TANDA ANDA AKAN MELALUI KEBANGKITAN SPIRITUAL

Oleh Sarah Regan

Anda mungkin pernah mendengar pembicaraan tentang kebangkitan spiritual dan bagaimana mereka dapat membawa orang-orang yang lebih tercerahkan (berani kami katakan, “terbangun”). Tapi apa sebenarnya arti kebangkitan spiritual, dan apa sebenarnya yang dibutuhkan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan banyak lagi, kami bertanya kepada para ahli. Jangan khawatir; kami juga mendapat informasi tentang cara memulai milik Anda.

Apa itu kebangkitan spiritual?

Gagasan kebangkitan spiritual telah ada selama berabad-abad dan dapat diamati dalam berbagai budaya dan agama di seluruh dunia. Orang menyebutnya “nirwana”; kadang menyebutnya “pencerahan”; kadang menyebutnya “kebahagiaan”; kebangkitan spiritual dimulai saat seseorang dapat melangkah mundur dan “terjaga” untuk kehidupan mereka dengan perasaan baru berada di dunia ini.

Kebangkitan spiritual dapat sedikit menakutkan pada awalnya, karena mereka sering menyebabkan kita bergulat dengan pertanyaan seperti, Siapa saya, dan mengapa saya berada di sini? Tetapi bisa juga ada unsur keheranan dan kegembiraan tertentu ketika kita tiba-tiba merasa sangat hidup.

Ide kebangkitan spiritual dipopulerkan di dunia Barat oleh psikiater terkenal Carl Jung (yang menggambarkan proses sebagai kembali ke Diri asli), tetapi pengalaman naik ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi selalu menjadi bagian intrinsik dari apa artinya menjadi manusia.

Apa yang menyebabkan kebangkitan spiritual?

Kebangkitan spiritual dapat dipicu oleh apa saja, dari yang sepenuhnya duniawi hingga yang sepenuhnya mengubah kehidupan.

Menurut penulis spiritual Shannon Kaiser, beberapa penyebab umum termasuk peristiwa yang mengubah kehidupan (yaitu, kehilangan pekerjaan, pindah dari rumah, kecelakaan mobil, dll.) dan orang-orang yang membuka “pintu” spiritual untuk Anda (seperti saudara api kembar/twin flame atau belahan jiwa).

“Kebangkitan spiritual bisa terjadi secara spontan,” katanya, “tetapi kebanyakan dipicu oleh perubahan besar dalam hidup atau trauma seperti penyakit yang mengancam jiwa, kecelakaan mobil, perceraian, perang, pandemi, krisis paruh baya, kesehatan mental. krisis seperti depresi klinis atau kecemasan, atau bahkan pengalaman mendekati kematian.”

Sebagai intuitif profesional dan penulis Angel Intuition, Tanya Carroll Richardson menjelaskan, pada akhirnya, apa pun yang mendorong (atau memaksa) Anda untuk “melihat kehidupan Anda dari perspektif yang lebih spiritual” dapat menempatkan Anda di jalan menuju kebangkitan.

21 tanda dan gejala kebangkitan spiritual.

Berikut adalah beberapa tanda bahwa Anda sedang mengalami kebangkitan spiritual atau akan memulainya:

1. Anda merasa terputus atau terlepas.

Pada awalnya, proses kebangkitan spiritual bisa terasa luar biasa dan membingungkan. Ini bisa terasa seperti semua yang Anda anggap benar tentang kehidupan Anda adalah kebohongan, dan karena itu, Kaiser menjelaskan, Anda mungkin merasa “terputus dan terlepas dari hal-hal dan orang-orang yang dulu Anda nikmati.”

2. Anda telah mengevaluasi kembali keyakinan Anda.

Richardson mencatat kebangkitan spiritual kemungkinan akan menyebabkan Anda merevisi keyakinan spiritual Anda atau mengadopsi yang baru yang signifikan. Apakah itu berarti terhubung secara mendalam dengan agama atau kepercayaan baru atau berhenti dari pekerjaan Anda untuk mengejar hasrat Anda yang sebenarnya, prioritas Anda mungkin berbeda sekarang.

3. Impian Anda lebih hidup.

Tidak hanya kehidupan nyata Anda yang lebih hidup sebagai hasil dari kebangkitan spiritual, tetapi kehidupan impian Anda juga dapat menjadi lebih hidup, kata Kaiser. Arti mimpi Anda dan bagaimana mereka terhubung ke perjalanan Anda mungkin menjadi lebih jelas juga.

4. Anda mengalami lebih banyak sinkronisitas dan déjà vu.

Jika Anda sering mengalami sinkronisitas yang mengejutkan, seperti memikirkan seseorang dan secara acak bertemu dengan mereka keesokan harinya, atau melihat angka malaikat sepanjang waktu, itu pertanda Anda berada di jalur spiritual Anda, kata Kaiser. Demikian pula, perasaan déjà vu juga tidak jarang.

5. Pola Hubungan Anda mulai bergeser.

Tidak diragukan lagi: Kebangkitan spiritual bersifat transformatif, dan orang-orang dalam hidup Anda tidak akan selalu dapat menghargainya. “Anda mungkin merasa orang yang Anda cintai tidak memahami Anda lagi karena Anda berubah,” catat Kaiser. Richardson menyarankan untuk meminta orang yang Anda cintai untuk menghormati apa yang Anda alami, mengingatkan mereka bahwa mereka tidak harus beresonansi dengan kebangkitan Anda.

6. Anda merasa spiritualitas menjadi bagian penting dalam kehidupan Anda.

Seperti yang dicatat Richardson, akan sulit untuk mengabaikan panggilan dari sisi spiritual Anda saat Anda menjalani proses ini. Keinginan untuk menemukan makna dan kepuasan dalam spiritualitas Anda kemungkinan besar akan menjadi salah satu prioritas terbesar Anda.

7. Anda lebih intuitif.

Tanda lain, menurut Richardson, adalah memiliki intuisi baru yang meningkat atau kemampuan intuitif baru yang muncul. Mereka selalu ada, terkubur di bawah lapisan ego Anda, dan sekarang Anda sudah terbangun, Anda merasa jauh lebih selaras dengan diri sendiri.

8. Anda dapat merasakan ketidakotentikan dan manipulasi.

Selain intuisi yang meningkat itu, Kaiser mengatakan Anda juga dapat merasakan perilaku tidak autentik atau manipulatif ketika seseorang menipu Anda. “Hal-hal yang tidak berintegritas sulit untuk ada,” tambahnya.

9. Anda menyadari setiap orang berada di jalannya sendiri.

Saat Anda mengetahui jalan spiritual Anda sendiri, Richardson mencatat, Anda juga menjadi lebih menerima gagasan bahwa setiap orang juga berada di jalur unik mereka sendiri. Hal-hal seperti memenangkan argumen atau meyakinkan orang tentang pandangan Anda tidak terlalu penting lagi.

10. Anda ingin melayani.

Saat Anda mulai “menyadari bahwa setiap makhluk hidup secara inheren layak dan setara,” kata Richardson, Anda akan merasa terpanggil untuk melayani, baik kepada manusia, hewan, atau lingkungan. Penting bagi Anda bahwa Anda memiliki tujuan yang dapat Anda dukung untuk membuat hidup Anda terasa memiliki tujuan. Ini mungkin bukan tentang mengubah peran atau pekerjaan Anda saat ini, Richardson menambahkan, tetapi hanya mendekati apa yang sudah Anda lakukan dengan rasa pelayanan yang lebih dalam.

11. Guru Anda menemukan Anda.

Menurut Kaiser, selama kebangkitan, guru spiritual Anda mungkin “muncul di mana-mana dengan waktu yang tepat untuk membantu Anda.” Ini tidak harus guru literal: Mereka mungkin orang asing yang baik hati di toko, teman baru yang Anda temui secara kebetulan, atau tokoh spiritual atau agama literal.

12. Anda merasa sendirian.

Kebangkitan spiritual bukanlah pekerjaan yang mudah, dan sementara ada harapan untuk pencerahan di sisi lain, itu bisa terasa sangat sepi, seperti yang dijelaskan Kaiser. Sungguh mengasingkan jika seluruh hidup Anda terbalik, terutama jika orang lain dalam hidup Anda tidak berada di gelombang yang sama.

13. Anda merasa lebih terhubung dengan alam.

Meskipun Anda mungkin merasa kurang terhubung dengan teman-teman Anda di keluarga pada awalnya, Anda akan merasa lebih terhubung dengan alam, Kaiser dan Richardson setuju. Dari tumbuhan hingga hewan hingga dunia secara keseluruhan, Anda akan merasakan keterkaitan Anda dengan semuanya, dan itu mungkin cukup mengharukan.

14. Indra Anda meningkat.

Menurut Richardson dan Kaiser, indra akan sering menjadi meningkat selama kebangkitan spiritual, karena Anda menjadi lebih selaras dengan saat ini. Ini termasuk kepekaan terhadap rangsangan fisik, emosional, dan/atau energik.

15. Anda mungkin memiliki lebih banyak sensasi tubuh.

Seiring dengan kesadaran dan indera yang meningkat, Kaiser menambahkan Anda mungkin juga memiliki sensasi tubuh lainnya. Gangguan tidur tidak jarang terjadi.

16. Anda mungkin memiliki gejala fisik.

Sejumlah gejala fisik juga dapat menyertai kebangkitan spiritual, kata Kaiser, seperti kelelahan dan kabut otak. (Meskipun tentu saja, gejala-gejala ini juga bisa menjadi tanda kondisi medis, jadi jangan anggap remeh.)

17. Ada perubahan mendadak dalam kebiasaan dan rutinitas Anda.

Saat kehidupan spiritual Anda mulai berubah, begitu juga kehidupan sehari-hari Anda, termasuk kebiasaan dan rutinitas, catat Kaiser. Mungkin sekarang Anda memprioritaskan untuk menghabiskan waktu di alam atau bermeditasi, atau Anda telah membuang kebiasaan lama yang tidak lagi melayani Anda.

18. Pandangan Anda tentang dunia terasa berbeda.

Sekali lagi, kebangkitan spiritual tidak mudah, dan keterasingan dan realisasi penghancuran ego yang terjadi dapat membuat siapa pun merasa seperti hidup dalam realitas baru.

19. Meningkatkan empati.

Menurut Richardson, saat Anda mulai merasa lebih terhubung dengan dunia di sekitar Anda, empati Anda juga akan meningkat terkait penderitaan orang lain. Prevalensi penderitaan mungkin terasa mustahil untuk diabaikan, oleh karena itu mengapa Anda sekarang merasa lebih terpanggil untuk melayani.

20. Anda menunjukkan lebih banyak belas kasih.

Selain merasa lebih berempati, Richardson mengatakan mereka yang mengalami kebangkitan spiritual kemungkinan “merasa lebih berbelas kasih terhadap orang lain—sambil tetap ingin meminta pertanggungjawaban mereka.”

21. Anda memiliki rasa ingin tahu yang baru ditemukan.

Dan terakhir, sekarang setelah Anda “terbangun” untuk kehidupan Anda, Anda mungkin memiliki rasa ingin tahu dan keingintahuan seperti anak kecil untuk dunia di sekitar Anda, bahkan ketika keadaan menjadi sulit. “Mampu tetap ingin tahu tentang kehidupan Anda dan orang-orang di dalamnya, bahkan ketika Anda merasa emosional,” catat Richardson, adalah tanda kebangkitan spiritual.

Proses dan tahapan kebangkitan.

Bisa dibilang “kebangkitan spiritual” yang sebenarnya hanyalah langkah pertama di jalan panjang menuju pencerahan. Memang, kebangkitan awal mungkin terjadi hanya dalam sekejap, tetapi prosesnya memiliki banyak tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Kebangkitan spiritual.

Seperti yang dijelaskan Kaiser, ini adalah awal dari perjalanan spiritual Anda, saat Anda mulai mempertanyakan semua yang pernah Anda ketahui. Anda mulai membersihkan hal-hal tertentu dari hidup Anda (kebiasaan, hubungan, sistem kepercayaan lama) dan mengundang hal-hal baru yang lebih memperkaya. Anda mungkin merasa ada sesuatu yang hilang, tetapi Anda belum cukup memahaminya. Selama fase ini, Anda biasanya merasa tersesat, bingung, dan sedih.

2. Malam gelap jiwa.

Tahap kedua dari kebangkitan spiritual adalah seperti apa kedengarannya: ini adalah ketika jiwa Anda mengkalibrasi ulang, menanggalkan semua aspek ego. Ini sangat menantang, tetapi begitu Anda mencapai titik terendah, tidak ada tempat lain selain naik—memaksa Anda untuk membuat perubahan nyata.

3. Spons.

Setelah Anda berhasil melewati malam gelap jiwa Anda, Anda siap untuk mulai menciptakan kehidupan “terjaga” Anda yang baru dan lebih baik. Pada fase ketiga, ini semua tentang mencoba berbagai hal untuk ukuran dan penjelajahan, kata Kaiser. Anda mulai bercabang, mencoba berbagai hobi, agama, hubungan, dll., Saat Anda mencari tahu apa yang terkait dengan jiwa Anda.

4. Diri satoru.

Seperti yang dijelaskan Kaiser, Satori adalah istilah Buddhis Jepang untuk kebangkitan atau “pemahaman,” yang berasal dari kata kerja Jepang satoru. Dalam tradisi Buddhis Zen, ini mengacu pada kensh, atau “melihat sifat sejati seseorang.” Dalam fase ini, Anda mulai tidak hanya mengenali, tetapi juga menghormati dan mewujudkan, sifat sejati Anda melalui bakat, keterampilan, dan minat Anda.

5. Sesi jiwa.

Pikirkan Anda telah mencapai pencerahan belum? Tidak terlalu. Tahap kelima, yang disebut Kaiser sebagai “sesi jiwa”, bisa memakan waktu lama. Anda sedang membangun struktur aktual dalam hidup Anda di mana roh sejati Anda dapat berkembang. Ini dapat membutuhkan beberapa percobaan dan kesalahan dan banyak strategi yang berbeda. Selama waktu ini (yang bisa memakan waktu bertahun-tahun—bahkan puluhan tahun), jiwa Anda tumbuh dan pulih saat Anda menemukan rutinitas dan ritual yang cocok untuk Anda.

6. Penyerahan diri.

Langkah kedua hingga terakhir dalam proses kebangkitan, menyerah adalah tentang melepaskan semua struktur, keyakinan, atau aspek ego yang tersisa yang menjauhkan Anda dari kebenaran Anda. Pada titik ini, Anda telah mengenal jiwa Anda, Anda telah menemukan gaya hidup yang cocok untuk Anda, tetapi mungkin masih ada orang atau kebiasaan yang menahan Anda. Di sinilah Anda akan melepaskannya sehingga Anda dapat sepenuhnya melangkah ke dalam kekuatan Anda.

7. Kesadaran dan pelayanan.

Dan akhirnya, kita memiliki kesadaran dan pelayanan. Kaiser mengatakan ini adalah kesadaran penuh akan keilahian Anda sendiri di setiap saat, saat Anda mengalir melalui kehidupan dengan rahmat dan kejelasan. Anda hidup dalam pelayanan kepada orang lain, yang memberi Anda kebahagiaan dan kepuasan yang luar biasa.

Bagaimana memberi ruang untuk kebangkitan spiritual.

Meskipun mungkin tidak mudah, banyak yang akan membuktikan bahwa kebangkitan spiritual sepadan dengan usaha. Jadi, jika Anda ingin memberi ruang dalam hidup Anda untuk memulai perjalanan spiritual Anda, Richardson merekomendasikan untuk mengembangkan praktik spiritual harian, mingguan, atau bulanan (seperti meditasi, perhatian penuh, dan rasa syukur, misalnya).

Selain itu, “temukan orang yang Anda sukai secara spiritual yang dapat Anda ajak bicara,” sarannya. Anda juga dapat mencari buku atau podcast tentang spiritualitas yang beresonansi dengan Anda.

“Latih cinta-diri dan kasih sayang,” kata Kaiser. “Bersikaplah lembut dengan diri sendiri dan percayai apa yang terjadi; semua kebangkitan spiritual terjadi untuk membimbing kita kembali ke keseimbangan dengan diri kita yang sebenarnya.” Dia menambahkan untuk juga memperhatikan panduan batin Anda dan dorongan intuitif, sebagai “mereka membantu Anda menyelaraskan dan menghapus apa yang tidak lagi otentik dalam hidup Anda.”

Garis bawah.

Kebangkitan spiritual itu rumit, mendalam, dan mengubah kehidupan—dengan cara terbaik. Meskipun mungkin tidak mudah, ini akan meningkatkan kehidupan Anda menjadi lebih baik dengan kesabaran, coba-coba, dan sedikit waktu. Jika Anda menemukan diri Anda dalam satu, yang harus dilakukan hanyalah mempercayai prosesnya, bertahanlah dengan erat, dan bersiaplah untuk kehidupan yang baru terbangun.

