan benda-benda bersejarah. Memang terisi, tapi sebagian besar, benda-benda peninggalan nenek moyang kita, yang berarti “KARYA MEREKA” telah tiada. Kemana kah barang-barang ini pergi? Mereka menjelaskan kalau kebanyakan barang ini, mulai dari batu, alat perang, dan yang paling sakral (entah apa itu namanya) semua telah di beli oleh AMSTERDAM. Barang-barang itu ada disana. Yang pura-puranya adalah mereka yang merawat di dalam musium Indonesia disana. BULLSHIT!
Itu milik kita!! milik cucu-cucu dari nenek moyang kita. Mereka berpesan kepada kita INDONESIA, bukan kepada Amsterdam!! Kakek kita hidup di tanah kita,beribadah dengan cara kita, memakan apa yang kita makan, mengenakan apa yang kita kenakan. Apa pesan kakek kita untuk Amsterdam? Apa hubungannya? Ternyata UANG BERBICARA SODARA. Warisan kita telah dicuri. Warisan yang mungkin kita belum paham apa nilainya. Sedikit banyak mungkin aku juga “belum” paham. Tapi mudah-mudahan akan paham. Bahwa nenek moyang kita di INDONESIA banyak sekali yang memiliki pikiran besar seperti Ibnu Athaillah as Sakandary, Sebastian Bacht, Mozart, Arifin C Noer, atau setidaknya Benicio. Tapi gara-gara uang, kita rela pikiran dan perasaan nenek moyang kita di ambil begitu saja. Kurang lebih begitu kan? Semua barang-barang di musium itu adalah karya dari kakek nenek kita. Andaikan 10 abad yang lalu sudah ada komputer. Mungkin akan lebih banyak tulisan atau pesan yang mampu mereka sampaikan. Tapi lagi-lagi pesan tak hanya tertulis maka mereka menyampaikan lewat batik, lewat lagu-lagu anak yang entah siapa penciptanya ( anonim ) lewat ukir-ukiran kayu, pahatan batu, senjata keris, pedang, tombak, pakaian, lukisan dan benda berharga yang tak bisa di beli dengan apapun. Karena disanalah terdapat RUH, jiwa, pikiran perasaan mereka.
Maka tindakan calon mertua saya keren juga, bahwa dia memiliki kesadaran untuk menyelamatkan karya nenek moyang kita dulu, dia kolektor, atau seperti juga Pak Nasirun. Sepertinya banyak juga pemuda yang suka mengkoleksi. YAAh, mengkoleksi apa saja, Perangko, tutup botol, bahkan aku melihat sendiri Pak Nasirun menkoleksi kartu perdana ( voucher henpon ) dari tahun berapa sampai tahun berapa. Bukankah desain dari voucher itu adalah sejumput pemikiran manusia, yang entah dipengaruhi siapa, sehingga menjadi desain yang unik? Seperti lukisan yang berinovasi terus menerus dari jaman ke jaman.
Maksud dari para kolektor ini adalah untuk menangkap perubahan, menangkap apa yang sedang terjadi. Apa yang akan terjadi, atau kalau saya mencoba memahaminya. Mereka ingin menangkap apa pesan dari nenek moyang kita, banyak informasi yang masih terpendam. Dan siapa lebih cepat tahu akan lebih cepat menuju kepada KEPUASAN BATIN (yang belum tentu orang mengetahuinya). Semakin banyak yang kamu tahu, semakin banyak cara yang kamu peroleh untuk mencapai sesuatu. INFORMASI ITU SANGAT MAHAL KAWAN. Itulah kenapa buku selalu ada yang baru, televisi selalu menyiarkan hal yang baru, kreativitas dan inovasi selalu hidup ( karena itu juga bersumber dari Tuhan ). MANUSIA BOLEH MATI, tapi pikirannya akan selalu hidup, selalu berkembang, karena yang ikut mengembangkan adalah ya cucu-cucu nya itu sendiri. Cucunya sadar akan kebesaran para leluhurnya, maka dia wajib meneruskan apa yang telah dilakukan leluhurnya. Karena sang leluhur belum selesai melakukannya, badannya terbatas dengan waktu, sedangkan pikirannya melampaui badannya.
( awalnya aku tak tau ingin menulis apa, tapi dengan diringi musik orchestranya GLUCK = Don Juan, tangan berasa jalan sendiri menuliskan SESUATU. “Sesuatu banget”. bisa jadi, GLUCK lah yang menyuruhku menulis ini, lagi-lagi dia berpesan lewat musiknya, tanpa lirik, tanpa tanda, tapi dia menyalurkan energinya dengan nada, memang semua tak bisa dijelaskan gamblang. SEBARKAN SAJA SUASANANYA )
– cilangkap 8 januari 2016