SEL KEBEBASAN

SEL KEBEBASAN

KARYA : TEUKU RIFNU WIKANA

Warung tempat berkumpulnya manusia urban di satu kota besar. Sore hari. Sudut kiri, warung berukuran kecil menempel dengan tembok. Di kanan kiri warung terdapat meja dan kursi tempat Jasad, Kirman, dan Kumang berdebat tentang apa saja, dengan segelas kopi dan anggur yang sudah dibagi tiga. Di tembok belakang, tampak sebuah tangga berukuran setengah meter menempel dengan tembok menjulang ke atas. Di sudut kanan terdapat sebuah lemari kecil berukuran sepinggang. Di sampingnya sebuah level, di atasnya selembar tikar robek membentang. Diatas level tersebut duduklah Tunggal dengan mesin tik yang sedang dipakainya. Suara jasad dan kawan-kawan semakin membuat merasa terganggu. Ditambah lagi suara Televisi/Radio yang terdengar dari dalam warung.

Kumang dan Kirman berdebat tentang jalur ngamen.

Tunggal mengetik

Nanang menyanyi

Jasad menyambung setiap kata

TUNGGAL ​: Woy!!!

(Seketika semua terdiam mendengar teriakan Tunggal)

TUNGGAL​: Hari apa sekarang?

(Semua tertawa)

JASAD​: Setahuku kau tak punya hari

TUNGGAL​: Serius ini

JASAD​: “Senin sampai minggu itu tak ada, sifatnya ruhani tidak dapat dibagi-bagi. Tidak terbatas”

TUNGGAL​: Sad!

JASAD​: Agustus bego!

(Tunggal dan lainnya tertawa)

JASAD​: Lho, kenapa?

TUNGGAL​: Hari, hari apa ini bodoh!

JASAD​: Oooo owa eyo, owa eyo owa eyo. Owa eyo owa eyo

TUNGGAL​: Ya. Sepertinya nanti malam gak dapat jatah ni..

JASAD​: Oke, oke.. ini hari kemerdekaan.

TUNGGAL​: Akh, taik… (Pada Kumang) Mang hari apa ini..

KUMANG​: Hari… mau ujan.

JASAD​: Memang musim hujan.

NANANG​: Bukannya musim rambutan ya??

TUNGGAL​: Ini duit, jangan main-main.

JASAD​: Man, jawab!

KIRMAN​: Hari Roesli…

(Jasad dan yang lainnya tertawa)

TUNGGAL​: Gila! Semuanya gila! (mengambil kalender di dalam lemari berukuran sepinggang)

JASAD​: Kau pikir kalendermu itu dapat membantumu menemukan hari. Lihat saja terus. Sudah? Nah, sekarang hari apa?

TUNGGAL​: Sekarang tanggal berapa?

JASAD​: (Tertawa) Hari, hari apa ini bodoh?!

TUNGGAL​: Kacau! Hari pun kalian sudah lupa

JASAD​: Siapa yang lupa? Kau mau tahu sekarang hari apa?

(Tunggal hanya memandang Jasad)

JASAD​: Hari rabu,

TUNGGAL​: (Memandang Jasad, seolah-olah sudah menemukan hari)

JASAD​: Hari kamis, Taik Lembu enak di tumis.

TUNGGAL​: Akh, taik

(Kumang dan Kirman tertawa)

KIRMAN​: (Mengambil salah satu karya tunggal, lalu membacanya) Aforisme kehidupan karya “Tunggal” waduh,,,Jasad. Miring. Sad..

JASAD​: (Merampas tangannya Kirman) Kita baca. Jasad miring, karya tunggal langgang.

(Kumang dan Kirman tertawa)

JASAD​: Mana hari dan tanggalnya nih.

(Kumang dan Kirman tertawa)

JASAD​: Ssst.

“Zina tawa mistar, lebar terbelah suara mesin kereta.

Tas Hitam pada pinset berlambang harimau siap Terkam siapa, Atas alas-alas koran samping besi hitam malam.

Kotak-kotak amal terbakar fakir yang haus liar.

Lagu ala trio macan menyelinap lewat vagina.

Tinggal setengah lagi anggur pada gelas es doger

Bercap viva merah.

Kereta militan melesat, tuuiittt……..

Pancong putu bamboo menunggu pemeju laku. Apa kabar malaikat kiri hari ini yang sibuk keluar masuk lendir?

KIRMAN​: Baik, baik

JASAD​: Pada kanan siap menggenggam globe, memutar chanel Radio, meniup pluit kamtib-kamtib primitive.

KUMANG​: (Naik keatas meja sambil menunjuk Jasad) Menunggu pemeju laku dari pemeju layu.

JASAD​: Akh, sembunyi di balik kata-kata….

TUNGGAL​: (Tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perut)

(Masuk Mira seorang cerpenis berusia 33 tahun. Sambil mengomentari Tunggal)

MIRA​: Nah, ini dia nih, contoh tertawa orang-orang yang menginginkan nasi. Ingin tertawa lepas, tapi perut tak mendukung. Akhirnya dipegangi agar nggak lepas.

TUNGGAL​: Eh, Mir. Kebahagiaan itu bukan terletak pada keinginan. Nasi, akh! Aku ini pelari marathon tanpa start-finish. Tapi lari ditempat menghentak dan menembus bumi.

MIRA​: Bagaimana lu mau menembus bumi, sedang perut lu saja nggak keisi.

TUNGGAL​: Ooo sudah selesai itu….

MIRA​: Baik, jangan sempat lu minta sesuatu dari gw ya.

TUNGGAL​: Ya!!

JASAD​: (Memanfaatkan keadaan) Mir, anakmu gimana kabarnya, sehat?

MIRA​: Sehat.

JASAD​: Kopi ya mir…

MIRA​: Ambil aja apa yang lu mau.

JASAD​: Biar seimbang…rokok nang

MIRA​: Eh, lu sudah dikasih kopi…..

JASAD​: (Mengalihkan pembicaraan) Eh Mir, aku sudah baca cerpenmu yang terakhir. Bagus….

MIRA​: Oh ya…..

JASAD​: Ya……

TUNGGAL​: Maksudnya bagus untuk tidak dibaca…

MIRA​: Anjing…

JASAD​: Bukan salahku ya mir

(Tunggal tertawa)

KIRMAN​: Darimana Mir?

MIRA​: Darimana ya?! Kalupun lu gw kasi tahu lu juga nggak akan tahu Kirman.

TUNGGAL​: Sepertinya tempat yang sama sekali belum dikunjungi si Kirman Cuma ruang batinmu mir.

MIRA​: Kalau sekedar singgah, dia pernah. Lu? Full!!!

JASAD​: Waduh!

TUNGGAL​: Mir, kalaupun aku tahu disitu ada aku, akan kubuat jalan agar sampai kesana.

MIRA​: Lu nggak akan sanggup menembus jalan itu. Karena lu cacat, ya cacat semangat.

TUNGGAL​: Untuk apa aku ketempat itu. Bukannya sudah menjadi markas sementara para pemeju layu (tertawa)

JASAD​: Dalam nih.

MIRA​: Kenapa, lu cemburu?

TUNGGAL​: Aku? Komentar saja aku tidak!

MIRA​: Apa. Lu tidak berkomentar?

TUNGGAL​: Tidak!

MIRA​: Nah, itu tadi apa?

TUNGGAL​: Akh, tak penting bagiku mengomentari. Mau orang tualah anak kecillah, anak setanlah. Apa peduliku!

KUMANG​: Lho, itu bukannya komentar Gal?

TUNGGAL​: Kau tidak usah ikut komentar Kumang!!!

KUMANG​: Lha, yang komentar siapa?

TUNGGAL​: Kau!!!

KUMANG​: Aku? Nang aku komentar apa?

NANANG​: Aku no coment aja lah, ntar kasi komentar malah di hutangi.

JASAD​: Ini. Dia saja penjaga warung sudah mengerti Sikologi jebakan.

TUNGGAL​: Akal-akalan si miskin….

JASAD​: Daripada kau, apa? Siapa? Kapan? Dimana? Benarkah? (Tertawa)

(Pada Nanang) Hebat kau kawan. Rokok satu yo…

NANANG​: Akh enggak. Hutang mu saja sudah bisa buka warung

JASAD​: Tenang, nanti kubayar.

NANANG​: Dulu empat tahun yang lalu kamu juga bilang begitu. “Tenang nanti tak bayar”

JASAD​: Itukan dulu, belum ada job.

NANANG​: Dulu, sekarang nanti, sama saja…

JASAD​: Oh, kalau nanti itu beda, tidak sama. Aku, kau dan semua orang yang ada disini tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Menduga-duga boleh. Misalnya nanti warungmu ini, dicabut surat izinnya, dirusak oleh kamtib-kamtib primitive yang ditulis si Tunggal dalam puisinya tadi. Dimana kau tidak punya kerjaan lagi. Jadilah kau seperti kami ini.

NANANG​: Tapi kan aku masih punya surat izin dan catatan-catatan bon kalian..

JASAD​: Berapa lama kau bisa bertahan dengan catatan-catatan itu? Lagi pula siapa yang peduli dengan keadaanmu nanti? Itu sama halnya dengan kau membawa surat kepemilikan tanah tanpa sertifikat asli. Kau bilang ini tanahmu, kau tanami tumbuhan, sayuran. Besok para aparat akan menjadikan tanahmu “Pos Angkatan Langit” kau melawan, ditembak, mati. Akhirnya di media kau dituduh sebagai “Teroris”. Karena di sampingmu ada kotak berisi aki yang katanya bom. Selesai.

NANANG​: Ya enggak bisa gitu toh….

JASAD​: Kenapa? Mau protes? Protes sana sama Tuhanmu. Paling Tuhan akan bilang “Hei cumi, bukan kau saja yang mengalami hal seperti itu. “Dia” sambil menunjuk salah seorang disampingmu. “Dia punya tanah seratus hektar lengkap dengan surat-suratnya”. Kau tanyalah dia.”Bapake, bapake. Kenapa kau disini? Betul kau punya tanah seluas itu? Apa yang telah terjadi?”

“Kebenam lumpur dek, aku salah ngebor”. Nah, lalu muncul seorang lagi yang sedang membawa Atlas sambil berlari dan berteriak, “Pulauku…pulauku”. Lalu kau menanyakan orang itu. “Bapake, bapake. Bapak kenapa?” “Pulauku, pulauku hilang. Pulauku!”

Mendengar itu, kau protes pada Tuhan, kau marah, kau maki-maki Tuhan. “Tuhan semua ini kesalahanmu!”. Lalu Tuhan menjawab, “Yee. Womg aku sedang main puzzle”. Mau ngomong apa?

NANANG​: Terus, kalau begitu untuk apa kita hidup?

JASAD​: Ya untuk dinikmati. Makanya harus saling berbagi (Sambil mengambil kotak rokok yang ada di warung)

TUNGGAL​: Kenikmatan itu bukan terletak pada hidup kawan, hidup itu hampa. Mati adalah kenikmatan sejati.

KIRMAN​: Ooh, lihat-lihat matinya. Lha iya…

KUMANG​: Yoi

KIRMAN​: Mati juga harus memilih agar dikenang, dikenal. Jangan nanti, “SEORANG PENYAIR MATI DITINGGAL BINI”

TUNGGAL​: Maksudmu apa man, aku? Kau jangan mengungkit masalah pribadiku ya, aku nggak suka kau sejauh itu.

KIRMAN​: Kenapa, kau keberatan? Orang-orang nanti juga akan tahu. Kau kan tidak mati karena shipilis, racun atau sebagainya. Yang ku katakan kau mati ditinggal bini. Lebih unik kan?

TUNGGAL​: Anjing (Mendorong Kirman).

JASAD​: (Melerai perkelahian) Hei, apa-apaan in. Sama-sama ditinggal bini kok ribut.

KIRMAN​: Dia pikir Cuma dia saja yang ditinggal bini? Kau masih mending. Istrimu masih ada, walaupun mantan, Anakmu. Masih bisa kau minta walau sekali bertemu, atau melihatnya dari kejauhan. Aku? Kemana ku cari? Dimana aku dapat bertemu dengan dia? Cuma kematian yang dapat mempertemukan aku dengan dia. Cuma kematian yang dapat menghidupkan kematian itu.

TUNGGAL​: Mati saja kau!

KIRMAN​: Ya betul Gal. Bukan hidup yang kucari, tapi mati. Terimakasih gal, kau sudah membuatku bersemangat untuk mati. Terimakasih. Aku pergi (Kirman pergi meninggalkan warung).

KUMANG​: (Kesal pada Tunggal) Cocotmu itu loh. (Ikut menyusul Kirman)

NANANG​: Man, sebelum mati bayar hutang dulu ya.

(Suasana hening seelah kepergian Kumang dan Kirman. Hari semakin sore. Tampak Nanang sedang melaksanakan shalat maghrib. Jasad sibuk memukuli nyamuk yang ada disekitarnya. Disekitar Nanang, juga disekitar Mira, dengan harapan Mira merasa terlindungi, lalu dapatlah apa yang diinginkan)

JASAD​: Nyamuk! Bilang sama Tuhanmu jangan beraninya sama orang lapar!

MIRA​: Lapar Sad? Pesan sana.

JASAD​: Kau yang bayar ya Mir?

MIRA​: Ya, untuk apa gw nawarin?

JASAD​: (Tertawa menyindir Tunggal) Nanang…Mi rebus satu.

NANANG​: Minyaknya habis. Makanya bayar hutang dulu biar bisa belanja.

(Tunggal dan Mira tertawa)

JASAD​: Anjing.

MIRA​: Bukan salahku ya?

JASAD​: Ah roti-rotilah…

MIRA​: Nang aku mi rebus satu ya!

NANANG​: (Melirik Jasad) Di tunggu ya Mir…

JASAD​: Anjing.

TUNGGAL​: Eh Mir, hari apa sekarang?

MIRA​: Apa? Hari? Mending lu jangan tanya hari apa deh, tapi tanya berapa hari lu sudah disini. Hari pun lu tidak tahu.

TUNGGAL​: Untuk apa kutanyakan itu?

MIRA​: Terus untuk apa lu tanyakan hari?

TUNGGAL​: Katakan saja kalau tak tahu ini hari apa. Selesai!

MIRA​: Gw? Jangankan hari, berapa detik jantung gw aja gw tahu. Lu? Berapa tahun lu disini? Gw pikir lu pun sudah lupa.

JASAD​: 20 tahun.

MIRA​: 20 tahun? Berarti kita kalikan 20 x 365 hari = 7300 hari, lalu kita kalikan lagi 7300 x 24 jam di kali 60 menit, dikalikan 60 detik. Berarti…heh lu denger nih = 630.720,000 detik lu duduk disini.

NANANG​: Hari aja lupa, gimana hutang. Berapa hari tadi Mir?

MIRA​: Lu juga. Omongan yang baru diucapkan saja lu bisa lupa, wajar lu dilupain. (Pada Tunggal) Untuk apa lagi hari buat lu Gal?

TUNGGAL​: Sudah Mir. Kau pikir dengan matematikamu yang busuk itu dapat merubah keadaan. Keadaan akan tetap menjadi keadaan itu sendiri, sementara hitunganmu akan bertambah terus-terus dan terus. Padahal kau sendiri berada dalam hitungan itu.

(Masuk Lubis, seorang politikus)

LUBIS​: Hitung-hitungan apa ini? Bicara angka ini.

(Semua terdiam)

LUBIS​: Kalau dapat rejeki bagi-bagilah. Tak akan habis itu. Payah!

(Semua masih terdiam dan saling bertatapan)

LUBIS​: Inilah contoh kalau kita sudah diperdaya oleh angka-angka. Sedih kawan, senang lawan. Manusia..manusia, Kenapa kalian diam aja? Makan kalianlah angka-angka itu. Pura-pura diam.

(Semua masih terdiam)

LUBIS​: Woy..(Teriak)

(Semua tertawa)

LUBIS​: Kenapa kalian tertawa?

JASAD​: Kami tidak sedang menertawakan kau politikus. Ada, ada tenang saja. Ya, kita sedang merencanakan sesuatu “Revolusi Nasib” Demo! Setidaknya angka yang kami sebutkan tadi akan menjadi angka mutlak. Tapi sebelum itu aku mau nanya sesuatu. Apa kau keberatan kalau kupakai uangmu sepuluh ribu aja. Ini penting! Ini ada hubungannya dengan angka-angka itu.

LUBIS​: Betulnya itu?

JASAD​: Oh…iya.

(Mira dan Tunggal tampak tertawa melihat kejadian itu. Saat Lubis ingin mengeluarkan uang, Mira melambaikan tangannya pertanda tidak. Lalu Lubis pura-pura mengambil HP)

LUBIS​: Sebentar ya Sad, ada yang nelpon. Untung saja bergetar. Halo…ya…siapa ini, Oh Bung…ada apa bung…pengajar akting? Ah, ada-ada saja…Oh untuk anak. Berapa anak yang mau di ajar? Tiga? Oh..ada,ada. Bah, dijamin lah bung. Tapi gini bung, biar sama-sama enak nih, kira-kira berapa perjamnya bung? …Dua ratus. Berapa jam? Tiga, berarti enam ratus. Baik…kapan? Oh sebulan ini? Okelah Bung, nanti kucarikan. Ya sama-sama.

(Lubis pura-pura mematikan HP, lalu menyamperi Jasad)

LUBIS​: Berapa kau minta tadi?

JASAD​: Tadi yang nelpon siapa?

LUBIS​: Oh, kawan. Caleg depok.

JASAD​: Apa yang dia cari? Pengajar? Aku bisa.

LUBIS​: Ya, tapi kan kau sibuk dengan angka-angka itu!

JASAD​: Akh tidak benar itu, kau yang salah dengar. Tanyakan saja mereka.

LUBIS​: Ya Mir, betul katanya?

TUNGGAL​: Enggak.

JASAD​: Kau!

TUNGGAL​: Ya benar, kau salah dengar.

LUBIS​: Untung tak kuberikan uang itu kepadamu ya.

JASAD​: Akh kau, namanya juga akting, canda.

LUBIS​: Ya sudah. Berarti pilihannya kau. Tapi sebentar sad, agak ragu aku ini (Memandangi Jasad) Bisanya kau melatih?

JASAD​: Sudah pekerjaanku.

LUBIS​: Ya sudah, ikut aku. Ada tiga anak yang mau dilatih sampai bisa akting. Honornya 200 ribu per jam. Perhari tiga jam. Berarti berapa?

JASAD​: Dua ratus ribu perjam, Enam ratus ribu pertiga jam. 25% untukmu kawan.

LUBIS​: Ya tapi tiga anak babi!

JASAD​: Akh! Serius ini, jangan main-main!

LUBIS​: Kau pikir karena kau aktor kau saja yang bisa akting? Aku juga bisa. Ini HP ku Low bat dari tadi.

JASAD​: Anjing.

MIRA​: Makanya, jangan menggigit kalau nggak mau digigit

JASAD​: Kugigit juga kau…ha…

MIRA​: Sad…hei! Gila lu ya. Anjing bau banget badan lu! Berapa tahun lu gak mandi?

TUNGGAL​: 25 tahun

MIRA ​: 25 tahun? Sekarang kita kalikan 365×25 tahun berarti..

JASAD​: Ooo…owa eyo…owa eyo..owa eyo..owa eyo..Eh Lubis bagaimana kabar Tuhan kita?

LUBIS​: Lagi pusing dia. Streess..

JASAD​: Kenapa?

LUBIS​: Mikirin kau

JASAD​: Apa katanya?

LUBIS​: Bau kali kau! Udah kuciptakan langit dan seisinya. Tinggal pakai saja bingung.

JASAD​: Kau pikir zaman apa sekarang? Jangankan mandi, kencing, Kontut pun sebentar lagi bayar.

TUNGGAL​: Berarti namanya, toilet kontut.

LUBIS​: Kau juga Gal,,,berapa hari kau tak mandi?

TUNGGAL​: Memangnya sekarang hari apa?

LUBIS​: Yang kutanya berapa hari kau tidak mandi. Bukan sekarang hari apa….

MIRA​: Kalau buat dia (menunjuk Tunggal), apa kata Nya?

LUBIS​: Sudah kuberi tempat enak, pekerjaan. Eh, malah mau jadi gembel. Nyusahin pemerintah saja.

TUNGGAL​: Karene pemerintah tidak tahu arti kemerdekaan sesungguhnya. Ini bukan pilihan seperti “Merdeka atau Mati”. Tapi “Merdeka adalah Mati”.

LUBIS​: Mati saja kau.

TUNGGAL​: Aku masih berjuang kawan. Inilah perjuangan itu. Berjuang untuk mati.

LUBIS​: Nah, itu juga yang dikesalkan sama pemerintah. Kenapa kau tidak mati-mati.

TUNGGAL​: Taik! Dia saja suruh mati. Memang itu impiannya. Kenapa kita tidak mati-mati.

LUBIS​: Kita? Aku nggak ikut-ikutan ya. Aku bukan gembel.

TUNGGAL​: Cuma gembel yang tak mau dikatakan dirinya gembel. Pemerintah memangnya Tuhan.

LUBIS​: Ooo jangan salah. Terkadang dia juga lebih hebat dari Tuhan.

JASAD​: Betul itu. Kemarin saja di gedung kembar ada pertandingan congklak. Tuhan VS Pemerintah. Penontonnya membludak. Malaikat-malaikat kanan. Mentri-mentri dan DPR di sebelah kiri. Juri nya siapa?!

SEMUA​: Siapa?

JASAD​: Seniman. Kita para penonton rakyat jelata diluar pagar, nggak boleh masuk. Di jaga oleh brikade-brikade. Seru! Awalnya Tuhan menang. Semua biji habis dilahapnya. Tapi pemerintah kita senyum-senyum saja. “He, politik agama”, katanya. Dubrak!!! Sekeika angka berbalik. Tuhan kalah. Malaikat menangis. (Tertawa)

MIRA​: Wah, bahaya ini. Bisa dipenjara lu Sad. Kita juga bisa diangkut.

JASAD​: Berarti kita bebas. Masuk penjara yang dijaga oleh sipir-sipir itu berarti kita bebas. Dapat makan. Reuni bersama teman-teman senasib. Sipir aja bisa kita manfaatin. Daripada disini, dipenjara tak bernama ini. Makan aja susah. Berusaha melarikan diri. Balik lagi balik lagi. Bagaimana tidak? Yang jaga danyang. Danyang nya siapa? Ya kalian-kalian inilah.

(Kumang masuk, lari ketakutan. Seperti terjadi sesuatu)

TUNGGAL​: Mang kenapa kau? (pada Nanang) Nang kasi minum!

(Nanang datang memberi segelas air)

TUNGGAL​: Kenapa mang? Kirman mana?

KUMANG​: Dia ditangkap kamtib. Nggak tahu dibawa kemana?

LUBIS​: Apa yang sedang kalian lakukan?

KUMANG​: Ya ngamen. Ratusan orang ditangkap. Digebukin.

JASAD​: Anjing… Itu kan. Ya sudah sekarang ceritakan kronologisnya.

KUMANG​: Awalnya kita bareng. Tapi dapat kolekan selalu sedikit. Aku tidak tahu salahnya dimana. Apa suaraku yang kurang bagus, atau Kirman. Tapi kalian tahu sendirikan yang mana yang bagus? Aku yakin kalian bisa menilainya.

TUNGGAL​: Ya, ya terus.

KUMANG ​: Karena kalau aku sendiri yang ngamen, kolekannya selalu banyak.

JASAD​: Ini kemana arah ceritanya?

KUMANG​: Maka dari itulah kami pisah?

MIRA​: (Panik) Lalu dia kemana?

KUMANG​: Nang, rokok sebatang ya…Jadi saat kami berpisah, kebetulan bus ac lewat. Penumpangnya banyak lho, tidak ada yang berdiri pula.

TUNGGAL​: (Kesal) Ya Tuhan…

KUMANG​: Aku pun naik bus tersebut, Mulailah aku bernyanyi, wah asyik sekali waktu itu. Aku bebas. Lagu pertama selesai, masuk lagu kedua. Tahu nggak kalian lagu apa yang kunyanyikan?

TUNGGAL​: Lagu apa njing!

(Kumang berhenti bercerita. Menatap Tunggal)

MIRA​: Tunggal!

TUNGGAL​: Bagaimana tidak kesal, kita bingung mikirin Kirman, eh malah curhat.

KUMANG​: Nggak nyambung sih.

TUNGGAL​: Eh anjing, yang nggak nyambung siapa?

KUMANG​: Ya elu. Blok!

TUNGGAL​: Kau (Menyamperi Kumang)

MIRA​: Teruskan Mang.

KUMANG​: Lagu kedua pun selesai. Karena penumpang merasa terhibur, aku tambah satu lagu lagi. Tapi disaat lagu ketiga hampir selesai, dimana aku juga sudah mengeluarkan kolekan, tiba-tiba bus mendadak berhenti. Semua penumpang dipindahkan ke bus lain yang ada di belakang. Aku nggak jadi ngolek penumpang deh.

JASAD​: Ooo, lagu pertama selesai?

KUMANG​: He’eh.

JASAD​: Lagu kedua selesai?

KUMANG​: Ia.

JASAD​: Lagu ketiga, nggak jadi ngolek?

KUMANG​: He’eh.

(Jasad mengambil sebuah botol minuman yang sudah kosong, lalu memukulkannya tepat di kepala Kumang)

JASAD​: Kau mau cerita kolekan apa Kirman?

KUMANG​: (Marah) Makanya dengerin dulu. Di saat penumpang itu pindah ke bus belakang, Kirman naik ke bus tersebut. Dengan tampang bahagianya dia lambaikan tangannya kepadaku. Tapi, baru saja bus itu berjalan seratus meter, puluhan Kamtib menyeret Kirman keluar dari dalam bus, lalu dimasukkan ke dalam mobil cooldiesel bersama beberapa pengamen lainnya. Mereka dipukul, dihajar…tapi sebentar.

MIRA​: Ada apa Mang? (Cemas)

KUMANG​: Yang aku lihat, pengamen-pengamen yang ditangkap semuanya brewokan. Termasuk Kirman. Jangan-jangan

LUBIS​: ya, jangan-jangan Kirman dianggap teroris.

JASAD​: (Tertawa) Kau dengar kan Nang?

NANANG​: O, Kirman teroris?

JASAD​: Jangan-jangan, menduga-duga, bodoh!

MIRA​: ini bahaya ini. Jadi kira-kira dibawa kemana Kirman sekarang?

KUMANG​: Ya, ndak tahu. Padahal rokokku tiga batang dipegangnya.

JASAD​: Tiga batang?

MIRA​: Jadi gimana kawan-kawan, kita cari dia sekarang? Mungkin dibawa ke tempat tahanan barangkali.

JASAD​: Untuk apa? Biarkan dia. Dia sudah bebas sekarang.

LUBIS​: Betul, mungkin dia lebih tenang disana?

MIRA​: Maksud kalian apa?

JASAD​: Maksudnya, Kirman sekarang sudah bebas dari sel kebebasan ini. Apalagi kalau dia benar-benar dituduh sebagai teroris. Wajahnya akan dimuat di koran-koran dan televisi. Akan dikatakan “Teroris sudah menambah ke segala penjuru masyarakat” Ada yang nyaru jadi pengamen jalanan, ada pula yang jadi pengemis. Nah, salah satunya Kirman. Lalu di dalam sel dia akan bertemu dengan orang-orang berjanggut lainnya yang sudah ditetapkan sebagai teroris, padahal itu pun belum tentu. Lalu diajarilah Kirman mengaji. Strategi.

KUMANG​: Strategi?

JASAD​: Ya, strategi jadi guru ngaji. Nah, jika nanti ia terbukti tidak bersalah, dimuat lagi di koran. Tulisan-tulisan wartawan akakn mendukung Kirman. Keluar penjara, image nya bukan lagi sebagai teroris atau pengamen jalanan, tapi ustad.

NANANG​: Subhanallah..

JASAD​: Subhanallah..nah, Mulailah dia mengajar mengaji, ceramah di kampung-kampung. Lalu dilirik satu stasiun TV. Jadilah dia, UKIR.

SEMUA​: UKIR?

JASAD​: Ustad Kirman. Kalau anggotanya sudah banyak, supaya uangnya nggak putus, dia buat aliran baru. Dan supaya anggotanya semangat mencari anggota baru, dia kasih persenan untuk setiap yang mendapat anggota baru dari uang pendaftaran. Ya, pakai sistem MLM lah. Lalu kau datang mengunjungi dia. “Kirman, ini aku Mira. Apa kabar Man?” Lalu dia jawab “Mira, Astagfirullahaladzim”

(Semua tertawa)

MIRA​: Bisa kalian berfikir seperti itu ya. Gw pikir dengan duka persahabatan yang sudah puluhan tahun terjalin dan mengalir dalam tubuh kalian, telah melahirkan persaudaraan. Gw pikir dengan tawa yang setiap saat muncul dalam duka kalian adalah kebahagiaan. Gw baru sadar, yang ada Cuma penindasan.

LUBIS​: Kau tidak bisa mengatakan ini penindasan Mir. Cobalah lebih obyektif. Jangan kau bawa perasaanmu.

TUNGGAL​: Kita semua orang-orang teringgal Mir.

MIRA​: (Menangis tersedu) Berapa lama dia akan tinggal di sana. Kalian kan tahu, sehari di sana rasanya…

TUNGGAL​: Jangan coba kau hitung dengan matematikamu itu Mir. Inilah hakekat. Bagaimana kita dapat menemukan wujud yang sebenarnya, jika penderitaan kita anggap sebagai tiang gantungan. Begitu pula sebaliknya. Kesenangan bukan kegembiraan Mir. Duka gembira sama saja.

KUMANG​: Ya, mudah-mudahan dia tidak seperti teman-teman kita yang dulu.

LUBIS​: Maksudmu?

KUMANG​: Hilang tak tahu kemana.

LUBIS​: Dari aktifis sampai pengemis semua diculik!

MIRA​: Terus. Apa yang kita lakukan sekarang?

KUMANG​: Doakan saja Mir, mudah-mudahan dia tidak apa-apa.

JASAD​: Berdoa? Ha! Untuk apa ha? Berapa juta orang yang kini sedang menanti, menunggu giliran, mengharapkan panggilan pengabulan. Urusan arus bawah saja belum selesai, sudah mau keatas, ya dicuekin. Makanya cuekin balik. Biarkan Dia di tempatnya dengan segudang permintaan. Ini urusan manusia dengan manusia. Suatu hari Dia akan kesal melihat kita, “Manusia satu ini kok nggak pernah minta ya?”. Jadi fokus.

MIRA​: Jadi menurut lu begitu? Kalau begitu untuk apa Dia ada?

JASAD​: Untuk apa kau ada? Untuk apa duka…derita? Untuk apa bencana? Untuk apa masalah?

KUMANG​: Untuk kita

NANANG​: Aku nggak ya!

MIRA​: Lu sama sekali tidak punya rasa kasih ya Sad. Tidak ada bedanya lu dengan binatang.

JASAD​: Eh…justru Cuma binatang yang punya rasa kasih. Ini realita. Kucing itu binatang. Tapi dia selalu ingat kapan ia harus memberi susu kepada anaknya. Dia tidak berharap apa-apa. Dia selalu menjalankan kewajibannya, walaupun ia tidak tahu bahwa itu adalah kewajiban. Dia tidak berharap jika anakku besar, akan menjadi hewan besar. Berguna bagi nusa dan bangsa kucing. Ia juga tidak pernah memberi makan seseorang agar mendapat sanjungan, pembalasan, budi, apalah. Kau kan belajar matematika Mir, tahu untung rugi. Kita lahir dari opini dan pendapat. Kita punya pikiran. Dan kita tidak akan pernah bisa menghapus naluri purba yang mengalir dalam tubuh kita.

MIRA​: Jadi lu merasa rugi menyelamatkan saudara sendiri? Aku tida mengerti jalan pikiranmu. Setelah sekian tahun bersama lu masih mempersoalkan untung rugi?

JASAD​: Tolong kau jelaskan kepadanya Gal.

TUNGGAL​: Kau lah yang menjelaskannya, kau yang bicara tadi. Aku nulis!

JASAD​: Akh taik. Kau terlalu terbebani perasaanmu sendiri Mir. Dimana akal sehatmu?

MIRA​: Itulah yang membedakan gw dengan lu. Lebih mengutamakan pikiran daripada perasaan.

KUMANG​: Tenang Mir

MIRA​: Tenang? Lu bisa tenang menghadapi ini, karena lu manusia tenang. Sedangkan aku? Hidupku penuh gelisah Mang. Dimana ketenangan didunia ini?

NANANG​: Ya, di warung ini. Dimana lagi?

MIRA​: Ini nggak lucu anjing! Ini serius! Tak ada ketenangan disini. Yang ada Cuma ketegangan!

TUNGGAL​: Betul!

JASAD​: Kena dia. Pengusung kata-kata telah dipasung oleh kata-kata.

MIRA​: Justru lu yang sudah terpasung oleh kata-kata lu sendiri.

JASAD​: Saling membela ini.

TUNGGAL​: Kita mencari kebenaran. Bukan membenarkan sesuatu yang belum tentu benar. Seperti segala dugaanmu tentang Kirman.

JASAD​: Mencari kebenaran tentang Kirman? Bukannya kau sedang mencari kebenarang tentang hari apa sekarang. Hari saja belum benar, merasa paling benar.

KUMANG​: Hei, sudah..sudah.

LUBIS​: Sudah, biarkan saja. Mereka sedang mencari kebenaran.

KUMANG​: Ya, tapi yang benar-benar, benar itu siapa?

LUBIS​: Kita.

KUMANG​: Kita? Yang benar-benar salah?

LUBIS​: Yang ada disitulah.

JASAD​: Benar-benar, benar! Seperti kau paling benar disini.

LUBIS​: Lho, kita dapat nilai dua puluh. Ada lima soal, benar dua, salah tiga.

MIRA​: Jadi maksud lu soalnya kita orang berlima ini, Anjing!

LUBIS​: Syukurlah kalau sudah tahu.

NANANG​: Berarti aku nggak dihitung?

JASAD​: Kan sudah dihitung. Tak kau dengar kata-katanya? Jadi maksud lu soalnya kita orang berlima ini. (Pada Nanang) Anjing?

NANANG​: Kamu yang anjing!

JASAD​: Kita memang Anjing, Anjing liar, auuwwwww (bergaya seperti Anjing).

MIRA​: Kita? Lu kali yang Anjing!

NANANG​: Eh, aning bayar hutangmu!

JASAD​: Sabarlah Njing!

MIRA​: Anjing mana punya uang. Bisanya kan Cuma menggonggong kalau lapar, menjilat untuk dapat makan.

JASAD​: Gerr…Kujilat kau (bersiap menerjang Mira)

MIRA​: Anjing bau sekali nafas lu? (Menepis sentuhan Jasad).

KUMANG​: Namanya juga anjing.

JASAD​: Gerr ada tulang juga ha..(Semakin menjadi-jadi)

KUMANG​: Huss..huss! Kupukul kepalamu Anjing! (Memegang ukulele)

JASAD​: Pukul lah, pukul..Anjing.

KUMANG​: Pak, tolong lah. Kok Anjingnya dilepas?

NANANG​: Huss..huss! Anjing gila! (Menyiram air ke badan Jasad)

JASAD​: Anjing! Maksudmu apa, ha! (marah) apa maksudmu anjing!

NANANG​: Gitu aja marah (menyengir)

JASAD​: Jangan nyengir, Anjing (merusak dagangan Nanang)

KUMANG​: (Memeluk Jasad) Hei Jasad…apa-apaan ini?

JASAD​: Kau nggak usah ikut campur Mang.

MIRA​: Akting.

LUBIS​: Masih saja.

JASAD​: Masih saja apa Anjing!

TUNGGAL​: Sad! Nggak usah berlagak gila.

Jasad​: Kalau aku memang gila kenapa?

TUNGGAL​: Bukan disini tempatnya. Di luar sana banyak orang yang bisa kau ajak gila.

JASAD​: Anjing juga kau Gal! (menghampiri Tunggal)

TUNGGAL​: Apa kau bilang?

MIRA​: Hei, apa-apaan ini? Sudah Sad! Sana pergi.

JASAD​: (Pada Mira) Kau yang pergi. Kau juga! (Pada Tunggal)

TUNGGAL​: Ya sudah Mir, lebih baik kita pergi. Biarkan dia bermain dengan pikiran-pikirannya itu.

JASAD​: Ya, lebih baik kalian pergi, kau bawa dia. Karena Cuma kau yang punya kesamaan nasib dengan Kirman, sama-sama ditinggal bini.

TUNGGAL​: Anjing kau! Mulutmu (Menghampiri Jasad)

JASAD​: Kenapa? Dia sudah tahu kok.

MIRA​: Kalau gw tahu memang kenapa?

JASAD​: Bagus. Berarti jodoh, kawin. (tertawa)

MIRA​: Terus, lu sendiri. Pernah merasakannya nggak?

(Jasad hanya terdiam)

MIRA​: Mengapa lu diam? Merasa gagal? Atau jangan-jangan emang lu nggak mampu.

JASAD​: Hai-hati kalau bicara Mir.

MIRA​; Kenapa, lu tersinggung? Ternyata lu masih punya perasaan juga ya. Sayang aja lu nggak pernah menghargai perasaan orang lain. Selalu aja terucap, Tunggal dan Kirman sama-sama ditinggal bini, bini lu mana?

JASAD​: Mir!

MIRA​: Bagaimana lu bisa tahu perasaan mereka sementara lu nggak pernah sempat merasakan apa yang mereka rasakan.

JASAD​: Kau perempuan Mir, jangan ikut campur.

MIRA​: Justru karena gw perempuan, gw mengerti apa yang mereka rasakan. Termasuk yang lu rasakan

JASAD​: Tahu apa kau tentang perasanku, ha?

MIRA​: Yang lu rasain? Yang lu rasain Cuma kegagalan sad. Kegagalan lu pada wanita.

JASAD​: Perempuan itu memang anjing ya?

MIRA​: Ya, anjing. Memang anjing. Memang? Seperti anjing anjing lu sebelumnya. Anjing yang selalu harus menjaga lu. Karena lu tuan rumah yang nggak bisa memberi makan anjing lu sendiri. Lu nggak punya tanggung jawab! Lu hanya jadikan dia penjaga rumah, yang harus menunggu kapan lu pulang. Lu nggak pernah tahu kondisi anjing lu sendiri. Mau dia lapar, sakit. Lu nggak pernah peduli. Akhirnya lu ditinggal oleh anjing lu sendiri.

JASAD​: Jangan sempat tangan ini melayang ya Mir?

MIRA​: Lu pikir gw takut dengan ancaman lu itu? Nggak sad? Karena bagi gw, lu cuma laki-laki pengecut, yang bisanya cuma memanfaatkan orang lain. Lu si akal bulus dalam kenyataan sad. (Pada semua) Kalian lihat kan? Seorang aktor yang pandai bermain kata-kata, akhirnya terjebak oleh kata-katanya sendiri.

JASAD​: (Berdiri ingin menyamperi Mira) Anjing juga mulutmu ya?

(Semua tergerak. Lubis menahan Jasad)

LUBIS​: Sad! Kan kau tahu kalau dia perempuan.

JASAD​: Dia itu anjing. Eh mir, kau sadar kan kalau kau anjing? Anjing yang selalu menjilat tuan rumahnya demi angka-angka. Markas sementara para pemeju layu. Benar kan Gal, itu yang kau katakan tadi?

TUNGGAL​: Tidak usah kau bawa-bawa aku. Itu persoalanmu.

JASAD​: Oh..sekarang kau juga sudah menjadi bagian dari para pemeju layu itu ya?

LUBIS​: Hoi, sudah

MIRA​: Biarin saja. Eh sad, lu mau cari dukungan dari orang lain? Lu pikir ada yang peduli. Kirman yang sudah betahun-tahun bareng dengan lu saja nggak lu perdulikan. Gimana orang mau peduli dengan lu. Hebat lu. Untuk apa lu cari dukungan. Lu sudah tahu bahwa gw anjing yang selalu menjilat para pemeju layu. (gemetar) Apa lu belum puas? Gw tekankan sad, (menarik nafas dalam) Ya, gw anjing para pemeju layu. (Menahan tangis) Gw selalu di pake para pemeju layu itu demi ini sad (uang) Terserah lu mau mengatakan bahwa itu salah, uang haram. Tapi itu gw lakukan karena gw punya tanggung jawab sad. Tanggung jawab sebagai seorang ibu yang harus menghidupi anaknya, menyekolahkannya. Karena sudah dihancurkan oleh laki-laki anjing yang persis seperti lu. Jujue sad, dulu gw kagum melihat lu. Lu aktor yang mampu membawa gw keluar dari masalah yang gw hadapi. Begitu hebatnya lu, saat memainkan tokoh-tokoh yang penuh dengan tanggung jawab. Lu membuat gw percaya bahwa masih ada laki-laki yang mampu mencintai seorang wanita dengan tulus. Yang punya rasa tanggung jawab bagi hidupnya, dan kehidupan orang lain. Tapi ternyata setelah gw semakin mengenal lu, gw salah. Karena yang gw lihat di diri lu hanya kecacatan, ya kacacatan manusia. Kecacatan berfikir, bersikap. Gw malu sad, malu terhadap diri gw sendiri karena terlalu meyakini lu sebagai sebuah karakter. Terimakasih sad, lu udah membuka mata gw untuk melihat dunia lu. Terimakasih. Sekarang kalau lu mau ngomong, silahkan sad. Lu bebas ngomong apa saja. Berbuat apa saja. Gw tetap akan pergi. Maafin gw sad (Pada Lubis) Lubis, Kumang, maafing gw ya, kalau gw pernah membuat lu kecewa.

KUMANG​: Nggak kok Mir.

LUBIS​: Kau itu sudah terlalu baik buat kita Mir.

MIRA​: Terimakasih bis. Dan untuk lu Gal, gw mengerti apa yang lu rasakan. Cobalah lu buka hati lu kepada orang lain. Diluar sana banyak wanita yang lebih baik, lebih berharga daripada gw. Maafin gw gal. Dan lu Nang, terimakasih untuk semuanya.

(Mira pergi meninggalkan warung. Suasana tenang setelah kepergian Mira. Jasad terdiam. Tatapannya kosong. Lampu berubah. Seolah-olah Tunggal, Lubis, dan Kumang sudah saling berganti posisi)

TUNGGAL​: Bis, Mang apa kalian tidak ingin pergi juga.

KUMANG​: Pergi? Kemana? Aku harus kemana?

TUNGGAL​: Kemana saja, kau harus coba keluar dari tempat ni.

KUMANG​: Sudah berkali-kali kucoba, tapi nggak bisa.

LUBIS​: Kalau begitu, kau ikut aku. Ayo

KUMANG​: Ya, tapi kemana? Orang-orang diluar sana sudah nggak ada lagi yang mau menerima aku. Mereka menganggap aku gelandangan, Kotor, Gila.

LUBIS​: Selagi kau jalan bersamaku, nggak akan ada yang menganggapmu seperti itu. Karena kita berdua. Mereka tidak akan berani mengganggu dua orang gila.

TUNGGAL ​: Tanggapan orang diluar sana tidak perlu kalian pikirkan. Karena merekalah sesungguhnya orang-orang gila.

KUMANG​: Berarti makin serem dong. Aku harus berhadapan dengan jutaan orang gila. Nggak ah, aku disini saja. Aku mau nemenin Jasad.

JASAD​: Nggak perlu Mang. Sudahlah, pergi. Tempat ini sudah terlalu sempit buat kalian. Kalian harus mencari tempat yang lebih luas.

TUNGGAL​: Apa kau tidak ingin kembali ke kampungmu. Mungkin keluargamu akan senang melihat kau kembali.

KUMANG​: Nggak mungkin Gal. Karena Ibuku sudah terlanjur memberitahu kepada tetangga-tetangga, kalau aku penyanyi terkenal. Sukses. Padahal baru sekali aku nyanyi di TV, itupun berita, berita tentang penyanyi jalanan. Aku malu, kalau mereka tahu siapa aku ini sebenarnya.

LUBIS​: Berarti kita sama. Kalau aku, dimata orang-orang kampungku aku ini politikus hebat, pemberani. Berani maki-maki pemerintah dan nggak pernah ditangkap pula. Apalagi ada beberapa kali dilihatnya aku masuk berita waktu aku orasi di depan istana saat lagi demo. Padahal itupun karena dibayarnya aku. Kupikir kalau dengan teriak-teriak sebentar udah dapat 75.000 ngapain aku mencopet.

JASAD​: Kau Gal, kenapa kau bertahan disini.

TUNGGAL​: Tubuhku yang bertahan, tapi pikiranku keluar sad.

JASAD​: Kau tidak ingin menemui anak dan istrimu?

TUNGGAL​: Aku ditinggalkan Sad, bukan meninggalkan.

JASAD​: Maafin aku Gal.

TUNGGAL​: Sudahlah. Aku pikir dengan memilih apa yang kita jalani sekarang ini, adalah yang terbaik buat kita. Kita sama-sama punya masa lalu kok.

JASAD​: Ya, kejadian hari ini sudah mengingatkan aku, bahwa aku punya masa lalu. Berkali-kali kucoba untuk lari. Berharap sebuah kebebasan. Kupikir tempat ini sudah memberi jawaban. Bahwa aku telah bebas. Tapi ternyata aku terpenjara oleh kebebasan itu sendiri. Kadang aku bertanya, berfikir, justeru semakin jauh aku darai jawaban. Aku Cuma berharap malam ini kita bisa tidur nyenyak, Melepas semua teka-teki yang mengganjal di kepala ini. Tidak akan ada orang yang mengatakan kita lari dari masalah. Karena mereka tahu bahwa malam waktunya tidur. Waktu istirahat. Terserah, apakah sementara atau selamanya. Sehari atau seterusnya. Terserah!

“““““““““““““END““““““““““““““““

TIPS UNTUK PELATIH PANTOMIM FLS2N 

Tahun 2018 adalah tahun ke 6 untuk lomba pantomim FLS2n ( Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Saya akan sangat banyak terlibat di dalam kegiatan ini. Kenapa? selain saya praktisi dan juga pelatih, kebetulan kedekatan bersama Maestro Pantomim Indonesia -> Septian Dwicahyo telah cukup lama. Bisa dibilang kegiatan Pantomim di ajang FLS2N ini dipelopori oleh beliau. Mas Septian lah penggagas utama kategori pantomim di ajang lomba antar sekolah dasar di seluruh Indonesia ini. Kementrian pendidikan dan kebudayaan yang memberikan dukungan penuh atas semuanya. Walhasil sabang sampai merauke mencicipi seni yang berfaedah ini.
Namun tetap saja, para peserta lomba sangat lah sulit mencari pelatih pantomim apalagi jurinya. Maka banyak sekolah dengan jalan pintas mencari pelatih seadanya, yang kurang kompeten di bidang ini. Tidak ada masalah dengan itu. Bahkan sebenernya, informasi dan pelatihannya sangat mudah kita dapatkan di internet, youtube, atau beberapa artikel. Sehingga memberikan kita bekal lebih lanjut saat bertanding di lomba.
Kebetulan Tuhan memberikan saya kesempatan juga kepercayaan untuk terus dan tetap bergelut dI pantomim, maka tentu membuat saya ingin berbagi kepada para peserta dan para pelatih pantomim agar makin mumpuni di cabang mata lomba ini. Ada beberapa hal yang musti diperhatikan ketika kamu berpantomim, lebih-lebih ini adalah lomba, yang artinya kamu menghadapi lawan yang bisa jadi lebih bagus. 
1. DETAIL.

Berbicara tentang detail, saya sendiri yang cukup lama bermain pantomim, masih juga melewatkan hal penting ini. Apalagi adik-adik kita di sekolah dasar. Yang perlu di perhatikan saat bermain pantomim, kita musti mempertajam kelima indera. Salah satu yang cukup penting adalah indera penglihatan. MATA!

 

Mata adalah kunci dari permainan yang detail. Bagaimana caranya menggiring perhatian penonton untuk film dan video? itu sangat mudah, cukup ambil gambar yang kamu ingin penonton lihat. Tapi untuk pantomim ? nah, jawabannya adalah MATA!! Kalau kamu bermain pantomim mata kamu harus kamu gunakan sepenuhnya. Jika kamu ingin naik tangga dalam pantomim lihat tangga itu, meski tangga nya hanya imajinasi ( tidak ada ) tapi bila kamu betul betul melihat tangga itu dan meyakininya “ada”, kemudian kamu sentuh seperti tangga asli, lalu menaiki nya dengan gerakan pantomim. Penonton akan otomatis melihat apa yang kamu lihat, penonton akan percaya pada apa yang kamu lakukan. Tapi kebanyakan teman-teman saat berpantomim menaiki tangga, matanya tidak melihat tangga itu, dia malah melihat yang lain, melihat penonton, melihat kekosongan, dan tidak yakin apa yang dia lakukan. Saat kamu mengambil “sesuatu” dengan tangan mu, lihat apa yang ada di tanganmu, memang bisa jadi perhatian penonton justru ke kupingmu, atau kakimu, tapi karena mata mu melihat kepada “sesuatu” ( benda imajinasi ), maka perhatian penonton akan beralih = melihat apa yang kamu lihat. 
Seperti misalkan kamu memainkan adegan berjalan keluar rumah kemudian bertemu seorang nenek yang hendak menyeberang jalanan yang ramai. Kamu bisa pakai cara jalan mu sendiri, fungsi gerakan pantomim berjalan di tempat yang seolah-olah mirip sebenernya adalah ; agar kita dapat menghemat jarak atau langkah kita di atas panggung. Teknik ini sangat bermanfaat jika kita bermain di panggung sempit atau area yang kecil. Tapi bila areanya luas, boleh-boleh saja kamu pakai cara jalan seperti yang kita lakukan sehari-hari ( berpindah tempat ). Saat kamu melihat nenek itu, lihatlah, betul betul melihat, kemudian kamu bisa menggambarkan nenek itu dengan mengganti karakter sebagai nenek tadi. Cara nya, cukup berputar sekali langsung menjadi nenek di tempat dimana nenek tadi berdiri. Gunakan cara nenek melihat, tubuh nenek berdiri, beda kan karakter pertama dengan karakter si nenek. Maka penonton akan langsung melihat nenek yang sebelumnya tidak ada di atas panggung. Saat kamu ingin menceritakan dirimu lagi, maka cukup kembali ke posisi mu semula dengan berputar sekali, dan bedirilah dimana kamu tadi bediri dan lepaskan karakter nenek tadi kemudian kembali kepada karaktermu sebelumnya. Lalu kamu bisa memegang nenek yang sudah kamu perankan seolah-olah nenek itu masih ada disitu. Kamu tuntun dia, kamu bantu menyeberangkan jalan, dengan sesekali melihat pada lalu lalang mobil yang melintas, sembari memegang nenek pelan-pelan. Sampai di ujung jalan kamu bisa menambahkan adegan mencium tangan nenek dan nenek itu pergi. Bagaimana penonton tahu kalau nenek itu pergi? kamu cukup melihat nenek itu yang awalnya ada di depan kamu, kemudian berimajinasi lah seolah-olah nenek itu berjalan menjauh dan menghilang. Ingat, mata harus konsentrasi pada apa yang kita lihat. 
Bermain detail, berarti bermain seolah-olah kamu melakukan hal seperti kamu tidak pantomim. Saat kamu minum dalam adegan pantomim. Kamu musti mengamati dirimmu sendiri saat kamu minum di dunia nyata. Pegang gelas. Bibir menyentuh gelas. Air berjalan melewati lidah, tenggorokan, sampa usus, itu harus di sadari, dirasakan, kemudian kamu boleh mempraktekannya di panggung saat bermain pantomim. Hal ini berlaku untuk semua adegan. Setiap gerakan harus menyerupai aslinya. 
2. ANIMASI DALAM TUBUH

Saya setuju dengan perkataan Mas Ray Nayoan, teman saya yang juga sutradara film kondang di Indonesia. Pantomim itu animasi tapi dalam tubuh manusia. Itulah kenapa, banyak pemain pantomim seperti lebay saat beradegan. Lebay ternyata penting saat bermain pantomim. Kata ganti Lebay yang lebih positif mungkin adalah EKSPRESIF. Bedakan cara jalan kamu sehari-hari dengan cara jalan kamu saat berpantomim. Saat adegan takut, ekspresi mu harus ditambah 1000% dibanding kamu takut di dunia nyata. Sebab ini pantomim. Yang dinilai oleh juri adalah ekspresimu dan gerakanmu. banyak sekali anak-anak yang berpantomim tapi nol ekspresi, dalam arti percuma dia menggunakan make up putih dan beradegan tapi pas bermain semua ekspresinya datar. Kalau ekspresimu datar seenggaknya perasaanmu jangan datar. Tapi bila satu sudah datar, biasa nya kedua duanya akan datar ( ekspresi dan perasaan ). Perasaan mempengaruhi ekspresi dan juga sebaliknya. Kita sering melihat film-film kartun buatan hollywood atau Indonesia. Kebanyakan film kartun sangat ekspresif, teatrikal, karikatural, dan itulah yang dicari, itulah yang menarik, itulah yang digunakan saat berpantomim. Orang sudah bosan dengan dunia nyata yang itu itu saja, maka agar pikiran kita relaks sejenak, kita akan menonton film kartun yang lucu mengisi energi baru melanjutkan perjuangan hidup. Sama halnya ketika orang ingin menonton pantomim. Tujuan kita bermain menggunakan ekspresi lebih dari biasanya adalah, menarik penonton agar tetap menjaga perhatiannya, apalagi penonton yang melihat kita berjumlah 50-100 orang. Itulah kenapa ekspresi sangat penting.
Lain hal nya apabila kamu adalah pemain film atau pemain sinetron. Berekspresi Lebay seperti pantomim sangat tidak dianjurkan. Di film kamu boleh berekspresi datar, justru jangan berlebih-lebihan. Karena biasanya film mengejar adegan yang natural. Tapi pantomim tidak, kita musti lebih dari natural, kita bisa menghadirkan dinosaurus yang terbang menggunakan mesin bersama kita. Berenang di kedalam 10 meter dan bernafas di dalamnya. Itulah kelebihan pantomim, sangat imajinatif. 
3. PIKIRAN DAN PERASAAN

Media utama saat pemain pantomim bercerita adalah tubuh. Imajinasi. Pikiran dan perasaan. Memang kecuali vokal, atau suara kita, karena ini adalah pantomim. Tapi suatu saat nanti ketika kamu menggunakan vokalmu untuk bekerja, itu akan semakin memudahkanmu karena kamu sering berlatih pantomim. Kamu akan mudah sekali menggerakkan tubuhmu, gesture mu akan terlihat lebih luwes dan enjoy. Dibanding orang lain yang tidak belajar pantomim. Saat orang berbicara di depan umum, dia tidak hanya menggunakan kata-kata, tidak hanya suaranya saja, tapi juga matanya, gerak-gerik, motivasi, imajinasi, terutama pikiran dan perasaan. Banyak kita lihat artis sinetron hanya menggunakan pikirannya saja, tapi tidak melibatkan perasaannya. Hasilnya dia hanya berkata-kata tanpa mengerti apa yang dia katakan, dia hanya mengucapkan naskah tanpa ada isi perasaannya disitu. Pantomim sebaliknya, kita dituntut didepan menggunakan perasaan, kemudian kita sampaikan perasaan itu lewat gerakan.
Bila pikiran sudah bekerja, tapi perasaan tidak ikut bekerja, keadaan menjadi tidak stabil. Itulah kenyataan di hidup kita sehari-hari. Kita sekarang ini mengalami degradasi moral, karena banyak orang cuek dan tidak berperasaan. Tidak mengenal sopan santun. Salah satunya karena memang jarang disiram oleh keindahan kesenian. Kesenian erat hubungannya dengan keindahan. Maka orang yang halus perasaannya akan jauh lebih indah dibanding yang tak punya perasaan. Bagaimana melatih perasaan kita agar tetap tajam bersama pikiran kita? Semua butuh latihan. Kita bisa melatihnya lewat meditasi. Merenung. Berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita bisa bersilaturahmi ke rumah teman, melihat kabar teman yang lain. Ikut merasakan apa yang dia rasakan. Dan mengikuti kata hati kita. Meditasi bukanlah hal yang rumit. Pikiran kita apabila diarahkan kepada hal yang membahagiakan, itu juga termasuk meditasi. Pikirkan hal yang bisa bikin hati kita jadi lebih tenang, yang membuat perasaan jadi nyaman. Dengan kenyamanan hati dan pikiran. Melakukan apapun akan lebih lancar dan enak. Begitu juga pantomim.
4. KONSISTEN BERLATIH

Saya akui, beberapa kali saya menjadi juri nasional pantomim FLS2N banyak peserta yang bermain sangat bagus, bahkan lebih bagus dari saya, lebih bagus dari guru-guru saya, tapi ternyata kita bermain tak cuma hanya sekedar bagus, namun juga musti konsisten. Dalam artian bila bagus cuma hari ini aja, besok nggak bermain bagus, itu bukan bagus namanya, melainkan hanya sebuah kebetulan. Itulah fungsi latihan, agar bagusnya permainan kita dapat terjaga tingkatannya. 
Memang latihan itu nggak enak, membosankan, dan capek. Tapi dengan latihan, kita akan beda, sungguh-sungguh berbeda dengan teman-teman lain yang tidak latihan. Seperti hal nya makan, mandi, tidur, semua kegiatan rutin itu memerlukan pengulangan. Latihan juga begitu. Semakin diulang akan semakin bagus. Semua orang dibidang apapun telah membuktikan. Dengan latihan dan pengulangan akan terjadi penguatan serta peningkatan. Semakin diulang, kita akan menemukan hal-hal baru yang boleh aja dicoba di adegan yang kamu main kan. Jangan takut akan perubahan adegan, siapa tahu saat kita merubah atau menambah adegan berkat penemuan latihan, justru akan semakin berkembang dan lebih fresh. Dalam kesenian ada banyak kemungkinan yang tidak terbatas. Maka terus coba, terus berjuang. Dan maksimalkan!!
5. CERITA

Kelemahan dari kebanyakan peserta lomba pantomim ialah bagaimana dia membuat cerita. Cerita yang dibawakan mustinya menarik. Jangan hanya sekedar menunjukan kalau kamu sedang berpantomim selesai lalu pulang. Bukan cuma itu. Kalau kamu sering menonton film, simaklah bagaimana ceritanya? buatlah cerita seperti film yang kamu tonton. Dan mainkan di atas panggung. Meskipun kamu hanya sendirian, tapi kamu bisa menghadirkan suasana dengan menambahkan sound effect atau background musik yang mendukung. 
Saat menyusun cerita, berikan kejutan kepada penonton, lebih lebih hal itu bisa membuat tertawa kita semua. Dan jangan lupa, wajib ada konflik didalamnya. Ibarat di film, kalau tidak ada musuh tidak akan seru ceritanya. Dalam pantomim cerita musti dikasih adegan permasalahan, selain itu berikanlah solusi bagaimana menyelesaikan persoalan itu. Sehingga perjuangan dari tokoh utama terlihat kuat dan gigih. Apalagi terdapat pesan moral baik yang bisa disebarkan untuk dijadikan pelajaran bagi penonton. Misalnya, menghormati orang tua, menyelamatkan hewan yang sedang kelaparan, Jatuh saat naik sepeda tapi dapat terus berjuang sampai kesekolah dengan berbagai kendalanya dan sebagainya.
Bagian pertama biasanya pengenalan, ditengah-tengah terdapat konflik adegan, memuncak konflik itu menjadi klimaks atau bisa dibilang adegan puncak yang paling seru ( permasalahan yang genting ), adegan akhir nya adalah persoalan itu mampu diselesaikan dengan baik kemudian akan menjadi bekal bagi penonton atau setidaknya membuat penonton memiliki gaya berpikir yang baru dalam hidupnya.

PERTANYAAN TENTANG PROFESI PANTOMIM

Telah lama sekali saya tidak menulis. Kali ini, saya di wawancara sutradara top bernama Mas Anggun priambodo seputar “profesi” yang sedang saya jalani. Beliau mengirimi saya email. Kemudian sejenak pelan pelan saya tulis jawabannya. Berikut respon saya atas pertanyaan di atas ( lihat gambar ) :

1. Saya berprofesi sebagai seniman. memang spesifiknya lebih ke aktor, pantomim ( pelatih ), maupun pemain musik ( drum ) di salah satu band humor di Jakarta. Kenapa tertarik berprofesi sebagai seniman? karena seniman menurut saya cara berpikirnya lebih kreatif dan luas. Nyeleneh. Akrab dengan ketidakpastian yang berarti apapun mungkin bisa terjadi. luwes. Fleksibel. Lebih damai. Mudah mudahan seperti air yang bisa larut dan bertempat dimanapun kita berada. Seniman itu menyerang lubuk hati, perasaan dan jiwa. Itulah mengapa, seniman bila betul sungguh sungguh seniman akan bekerja menggunakan hati dan jiwa nya, bukan melulu soal uang. Bila jiwa yang diserang, kemudian akan terus bersemayam ke lubuk hati para penikmatnya secara abadi. Meski jasadnya telah tiada… Sebetulnya saya sendiri kurang setuju bila seniman itu di sebut sebagai profesi 😛 saking kompleksnya. Sama halnya Guru, guru bukan profesi. Bisa dibilang semua orang adalah guru. Ustad bukan profesi. Tapi sekarang ini justru jualan agama untuk cari duit. Dokter bukan profesi. Jaman dulu sebelum ada sekolah kedokteran, Tuhan memberikan kemampuan manusia tertentu dibidang penyembuhan, dan pencegahan penyakit yang biasa disebut tabib, dukun, mantri, dan sebagainya. Dibilang profesional, mereka sangat ahli dibidangnya masing-masing. Tapi lagi lagi sama sekali tidak mencari keuntungan di bidang itu. Nilai nya bukan uang. Tetapi tolong menolong, kearah moral baik kepedulian sosial yang tinggi, bantu membantu ( bahasa jawa nya “rewang” ). Misal Kalau ada tetangga / teman bertamu tiba tiba iseng ikut menyapu halaman, atau cuci piring masak ya kita tega ga menyediakan kopi, ngasih cemilan. Nah , posisi seniman mirip seperti itu. Bantu membantu tolong menolong : REWANG

2. Saya bertempat tinggal di Jakarta. Jakarta menurut saya “Sexy” atau “menggairahkan”. Di Jakarta orang tidak boleh tidak sabar. Jadi hanya orang orang sabar yang mampu bertahan hidup disini. Mulai macet, tuntunan hidup, kompetisi masuk tol, sikut-sikutan di kerjaan, dan seterusnya. Jakarta itu tempat nyari duit. dan sudah seharusnya diisi para seniman yang lagi lagi tak melulu soal duit. Kehadiran seniman untuk memperbaiki jiwa agar lebih teduh. 😅. Kehadiran seniman mirip pohon yang memberikan kesegaran udara disekitarnya, kerindangan bagi orang di bawahnya, dan lingkungan yang lebih terjaga. Tanpa ada seniman, tentu Jakarta tak punya pohon, panas, gersang, mudah tersinggung, muncul ular karena banyak rumput liar, cakar2an, bunuh2an, tawuran dan keganasan lainnya. 

3. Ruang tempat kerja saya bisa dimana saja. Boleh dirumah, di studio, di lapangan badminton, di gedung teater, atau kamar mandi sekalipun. Sebab kerja seniman salah satunya adalah menajamkan skill yaitu latihan dan latihan. Selain itu memikirkan apa yang tak dipikirkan orang lain, mengunduh ide, mencari hal baru, untuk dikoleksi dan dibagikan. Maka tempat kerja dimanapun bisa. Hanya saja kita yang hendaknya mampu “menerima” agar mudah nyaman bekerja dimanapun juga 😅.

4. Materi/bahan yang sangat penting bagi pemain pantomim misalkan “musik”. Saya suka membuat cerita pantomim dengan musik. Musik sangat penting membawa suasana penonton kearah yg kita inginkan. Sekaligus membantu pemain mengendalikan kapalnya melewati samudera imajinasi penonton. Mohon maap bila penontonnya adalah teman teman berkebutuhan khusus Tuna Rungu : Musik jadi sama sekali tidak penting. Maka kekuatan pemain pantomim sangat diandalkan, jadi materi/bahan dasarnya hanya tubuh nya saja ( meliputi, pikiran dan perasaan ) untuk mengkomunikasikan ceritanya kepada penonton Tuna Rungu. Hampir sama dengan aktor film,sinetron dan teater materi bahan yang sangat penting baginya adalah TUBUH. Tanpa tubuh, aktor tak akan mampu di rekam lewat kamera, tanpa tubuh yang sempurna, tentu agak susah berjalan berganti tempat di atas panggung. Maka tubuh hendaknya di jaga, di optimalkan lagi fungsinya. Ada istilah latihan olah raga, olah tubuh, olah vokal, olah rasa, dan olah apapun juga agar semua fungsi tubuh makin tajam bila digunakan sebagai alat komunikasi. Komunikasi di atas panggung, radio, depan kamera, belakang kamera, atas kamera dimanapun juga. Sebab menurut saya semua manusia adalah aktor. Karena aktor sendiri kata dasar nya adalah “act” yang artinya aksi/berLaku. Sementara semua orang telah berlaku, melakukan sesuatu sesuai peran nya masing-masing 😁🙏🏻

5. Yang sering disalahpahami orang lain terhadap profesi kita sebagai seniman antara lain. 

Susah di atur : rumusnya -> Manusia seniman dengan manusia bukan seniman sama saja. Memang agak rancu karena definisi dari kesenian sendiri memiliki arti yang sangat luas bahkan tak terbatas. rumusnya adalah tidak boleh “gebyah uyah” , maksudnya men-general-isasi, menyamaratakan pandangan. Meski pada umumnya memang seniman nakal. Tapi tak semua seniman begitu. Sama seperti misalkan tidak boleh “menilai” bahwa semua penjahat adalah jahat. Musti dicari pangkal dan ujungnya. Bila susah diatur. Nah presiden juga susah diatur. Bos / pemimpin juga susah diatur. Kan berarti presiden dan bos memiliki ciri sifat seniman.

Nggak Jelas : Masyarakat sering menganggap kita para seniman ini ga jelas. Ga jelas masa depan nya. Ga jelas pemikirannya. Ge jelas karya nya. macem macem. Sebab tidak semua orang mampu memahami “seni” itu sendiri. Dibutuhkan effort / usaha yang lumayan besar bagi masyarakat untuk menggapai pemahaman ini. Maka betul kata pepatah “berpikir itu susah, menilai itu gampang”, kemudian sedikit sekali orang yang berpikir menggunakan akalnya, namun banyak orang yang hanya menilai dan menganggap. Bisa jadi yang paham seni itu orang orang sekelas filsuf. Dibutuhkan kebijaksanaan yang tinggi dimana orang tua dicaci maki dijadikan bahan tertawaan tanpa tersinggung malah jadi berkah bersama, contohnya almarhum Jojon, atau sekarang ini Jarwo Kuat. Bila orang paham bahwa seni memang ga jelas, nggak pasti, itu sama halnya seperti hidup ini, tidak ada yang pasti. Seni itu kabur tapi juga sekaligus tajam, jujur tapi juga bohong, pura-pura tapi juga sekaligus sungguh-sungguh. Kompleks tapi satu kesatuan. Bila di tanya “sekarang ini siang apa malam?” jawab nya “malam”. Betul kalo disini malam, tapi juga sekaligus siang di sana (eropa). 

Gila : Tipis beda nya seniman dengan orang gila. Bedanya hanya pada kesadarannya saja. Masyarakat menganggap kita gila, karena mereka tak mampu berlaku seperti seniman. Hanya kurang latihan saja 😜. Seniman bisa tiba tiba berperilaku aneh disebabkan kegelisahannya yang harus disalurkan. Untungnya saja media penyaluran seniman banyak yang positif, mulai dari menggambar, bernyanyi, main musik, teriak-teriak. Yang tidak boleh adalah kegelisahan/kemarahan kita disalurkan ke arah yang salah : tawuran, berantem, narkoba, mabok dll. Bukan hanya sebagai media pelepas dahaga batin, ternyata kesenian juga sangat bernilai adiluhung yaitu memperhalus jiwa kita agar lebih mapan, berperilaku lebih indah ( sopan santun ), lebih peka dalam merasakan sehingga peduli terhadap sesama. Ini semua berkat seringnya mengalami proses berkesenian. Kebanyakan yang dihasilkan oleh kesenian bersifat abstrak karena menyangkut nilai moral, halusnya perasaan, mengenal keindahan, yang tak mampu dilihat oleh mata ( ghaib ). Nah mata masyarakat sekarang kebanyakan hanya bisa melihat fisik nya saja seperti gedung bertingkat, mobil, uang, jabatan, dan sebagainya. Sedangkan kesenian yang menyangkut jiwa dan nyawa? tak semua orang mampu melihatnya.

TERIMAKASIH DOKUMIME ( Titanak dan Pisowanan ) 😁🙏🏻


tanggal 24 Mei 2017 lalu, saya di ajak oleh Mas Ende Riza terlibat berpartisipasi untuk pentas pantomim bersama teman-teman Komunitas di Jogja. 
Betapa senang hati saya, memiliki teman sebanyak itu di Jogja. Langsung saya beli tiket kereta agar saya bisa berlibur sekaligus bermanfaat bagi sesama lewat pentas itu. Yah apa jua, yang saya buru adalah = gimana caranya saya bisa bermanfaat buat banyak orang, itulah ukuran sukses bagi saya. 
Dan mohon maap sekali, karena saya datang terlambat, saya hanya mampu latihan 3 x pertemuan. Sedangkan teman-teman yang lain sudah full latihan kira kira hampir sebulan. Dikarenakan memang masih ada sedikit persoalan di Jakarta.


( Foto Dokumentasi Mas Ende Riza dan Titanak ) 

Mas Ende Riza sebagai sutradara sangat memahami hal ini, sebab jam terbangnya sudah cukup lama di dunia pertunjukan. Dalam kesenian, tidak ada yang pasti. Pernah suatu kali latihan teater 2 bulan full, begitu hari H pementasan, pemain utama nya harus dirawat inap dirumah sakit. Tiket sudah dipesan, gedung telah di sewa. Penonton sudah datang. Pemeran utama tak bisa hadir. Mau apa? Show must go on! Sutradara yang mengganti, atau stage manajer yang mengganti. 

Sutradara manapun sudah punya perhitungan untuk hal ini. Termasuk Mas Ende Riza. Beliau mempertaruhkan segalanya. Meskipun beliau juga tidak bisa menjamin segalanya. Mas Ende dan kami semua yakin dengan pertolongan Tuhan, pentas ini akan berjalan lancar, membahagiakan banyak orang, merilekskan pikiran dengan gelak tawa, dan mendamaikan Indonesia dengan nafas panjang lega komedi. 

Setidaknya itulah niat kami. 
Tertawa adalah obat mujarab bagi kesehatan. Tawa identik dengan kebahagiaan, dan bila orang itu bahagia sudah tentu dekat dengan rasa syukur. buat apa susah? susah itu tidak ada gunanya.

 😁
Saya pernah mengalami rasa tawa lucu sekaligus tangis sedih dari menonton drama bisu Chaplin berjudul the kids. Saya sudah tidak mampu membedakan, saya ini sedang bahagia apa sedih? Ini pengalaman baru bagi saya, benar benar baru, seperti berkunjung ke daerah yang = KAYA!. Dan ini tak tergantikan. Mau di ganti wisata ke borobudur rasanya bukan kayak gitu. Jelas ini pengalaman yang fantastis. 
Pengalaman ini “hampir” sama ketika saya ikut bermain di pentas TITANAK dan juga menonton dari samping panggung. Semua unsur ada disana, teater ada, musikalisasi ada, puisi ada, joget ada, tari ada, nyanyi ada, ngeband, pantomim, ventriloquist dari Mbak Ria Enes ada, sampai mas Ende pun memasukan beberapa adegan satire komedi, dan juga deep tragedi yang bikin saya miris, dimana digambarkan seorang anak meninggal dunia, terlepas ruh dari tubuhnya. Pengalaman mati ini tentu juga akan kita alami. Semua orang akan mengalami. Namun santai saja. Hal itu lumrah, sebagaimana kita hidup, mati juga hal wajar. Maka bagaimana merespon kematian yaitu : yaaah, dengan cara relaks aja. Kemudian adegan mengajak kita tertawa kembali.

😂 

Sungguh ke-Laku-an Mas Doddy Micro yang menjadi bintang malam itu.

😁👍🏻
Tidak ada yang salah dan benar dalam kesenian. Sebab kita harus juga mengenal baik dan buruk. Tak masalah bila kita salah, yang terpenting adalah kita tetap “baik” terhadap sesama. Tak sampai di situ, kesenian pun memperkenalkan kita pada keindahan. Dan hadirnya keindahan sama sekali tak dapat dirumuskan, tak bisa di tebak. Sebab bagi seniman yang bermaqam ( memiliki derajat ) tinggi, dia akan sangat mudah menemukan keindahan di setiap waktu, di setiap tempat dan apapun suasananya. Bahkan ketika sang seniman tadi di hajar babak belur oleh massa, dia akan tetap menemukan keindahan disana, dia akan tetap nyaman disana. Dia akan nyaman di segala medan, meskipun berjam jam di tong sampah. Jangan kan di tempat sejuk, di tempat terburuk pun dia mampu bertemu keindahan ( rasa syukur ) . Maka apa yang tidak indah di semua peristiwa? Karena memang semua hal telah di rancang oleh sang Maha Indah. 
Dalam hal kostum mungkin sedikit menjadi kegelisahan saya. Kenapa harus belang-belang hitam putih? memang tidak ada yang mengharuskan sih. Lha wong Pak Sutradara nya bilang bebas kok, ya pemainnya lah yang harus ber-inisiatif menafsirkan. Apa ya pantasnya kostum seorang pemain pantomim? Karena memang pantomim identik belang hitam putih dari jaman dulu, akhirnya kebanyakan pemain menggunakan itu. Termasuk saya juga pake itu. Ndak ada lagi. Saya cuma bawa itu dari Jakarta. 😛Nggak ada yang bersepakat waktu itu. Ndak ada yang beli dulu baju belang item putih di pasar bringharjo gitu, sama sekali Ndak ada. Kita bawa sendiri sendiri dari rumah. Kita berjodoh! Kebanyakan dari kita memakai kostum belang-belang. Yang penting menutupi aurat. Menunjukan budaya timur kita = Sopan santun. Itu aja. Tak perlu di lihat belang-belang nya. Memang Tidak ada yang mengharuskan memakai itu. Sebab Yang harus itu adalah Solat, Puasa, Zakat, Haji bagi yang muslim, dan bagi yang nasrani pergi ke gereja tiap hari minggu. ITU YANG HARUS. Yang harus adalah menghormati orang tua. Yang harus adalah mencintai sesama. Tidak ada yang harus dalam berkesenian. ART HAS NO RULES!
Tak ada peraturan dalam kesenian, selama dia tetep menjaga etika budaya nusantara. Itu ! 
Salam Kuper.
🤤
Saya sangat berterima kasih sama Mas Ende Riza, Mas Andreas Tega Raharja, Mas Doddy Micro, Mbak Vce Novita, Mas Markus Yudinarto, Mas Agus Ketik, Mas Irawan Banuaji dan semua teman teman komunitas Inochi. Kami bergaul bersama. 
Padahal Baru kenal beberapa bulan yang lalu, kami langsung ngamen di dekat alun-alun selatan Jogja, lanjut ke Tugu, dan perform di Sekolah Gratis Gunung Merapi. Ini tanda bahwa teman-teman ini sudah “teruji”, mereka tak menunggu gedung pertunjukan untuk berbagi kebahagiaan. Mereka tak menunggu laptop untuk menulis. Bahkan nenek moyang dulu belum ada kertas, tetap semangat mengukir batu menyebarkan pesannya bagi anak cucu. Mau kamera semahal apapun, bila “man behind the gun” tak punya ide, tak mampu mengoperasikan. Kamera itu hanyalah sampah. Namun bagi Joko Anwar, kamera smartphone Nokia N8 pernah ia gunakan untuk produksi film berjudul “The Day We Connect” dan berprestasi di beberapa kompetisi film.
Fasilitas penting, tapi action lebih penting. Tanpa action, kita hanya bermalas-malasan menunggu tersedianya fasilitas. Dengan action, barang apapun di sekitar kita ( yang notabene “sudah” diberikan Tuhan ) akan kita optimalkan. Mau menghibur orang di sungai? Ayok, dilapangan? ayok! Di gedung? monggo. Sebab ibadah tak perlu menunggu. Dimanapun dan kapanpun bisa mencintai. Cinta tak butuh syarat. Ayok…!

😁🙏🏻


( Foto Dokumentasi Mas Broto dan Pisowanan )

Pementasan yang pertama tak kalah amazing. Saya memang tidak nonton secara keseluruhan. Namun aura cinta kasih Mas Broto Wijayanto ini begitu kuatnya, memancar! Anda pikir mencintai tak butuh energi? Kegiatan mencintai dan mengasihi ini memerlukan tirakat hebat, latihan bertahun-tahun, juga hidup prihatin agar suci setiap langkah. Belum tentu setelah melakukan anda langsung lulus menjadi Dewa ( kecuali Dewa 19 ) , langsung menjadi Wali ( kecuali Wali Band ) , kalo yang ini bukan gelar, hanya sekedar nama Band saja, mereka tak perlu tirakat untuk menjadi dewa dan wali. Gampang saja, cukup beri label daganganmu, selesai sudah urusan.
Namun untuk menjadi suci seperti Mas Broto, kita harus kuat merawat, menolong dan menyayangi. Sebab beliau rajin bertahun-tahun melatih anak-anak berkebutuhan khusus, dari anak tuna rungu, anak tuna netra, dan lain sebagainya untuk tampil ke atas pentas pantomim. Saya merinding mereka bisa bekerja sama bersatu membangun adegan yang sangat kuat. 

Mas Broto telah membawa anak-anak Deaf Art Community pentas keliling dunia untuk pantomim. Tentu saja ini prestasi besar yang Indonesia patut bangga. Dan proses panjang yang ia lalui, tentu amat berat. Sebab saya sendiri pernah merasakan 3 bulan ( hanya 3 bulan, bukan bertahun-tahun seperti Mas Broto ) melatih anak tuna rungu untuk pentas pantomim di Sekolah Santi Rama Jakarta. Saya tak mampu berkomunikasi isyarat seperti mereka, jadi saya harus didampingi oleh guru. Sangat berat bagi saya untuk menjelaskan, untuk membuat mereka paham maksud saya. Namun ketika pementasan itu berhasil, saya menitikan air mata. Peristiwa itu seperti mensucikan jiwa saya dari noda-noda kapitalisme takhayul. 😢

Hmm, bagaimanapun mencintai itu tetap membutuhkan tenaga dan upaya yang besar, memang susah namun ganjaran dari Tuhan adalah surga serta kedamaian-kedamaian hidup. Sedangkan membenci? tak perlu usaha, untuk membenci gampang saja, cuekin, maki-maki berantem selesai puas kan? namun karma nya juga sudah disiapkan, selalu gelisah dalam menghadapi hidup, perasaan menyesal dan bersalah, juga derajat di mata Tuhan menurun jatuh.
Pentas sendiri atau solo pantomim? gampang saja. Anda hanya mengurus diri sendiri. Atau kerja sama dengan tim yang sama sama teman anda. Namun mengurus ratusan anak-anak berkebutuhan khusus seperti Mas Broto? sekali lagi merupakan ibadah luar biasa yang beliau tempuh, dan bila tak ada yang bertepuk tangan. Akan saya pinjamkan 1000 tangan untuk applause, akan saya pinjamkan hati dan pikiran orang-orang lain untuk mendukung mendoakan langkah beliau menuju kebahagiaan semua anak-anak komunitasnya Mas Broto di Jogja. 

Di pentas ini, Mas Jemek Supardi membantu memberikan semangat untuk terjun langsung bermain bersama anak-anak asuhan Mas Broto. Legendaris pantomim yang satu ini tetap rendah hati, mau bergabung bersama adik-adiknya, merangkul dan membimbing, terutama peduli terhadap semua anak-anak di pentas Dokumime. 

Kurang lebihnya? tidak ada, semua manusia ada kurang lebihnya. Semua pementasan ada baik buruk nya. Apapun yang terjadi pada hari itu adalah yang terbaik, semua yang terjadi merupakan sebuah pertunjukan. Yang paling utama adalah perjuangan…Ibadah. Dan menurut saya, SEMPURNA!!! Tuhan yang membuat semuanya sempurna! Perfect!! Salute untuk teman-teman di Jogja!! Salam Pantomim

Bojonegoro, 29 Mei 2017

Banon Gautama

MENJADI INDONESIA VERSI-KU

17328196_10202956316785489_937067287_n

 

Pada suatu hari yang cerah, terdapatlah sebuah Lomba Video Kreatif bertajuk “Karena Kita Indonesia”. Penyelenggara acara ini adalah Tempo Institute sayap dari grup penerbitan Tempo yang berfokus pada pendidikan dan pengembangan jurnalistik . Tema yang harus di bawakan disini mengenai kebhinekaan, gagasan menjadi Indonesia, maupun kecintaan terhadap negeri kita Nusantara.

Peserta yang berkontribusi mencapai 100 lebih tersebar di seluruh Indonesia. Video yang sudah dibikin langsung di unggah di youtube agar ramai tema positif di dunia digital dan diharapkan kebaikannya bisa lekas menular pada sebanyak mungkin manusia ( seperti virus ). Tahap selanjutnya, Tempo menyaring dari ratusan menjadi sekitar 21 peserta, dan sebetulnya akan sangat mudah bagi Tempo untuk langsung menentukan para pemenang, memberikan hadiah trophy, sertifikat, uang tunai, lalu selesai acara, pulang dan lupakan. Tapi tidak bagi Tempo, dia justru merogoh kantong nya lagi di luar dana “hadiah para pemenang” untuk mengundang 21 peserta datang ke Jakarta dan berdiskusi bersama, keputusan seperti ini tentu saja membuat semua hal makin membengkak. Tiket pesawat pulang pergi, transportasi dari bandara ke hotel, penginapan selama 3 hari, mengundang narasumber kompeten dan of course makan!. Inilah yang di sebut workshop, kuliah singkat, seminar 3 hari atau apapun namanya dan biasanya kalau mau ikut ya pesertanya yang bayar, sedangkan ini peserta di bayarin…Terimakasih Mpo 🙂

17274568_10202956316625485_695400476_n

Puji Tuhan syukur Alhamdulillah saya adalah salah satu peserta yang lolos dan mengikuti seminar di Kantor Tempo Slipi Jakarta Barat. Di sana saya berkenalan dengan teman-teman creator video dari bermacam-macam background. Ada yang masih kuliah, ada yang kontraktor, entrepreneur, bisnisman dan saya sendiri seniman amatir ( 😀 ). Ada yang dari Papua, Solo, Balikpapan, Jogja, Makasar serasa saya telah berkeliling Indonesia, bukan karena lokasinya tapi orang-orang yang saya temui memiliki warna logat, budaya khas sesuai daerahnya, dan kita berdiri di negeri yang sama -> Indonesia

Tepatnya 30 Januari 2017 Selama hampir 9 jam lebih kita digembleng, diajak diskusi, diberikan wawasan tentang keadaan negara kita sekarang ini. Mas Raja sebagai salah satu narasumber memaparkan bagaimana lalu lintas informasi di jagad raya ini sangat cepat dan mudah di dapat. Bagaimana fitnah dapat cepat tersebar luas dan dipercaya di internet. Kita akhirnya paham bahwa para penyebar berita bohong ini memiliki tingkat keseriusan tinggi saat beraksi, dana produksi yang besar, sekaligus semangat juang menyesatkan karena goalnya adalah memecah belah persatuan kesatuan bangsa kita.

“Mereka” ( Oknum jahat ) bukan hanya mengedarkan narkoba, tapi merusak prinsip bangsa, menghancurkan mental serta kepercayaan diri. Seperti kata Mbah Hitler : semakin sering ( repetisi ) kamu menyebarkan berita bohong, semakin yakin orang mengira itu adalah kebenaran. “Mereka” menghasut, mendoktrin, menyuntikkan pemikiran-pemikiran sempit. Sehingga mudah manusia menyalahkan, merasa benar sendiri, mudah terpancing amarahnya sampai lupa kepada kebenaran yang sejati yaitu Sang Maha Benar Tuhan YME.

Ibarat para pemain bola di lapangan yang membawa peluit, bebas meniupkan peluit dan sesuka hati memberikan kartu merah lawan mainnya sendiri, menyalah-nyalahkan temannya, sedangkan peran wasit dilapangan ( sebagai gambaran Tuhan ) tidak dihargai.

Untuk menyebarkan isu negatif, “mereka” mempunyai usaha yang kuat, sebab meski jumlah “mereka” tidak banyak, oknum ini bertengger menguasai pusat informasi : Stasiun televisi, film, radio, media cetak, majalah, koran, media sosial, bahkan rutin mengirimi kita pesan hoax di whatssap, blackberry messenger dan lain lain. Menyewa tokoh idola untuk menyampaikan kepentingan-kepentingan “mereka”. Akhirnya karena saking seringnya berita bohong ini tersebar, kemudian mengendap di dalam jiwa kita ( seperti teknik Hypnotherapy ), menganggap itu hal yang wajar dan biasa, sampai kita mengakuinya sebagai sebuah kebenaran.

17354695_10202956312305377_494184879_n

Saya sendiri tentu mempunyai keresahan dalam menghadapi hal ini, memikirkan apa solusinya? Bagaimana mengatasinya? Bagaimana cara kita melawan derasnya informasi di dunia maya? Lebih-lebih kebanyakan dari informasi itu adalah palsu, negative, berisi hujatan, makian dan adu domba. Intinya adalah, apa yang harusnya kita lakukan agar bisa mendamaikan, mempersatukan, memperbaiki yang telah rusak, meneduhkan, dan bukan justru memperparah.

Saya menyukai teknik Mahatma Gandhi dalam berperang, meski itu sangat teramat berat bagi saya. Tapi saya yakin ini akan manjur sekali, bahwa beliau menggunakan teknik damai saat menghadapi kekerasan. Sama sekali Gandhi tak pernah membalas pukulan yang membenjolkan mukanya, tak pernah merasa dendam meski diinjak tangannya sampai berdarah, dia dipenjara berkali-kali, diludahi, diusir dan ditinggalkan. Dia membantu kemerdekaan India dari jajahan Inggris dan menginspirasi rakyat India dalam merebut kemerdekaan dan membentuk Persemakmuran.

“ Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi. Cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah membalas dendam. Dimana ada cinta disitu ada kehidupan, manakala kita memilih kebencian, itu akan membawa kita kepada kemusnahan”

Begitulah pelopor kedamaian mengurai makna kehidupan, dan akhirnya Gandhi tewas ditembak mati tepat di dadanya oleh orang tak dikenal. Mungkin karena musuhnya tidak tahu lagi bagaimana menghentikan kekuatan Gandhi yang begitu hebat, dia menggunakan cara licik untuk memusnahkannya. Begitulah resiko bila kita menggunakan teknik Gandhi, berat, resikonya juga semakin mengerikan, tapi aksi damai ini dampaknya sungguh sangat luar biasa.

17321764_10202956311545358_574327726_n

“ Sementara kelembutan belum tentu mengundang datangnya kelembutan, kekerasan hampir pasti akan mengundang kekerasan yang lebih besar. Suka tidak suka demikianlah hukum yang berlaku di zaman ini.

Oleh karena itu, seterbakar apapun keadaan, belajar menjauhkan diri dari kekerasan. Ia tidak saja menyelamatkan pertumbuhan jiwa, tapi juga membuat seseorang ikut berbagi cahaya. Serangkaian langkah yang bisa membuat jiwa pulang ke rumah cahaya.

Jika ada rumah yang terbakar api, ingat menyemprotkan air. Bila ada orang yang terbakar kemarahan ingat untuk memercikan tirtha kesabaran dan kasih sayang. Sedihnya, Tatkala lingkungan terbakar, kebanyakan orang ikut terbakar. Akibatnya, api jadi membakar banyak sekali pihak. Di saat-saat seperti inilah masyarakat memerlukan tokoh-tokoh penyejuk. Untuk direnungkan bersama, semua agama turun ke bumi untuk menyejukkan bumi dengan kasih sayang..”

Maka dalam menyikapi banyaknya seliweran data di internet, jutaan gosip mulut ke mulut, berita benci dan dendam, jangan di”lawan”, sebab melawan akan mengakibatkan “perlawanan” lagi dan itu akan terus menerus terjadi malah justru tak berujung. Senyum, lanjutkan kegiatan yang membahagiakanmu, sebarkan rasa syukur, sebarkan cinta kasih Tuhan kepada sesama. Itu!

Thanks for SangCek


Dengan semangat mahasiswa, berkumpul silaturahmi, berunding, berembug,

BERGESEK sampai

MENYALA API!! 🔥berkobar ingin melepas meluapkan kegelisahannya atas nama kesehatan Teater Indonesia. 🇲🇨

.
SangCek Teater Festival lahir tahun 2015 , mereka bukan ingin pentas sendiri. Kalau sekedar

pentas sendiri, bikin kostum sendiri dan memakainya sendiri

itu tidaklah mengherankan. Biasa saja. Kebanyakan grup teater mampu.

.

Sangcek tak hanya itu, mereka berkorban sengaja menaruh diri “dibelakang”. Mereka adalah sang penggembala kambing, dan posisi penggembala memang lebih tinggi derajatnya daripada yang di gembala. Tentu saja, manusia lebih mulia daripada kambing. Bukan berarti lalu menilai SangCek adalah manusia dan yang lainnya kambing. Bukan seperti itu. ahk 😤

🐑🏃🏾

.

Sangcek-lah yang menyediakan tempat untuk berkesenian, membantu setting lampu, setting panggung, properti, mencarikan penonton,

sampai menyapu lantai mereka kerjakan. Dan Semua itu untuk adik-adik kita SMA ( Sekolah Menengah Atas ) seluruh Jawa Timur yang akan berlomba dalam kategori Seni Teater. Mereka berjumlah ratusan, terdiri dari 21 grup teater dari beberapa kota. Maklum jika mereka

datang ke #Gresik masing2 ada yang bawa full set gamelan 🥁🎷atau setting lengkap rumah sakit beserta tabung oksigen yang di gotong

tidak muat jika tidak pakai truck. 🚚🚒Semua untuk kebutuhan pementasan yang akan mereka ( peserta ) pentaskan sendiri. 

.

Sungguh hebat acara ini, sembari setelah ini berdiskusi, juga sekalian ajang reuni dan bercermin diri. Karena seringkali, kemampuan adik-adik kita ini sudah melampaui seniornya sendiri. Tapi wahai adik adik, jangan lantas kau tinggi hati. Skill di atas rata-rata yang kau miliki, sama sekali tak akan berfungsi di dunia kerja jika kau tak mengutamakan toleransi, rendah hati serta hormat-menghormati.

🥋

.

.

Teater adalah barang seni yaitu abstrak dan tidak jelas. Dan disitulah peran teater mendidik manusia mengenal HAL GAIB.

Bukankah gaib itu tidak jelas? 👻

.

Seni mengundang manusia berkenalan dengan yang namanya “SEKALIGUS”.

.

Sungguh “bersama” kesulitan ada kemudahan ( QS Al-Insyirah : 6 )

.

“Bersama” bukan “setelah”. Bersama siang ada malam, bersama suka ada

duka. Begitu juga seni : jujur sekaligus bohong, kabur sekaligus tajam, sadar juga sekaligus kesurupan, pura-pura tapi sungguh-sungguh. Kompleks tapi satu kesatuan. Seni menjelaskan tidak kanan saja, tapi juga bersamaan “kanan kiri”. Tidak hanya keindahan saja, tapi juga menampilkan hal “indah jorok” secara bersamaan.

.

Dia mencoba menjelaskan keu-Tuhan ( ke-utuh-an ). Suka dan duka boleh kita pilih. Atau justru kita yang dipilihkan-Nya untuk mengalami awan hitam ( sakit ) dan awan putih ( sehat ) .Sebagai kekuatan mutlak mari bekerja sama dengan-Nya ( Tuhan ). Untuk tidak sekedar sempit pada awan, namun kita juga bisa berperan menjadi langit yang luas. Bukan cuma ombak tinggi yang menggambarkan kemenangan, atau ombak rendah

bernama kekalahan. Sadarlah bahwa kita adalah LAUTAN YANG LUAS.

.

BERHASIL bukan AKHIR, GAGAL bukan BATAL | keMENANGan adalah bagi siapa saja yang terus MENGEJAR 

😇🙏🏻

Shalom, Homswastyastu, wasalamualaikum wr wb… Salam Kasih

KAFIR LIBERAL

16603033_10202794338656137_594779981876945446_n.jpg

KAFIR LIBERAL

oleh

Emha Ainun Nadjib

 

SETANPUN MONGGO

Di forum rutin bulanan yang saya selenggarakan di lima kota siapa saja boleh hadir. Dari orang sehat sampai sakit. Dari orang waras sampai orang gila. Dari Parpol sampai Grup Tari. Dari Pendeta sampai Ulama seekstrim dan sefundamentalis apapun pandangannya. Dari menteri sampai Petani. Dari grup musik aliran apapun sampai kelompok Tarikat seaneh apapun. Dari pencopet sampai Jenderal. Dari Setan sampai Malaiat. Alhasil siapa saja. Dialog bebas. Boleh protes asal obyektif. Boleh marah asal tidak dendam. Koridornya sederhana : etika kemanusiaan, kemesraan kebangsaan Indonesia.

 

Forum setiap bulan sudah 13 tahun lebih di Jombang bernama “Padang Bulan”. Di Yogya sudah berumur 7 tahun namanya “Mocopat Syafaat”. Di Semarang 3 tahun “Gambang Syafaat”. Di Surabaya 6 tahun “Haflah Shalawat”. Di Jakarta 4 tahun bernama “Kenduri Cinta”. Ada di Sulawesi Selatan bernama “Papparandang Ate” tapi tentatif waktunya. Tentatif juga “Pengajian Izroil” di Wonosobo dan “Tombo Ati” di Malang. 

MEMUNAFIKKAN LA ILLAHA ILLALLAH

Pada suatu malam salah satu yang hadir di “Kenduri Cinta” Jakarta adalah seorang pemuda yang berpidato memperkenalkan kelompoknya yang dinamakan “Jaringan Kafir Liberal”. Ia berpidato berapi-api, mengkritisi berbagai kenyatan kehidupan Kaum Muslimin serta kehidupam bangsa Indonesia pada umumnya yang penuh kemunafikan. Intinya ia melakukan penolakan-penolakan frontal terhadap berbagai trend nilai yang sedang berlangsung. Dalam bahasa Islam : ia melakukan “kekufuran”  atau sikap kafir terhadap sangat banyak hal termasuk pandangan ketuhanan dan theologi yang populer.

Cukup segar dan lucu caranya berbicara, tetapi membuat merah telinga banyak hadirin yang tidak siap terhadap kekafiran pembicara. Sejumlah orang Islam tidak tahan hati mendengar kata “kafir” , dan salah tingkah menghadapi orang yang menamakan dirinya “kafir”, apalagi membuat semacam organisasi yang terang-terangan memakai idiom “kafir” sebagai identitasnya.

Hampir terjadi ketegangan di antara hadirin, sorot mata sejumlah pemuda menjadi sangat tajam dan mengandung ancaman – sampai akhirnya saya terpaksa maju untuk memuij dan menjunjung-junjung penampilan dari Jaringan Kafir Liberal ini.

“ Saudara-saudaraku yang lembut hati, seluruh yang ia kemukakan tadi bisa anda temukan di dalam wilayah penghayatan La Ilaha, yaitu bagian awal dari syahadat Muslim yang bermakna Tidak ada Tuhan. Sebelum seorang Muslim memiliki keberanian untuk mengucapkan Illallah ( Hanya Allah ), maka terlebih dulu ia harus mengenali persis La Ilaha. Yang bukan Tuhan yang mana saja. Yang tidak dinomorsatukan apa saja. Kalau anda sudah menemukan dan meyakini bahwa dalam kehidupan ini tak ada yang pantas dituhankan, baik itu Raja, Presiden, Ulama, atau tokoh-tokoh apapun, termasuk uang, harta benda dan kekuasaan maka anda menemukan kehidupan ini sunyi. Semuanya lemah sebagaimana anda. Batu, pepohonan, segala makhluk, termasuk kita, semuanya lemah, lemah, sehingga tidak memiliki kepantasan untuk dituhankan. Tidak memiliki kelayakan untuk dijunjung paling tinggi, untuk dibela sampai mati. Dengan itu anda menemukan Illallah, hanya Allah, yang memiliki kedudukan, kekuatan dan fungsi semacam itu. Jadi, saudara-saudaraku, jaringan Kafir Liberal adalah tahap awal dari Islam yang sejati…”

Insya Allah berdasarkan keterbatasan persepsi ilmu pengetahuan saya, kita semua ini masih terpuruk pada keadaan yang sangat parah diukur dari hakekat La Ilaha Illallah.

Di dalam mengerjakan kehidupan, di dalam berekonomi, berkebudayaan, berpolitik, di dalam banyak sekali urusan, di dalam menjalankan peradaban kemanusiaan sapai abad milenium ini : kita masih sangat jauh dari kenyataan “Illallah”. Kita masih belum menemukan kenomer-satuan Allah dalam  perilaku kehidupan kita sebagai individu, apalagi sebagai warganegara dan terlebih-lebih lagi sebagai anggota peradaban globalisasi.

Mungkin di beberapa hal kita sudah mengaktualisasi keutamaan Allah, tapi pada kebanyakan hal kita masih belum memiliki kesanggupan, ilmu dan keberanian untuk menyelenggarakan “La Ilaha” di dalam praktek hidup kita.

Belum becus ber-La Ilaha, kita sudah sibuk, mantab, GR dan sombong seakan-akan sudah memasuki tahap Illallah yang sungguh-sungguh. Ya kita orang biasa, ya kita pejabat, ya kita Ustadz, ya kita Ulama, bahkan Habib dan Huffadhul-Qur’an,

Sesungguhnya, saya berhusnudzhan, yang dilawan oleh teman-teman Jaringan Kafir Liberal bukanlah Allah SWT – melainkan parodi, ironi dan sarkasme perlawanan terhadap perilaku kehidupan beragama kita yang penuh kemunafikan. Terutama memunafikan konteks antara La Ilaha dengan Illallah

SI ATHEIS DI PODIUM MASJID

Syukur kepada Tuhan forum bisa kembali segar dan penuh gelak tawa. Sungguh saya ingin ada aliran yang lebih dahsyat dari Jaringan Kafir Liberal.

Kata “kafir” sudah menjadi isyu internasional. Kata ini dipakai oleh Abu Bakar Baasyir untuk menyebut George Bush dan kekuasaan Amerika Serikat. Setahu saya menurut Al Qur’an orang Kristen atau Yahudi bukanlah kafir, sebab mereka juga ber-Tuhan. Baasyir tentu punya “huruf” nya sendiri.

Banyak orang Islam awam juga secara simplikatif menganggap orang komunis adalah orang kafir, padahal komunisme adalah ideologi sosial, bukan teologi keagamaan. Pada pendapat saya “atheis” pun tidak sama dengan “kafir”. Pernyataan atheisme bukanlah an sich pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan. Yang menurut saya diingkari bukanlah Tuhan itu sendiri, karena para atheis umumnya tidak kenal Tuhan dan tidak merasa perlu memahaminya. Bagaimana mungkin orang mengingkari sesuatu yang tak dikenalnya.

Yang diingkari atheisme adalah pandangan mainstream tentang Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri. Sebab “Tuhan itu sendiri” tidak bisa dipenjarakan oleh hanya satu pemahaman. Maka dialektika dan perdebatan antara theisme dengan atheisme tidak otomatis terkait dengan Tuhan, tetapi pasti berkait dengan lalu-lintas pandangan-pandangan tentang Tuhan.

Jadi, teman saya seorang komunis-atheis, Eugene Van Erven, aktivis kesenian di Negeri Belanda, tatkala datang ke Indonesia saya ajak ke acara saya di Masjid Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur. Tak sampai lima menit saya bicara di mimbar, langsung saya persilahkan Eugene naik ke depan podium, dan saya umumkan kepada hadirin :

“Saudara-saudaraku, teman saya Eugene dari Belanda ini orang komunis dan atheis…”

Semula saya menyangka hadirin akan tegang dan bisa jadi marah. Tapi ternyata santai-santai saja.

“ Sekali lagi saya ulangi Eugene Belanda ini komunis atheis. Kalau ada yang marah di antara anda dan ingin membunuhnya, saya persilahkan maju ke depan…..”

Ternyata para hadirin tertawa terbahak-bahak. Segera tampak bahwa mereka menyayangi Eugene. Orang kulit putih, besar tinggi, tidak begitu ganteng tapi ekspresinya memancing simpati. Senang tertawa, dan jenis tertawanya sangat aneh dan lucu sehingga Jamaah Islamiyah di Masjid itu sangat menyukainya. Kemudian kami berdiskusi, bernyanyi, berdebat, dan bersalaman berangkulan di akhir acara. Saling menyatu hati mereka, yang Muslim tidak kehilangan Islamnya, yang Eugene tidak kehilangan komunis atheisnya.

 

SILENT NIGHT HOLLY NIGHT SANTRI DESA

Forum “Mocopat Syafaat” di Yogyakarta sering didatangi teman-teman dari Australia, UK, Amerika Serikat, Mindanao, Malaysia, Korea Selatan dll. Hadirin saling bertukar nyanyian untuk saling menyapa. Kiai Kanjeng membawakan syair untuk Nabi Muhammad tapi dengan lagu “Silent Night”. Yang meminta para mahasiswa Australia untuk menyanyikan lagu gereja ternyata bukanlah hadirin dari kalangan Muslim Kota yang modern, melainkan justru santri-santri tradisional dari dusun pelosok. Dan ternyata banyak teman-teman Australia yang Kristen yang belum tentu tahu banyak tentang lagu-lagu gereja. Sementara Kaum Muslimin umumnya sangat mengenal dan hapal notasi nada lagu-lagu gereja yang populer di saat-saat Natal.

Sebuah kelompok musik dari Gereja membawakan sejumlah lagu kebaktian. Kiai Kanjeng diam-diam memperhatikan dan mengincar kunci nada dan jenis notasinya. Begitu lagu gereja selesai, Kiai Kanjeng Fade in menyambung lagu itu yang kunci tangga nadanya sama, notasinya sama, namun dibawakan dengan karakter budaya Islam dan dengan kalimat-kalimat Islam. Itu suatu jenis kemesraan budaya, di antara mereka yang teman-teman gereja tidak kehilangan Kristennya, yang Muslim tidak kehilangan Islamnya.

 

Seorang Ulama boleh pergi ke Masjid numpang di mobilnya Pendeta tetangganya. Si Pendeta yang kehujanan juga boleh meminjam baju Ulama sahabatnya. Yang tidak boleh dipertukarkan hanya dua. Pertama, keyakinan theologisnya. Kedua, istrinya.

Listrik menyala di gereja maupun masjid. Batu bata dan kayu sama-sama menjadi bahan bangunan gereja , masjid dan semua rumah ibadah lainnya. Para tokoh berbagai agama bisa memesan pakaian di tukang jahit yang sama, bisa makan di restoran yang sama, bisa menaiki pesawat atau bus yang sama, juga kelak akan mati dan lebur oleh tanah yang sama.

Di awal 80-an saya berkeliling Pulau Luzon, Philipine Utara, dengan seorang Pastur untuk berbagai acara pemberdayaan petani dan buruh. Ke mana-mana kami bersama, tinggal di kamar yang sama. Di Amstelveen Belanda saya tinggal di kamar asrama sebuah gereja Protestan, bahkan Pendeta Hoffman yang berjasa menolong saya mendapatkan perpanjangan izin tinggal di negeri itu. Di Delft father Van Dongen begitu karib seolah-olah dia saudara kandung saya. Masyarakat Kedungombo yang sengsara karena penggusuran ditemani selama bertahun-tahun oleh dua orang : Father Mangunwijaya dan saya. Pernah saya dikurung seminggu penuh oleh kumpulan Pastur se-Jawa dan Lampung : tiap hari saya harus membawakan pembicaraan tentang berbagai topik di forum mereka selama seminggu itu saya tinggal di gereja, makan shalat tidur di gereja.

 

Di sebuah gereja Kupang tepatnya di desa Tarus, Timor, saya hidup beberapa lama dan sering datang ke misa menikmati apa yang mereka lakukan sambil duduk di sebuah pojok. Kalau saya tidur di kandang kambing, saya tidak perlu menjadi kambing, dan saya tidak perlu juga mengubah kambing menjadi saya. Bahkan tidak perlu menjalankan suatu metoda toleransi di mana saya mengkambing-kambingkan diri dan kambing menyesuaikan diri seakan-akan kambing adalah saya. Kambing tidak perlu menyembunyikan identitas dan eksistensinya sebagai kambing dan saya tidak perlu menyembunyikan siapa saya.

 

Pluralisme adalah kerbau membiarkan kambing menjadi kambing, dan kambing mempersilahkan kerbau menjadi kerbau. Jelas kambingnya, jelas kerbaunya, sehingga plural. Kalau kerbau “tidak boleh menonjolkan kekerbauannya” dan kambing “jangan menonjolkan kekambingannya” maka keadaan akan berkembang menjadi singularisme.

 

MUSLIM RADIKAL MAIN GAPLE DENGAN BULE LIBERAL

Prinsip dan metoda itu yang saya terapkan di dalam forum dan kehidupan nyata saya. Dalam suasana tegang setelah pemboman di Bali, seorang stafnya Abu Bakar Baasyir menelpon saya, andaikan Ustadz Baasyir dikejar dan akan ditangkap polisi, bersediakah saya menampung beliau dirumah saya? Spontan saya menjawab : Silahkan.

Pada hari yang sama seorang teman lain menelpon saya, apakah kalau situasi menjadi darurat karena ada sweeping atas orang-orang Amerika oleh pasukan-pasukan Islam spontan saya bersedia menampung teman-teman Amerika itu dirumah saya? Spontan saya menjawab : Dengan senang hati.

Saya membayangkan kalau Ustadz Baasyir ketemu dengan teman-teman Amerika di rumah saya, saya sediakan makanan dan minuman senikmat-nikmatnya, saya sediakan alat bermain catur, VCD-2 dari National Geographic dan Planet Animal, mungin juga saya sediakan Sega Games. Yang pasti, siswa-siswi Taman Kanak-Kanak asuhan istri saya akan saya angkut ke rumah agar berjumpa dengan Kakek dan om-om mereka.

Tapi Tuhan menolong saya. Hal itu tak pernah terjadi. Ketika terjadi kasus “Monitor” dimana Umat Islam marah besar kepada jurnalis Arswendo Atmowiloto, saya ditelpon Wendo untuk meminta saran. Saya menjawab : “Saya melihat pasukan dari Surabaya dan Medan sudah hampir tiba di Jakarta dengan tegangan emosi sangat tinggi. Andaikan para pemimpin Negara-negara arab dikumpulkan di Jakarta, saya yakin mereka tidak mampu menahan laju pasukan Islam yang sedang naik pitam itu”. Maka saya punya satu nasehat kepada Arswendo : segera menyerahkan diri dan berlindung ke Kepolisian.

Malam harinya sebagian pasukan Islam Yogya berkumpul di depan rumah saya, sementara seorang wartawan “Monitor” dengan anak-anak dan istrinya saya persilahkan tidur-tiduran di kamar belakang rumah saya. Kedua belah pihak tidak saling mengerti.

 

 

 

KONSORSIUM SETAN SEDUNIA

Kalau mungkin ada Konsorsium Setan sedunia mengirimkan perwakilannya ke forum saya, saya akan membuka kedua tangan dan mengucapkan selamat datang dengan penuh kemesraan.

Saya tidak membenci setan karena di dalam Al Qur’an yang saya anut dinyatakan oleh Tuhan bahwa sesungguhnya setan itu takut kepada Tuhan. Bandingkan dengan sangat banyak manusia yang praktek hidupnya sama sekali tidak menunjukan rasa takut, rasa hormat dan apresiasi terhadap fungsi Tuhan. Saya juga tidak keberatan setan numpang hidup dirumah saya, karena saya siap berkelahi melawan dia kalau dia mengganggu prinsip-prinsip hidup saya. Puluhan tahun saya hidup berpindah-pindah dari rumah ke rumah yang saya beli karena sangat murah harganya. Sangat murah harganya karena tak seorangpun bersedia membelinya karena menurut mereka rumah itu banyak setannya.

Di Den Haag, pertengahan tahun 80-an saya menyewa kamar kurang dari separo harga normal, karena di situ pernah ada penghuni yang  gantung diri, dan setiap penghuni berikutnya merasa terganggu. Saya ikhlas menyediakan diri diganggu dan berjanji tidak akan mengikutinya gantung diri.

Di forum-forum saya berkeliling dengan grup musik Kiai Kanjeng, dalam pementasan yang rata-rata berdurasi 4-6 jam, kegembiraan kami adalah kalau ada orang gila, gelandangan atau jenis orang terbuang lain, yang datang. Selalu saya ajak naik, dan tak jarang saya sodori mikrofon kalau saya lihat bibirnya bergerak-gerak bisa mengikuti lagu yang dilantunkan. Di Jakarta Timur, seorang wanita muda telanjang menari-nari tatkala datang ke acara sekitar pukul 7 malam, orang-orang akan mengusirnya, kami kasih pakaIan, saya naikkan panggung, ia sudah normal kembali kemudian kepada seluruh hadirin menyatakan minta maaf kemudian kami mengantarnya mencari dimana rumahnya.

 

DARI ORDE SETAN KE ERA IBLIS

Coba sekarang kita omong agak sedikit serius. Manusia itu makhluk dinamis, relatif, basisnya ‘kemungkinan’. Manusia bisa berjalan ke arah kecenderungan Malaikat, bisa juga mendekati alam perilaku dan ‘moralitas’ setan.

Hamba Allah yang masuk gua, berkontemplasi, bertapa dan memisahkan diri dari dunia secara hampir total : ia memasuki alam Malaikat, tapi Tuhan marah kepadanya karena ia dilahirkan dengan tugas kekhalifahan, tugas management, tugas pengelolaan bumi beserta isinya. Kalau terlalu lama masuk gua kontemplasi dan bertapa, bisa jadi hantu, yang menakutkan banyak orang tapi tidak bermanfaat bagi kewajiban-kewajiban merubah sejarah.

Sementara hamba Allah yang terlalu berperilaku eksoterik, tanpa perenungan, tanpa tafakkur dan tadzakkur, menjadi budak pasar dan kekuasaan, akan berkembang minimal menjadi batu, maksimal menjadi Setan – inilah yang dipentaskan teman-teman kita ini.

Malaikat dan Setan atau Iblis hakekatnya kepastian, syariatnya pun kepastian. Malaikat pasti baik dan benar, karena seratus persen  terikat oleh prinsip ya’malu ma yu’maruun : hanya melakukan yang diperintahkan oleh Allah.

Iblis dan Setan adalah mantan Malaikat, cahaya yang menurunkan derajatnya menjadi api – mengerjakan hanya yang dilarang oleh Allah – meskipun itu semua berada di balik maha-rahasia skenario Allah.

Fungsi kemalaikatan adalah dorongan enerji yang menarik atau mendorong kehidupan manusia menuju Tuhan. Menuju Tuhan artinya mendekati kesejatian dan keabadian. Kesejatian adalah obyektifitas ilmu, moralitas yang menjaga keseimbangan sosial, keindahan yang membimbing hati manusia menangis kepadaNya.

Fungsi kemalaikatan adalah negara yang seluruh perangkatnya bekerja menjamin keadilan sosial, kesejahteraan yang tertata, kesehatan jiwa raga, kemerdekaan yang dewasa, sampai ke tingkat kasyaf – dimana akal dan hati manusia berjumpa dengan yang paling hakiki. Kehakikian adalah bekal untuk melibatkan diri dalam keabadian bersama Allah.

Iblis dan Setan juga tidak bisa menhindarkan diri dari keabadian. Masalahnya adalah abadi bersama siapa, abadi dalam keadaan yang bagaimana, abadi dalam kebahagiaan atau kesengsaraan.

 

SETAN MEMANDANG PAUS

Kita orang Indonesia seandainya tidak mengerti ilmu sosial, tidak paham wacana-wacana ideologi, tidak canggih menjalankan modernitas dan modernisme, serta berbagai tidak tidak tidak yang lain – sesungguhnya masih bisa selamat dan bahagia kalau menyisakan perhatian kepada acuan ilmu tentang Setan dan Malaikat.

Tapi karena bangsa dan pemerintah Indonesia hampir selalu bersikap tidak sungguh-sungguh  — terhadap apa saja, Pancasila, Tuhan, Agama, Ilmu, pengetahuan, manusia, martabat bangsa, kehormatan hidup dst selalu tidak sungguh-sungguh – maka bisa jadi sampai ke anak cucu kita kelak akan mengalami Festival Setan. Hidup dari Setan ke Setan, dari Orde Setan ke Orde Setan.

Dan, satu hal khusus: para pencenderung Malaikat, pasti dikucilkan di tengah Orde Setan, direndahkan oleh budaya Setan, dibuang dari mainstream Setan, juga tidak dipahami oleh kebanyakan anak didik Setan.

Jadi, mari mulai mempelajari Setan, alias diri kita sendiri. Kalau anda bukan setan, sayalah setan.

Mungkin sebaiknya saya ceritakan sejumlah pengalaman perjalanan saya keliling dunia dengan Kiai Kanjeng. Salah satu yang kami alami adalah berada di Vatikan, yang terletak di kota Roma. Italia, tatkala Paus Johannes Paulus II sakit dan kemudian wafat.

Karena saya setan, rendah derajatnya : tentulah wajar kalau saya sangat mendongakkan kepala ke atas dan menatap makhluk yang lebih tinggi yang bernama manusia – yang kali ini adalah Paus.

Jangankan Paus johannes Paulus II yang seluruh dunia merasakan kelembutan hatinya dan pemikiran-pemikiran positifnya. Sedangkan Hitler pun saya hormati dalam konteks tertentu. Sedangkan seekor anjing yang kehausan bisa membuat seorang pelacur masuk sorga karena ia memberikan air kepada anjing itu dalam keadaan ia sendiri sangat kehausan.

Salah satu pengalaman hidup saya adalah – seribu kalipun saya berbuat baik, orang tetap mencari keburukan saya. Maka saya balas dendam: meskipun seseorang berbuat buruk seribu kali, saya tetap bersemangat untuk menemukan kebaikannya. Secara ilmu bahkan saya diam-diam melakukan pembelajaran sampai tingkat seolah-olah saya akan siap menjadi pengacaranya iblis.

 

PRASANGKA TENTANG HIDUP DAN MAUT.

Pada suatu hari bersama Kiai Kanjeng dari London, Aberdeen dan Berlin, kami masuk kota Roma, tepat ketika Paus Johannes Paulus II jatuh gering.

Saat-saat terakhir Paus sangat mengharukan. Masyarakat menyaksikan bagaimana Paus Johannes Paulus II berjuang sangat keras untuk bisa mengeluarkan suara dari tenggorokannya dan kata dari mulutnya. Dari jendela tinggi di Gereja Vatikan itu beliau menggerak-gerakkan kedua tangannya sehingga ujung jari jemarinya setinggi kepala. Gerakan tangan itu dimaksudkan untuk mendorong dan mengerahkan kekuatan agar beliau bisa berbicara kepada umatnya.

Tetapi gagal. Berulang kali beliau mengupayakan bisa keluar satu dua kata, namun tak berhasil. Akhirnya beliau hanya menggerakkan simbol salib dan bahasa gerak itu jauh lebih sampai menembus hati umatnya dibanding kata apapun apabila beliau sanggup mengucapkannya. Kemudian beliau dirawat lebih intensif, dan itulah proses  panjang menuju naza’, berhijrah ke alam kehidupan yang sejati, yang abadi, yang tidak ditipu dan dikamuflase oleh halusinasi-halusinasi materialisme.

Saya tidak akan meneruskan tulisan ini dengan pembicaraan tentang maut atau kematian. Karena hampir semua manusia menyangka kematian adalah benar-benar kematian, sambil terlalu mantap berpikir bahwa kehidupan ini adalah sungguh-sungguh kehidupan. Beliau Paus Johanes Paulus II kini sudah mengerti persis mana sesungguhnya kematian dan yang mana sebenarnya kehidupan. Kita belum. Kita masih kerasan berputar-putar di selubung asap prasangka tentang hidup dan maut. Dan demi prasangka itu kita rela berbuat bodoh: mencuri, menjegal, membenci, dengki dan iri seumur hidup dikurangi beberapa menit menjelang nyawa melayang.

 

EMPATI PAUS TERHADAP NASIB UMMAT ISLAM

Paus adalah tokoh moral, bukan tokoh politik, meskipun gerakan moral bisa saja memiliki kekuatan politik. Lembaga Kepausan itu semacam Majelis Fatwa dalam Islam. Di kalangan Umat Syiah, sesudah tataran-tataran seperti Mollah atau Hojatul Islam, seorang Ulama akan meningkat menjadi Ayatullah. Di antara sekian Ayatullah, dipilih pemimpin tertinggi Syiah – misalnya imam Ayatullah Khomeiny yang legendaris.

Pada kebudayaan keagamaan kaum Sunni tak terdapat tradisi mengerucut seperti itu. Paling tinggi Majelis Ulama. Tak ada satu Ulama diunuggulkan secara resmi. Majelis Ulama adalah suatu institusi kolektif yang melahirkan fatwa-fatwa hasil pemikiran kolektif pula. Secara khusus, di Mesir, umpamanya – meskipun Sunni : mereka punya Al-Mufty, yakni Ulama tertinggi yang paling diakui oleh masyarakat. Mufty Mesir biasanya adalah Syekh Al-Azhar. Subhanallah di tahun 2002 Kiai Kanjeng pernah beracara live 2 ( dua ) jam dengan Syekh Al-Azhar di Neil Teve yang di tonton secara regional oleh Negara-negara Arab di luar Mesir.

Kembali ke Paus: Negara vatikan itu berada di tengah kota Roma, luasnya relatif lebih kecil dibanding satu kecamatan di Indonesia. Dari sudut itu musthail Paus memiliki landasan untuk kekuatan politik. Tetapi kekuatan moral Paus dan Vatikan mampu memaksa berbagai mekanisme di Roma dan Italia. Seluruh Negara-negara di dunia memiliki kedutaan besar di Vatikan, bahkan Italia sendiri punya Kedutaan Besar untuk Vatikan – meskipun tempatnya di Italia sendiri sebagaimana kedutaan besar lainnya. Mustahil satu kecamatan menampung maintenance hubungan multi-lateral.

Kekuatan moral ke-Paus-an dan Vatikan bukan hanya karena besarnya jumlah umat Katholik di bumi, tetapi beberapa puluh tahun terakhir ini disumberi juga secara sangat prolific oleh kepribadian Karol si Polandia. Pandangan-pandangan beliau tentang kemanusiaan universal, tentang politik internasional, tentang peta konflik mondial, juga tentang berbagai problem krusial dunia – termasuk tentang Islam dan empatinya terhadap nasib Umat Islam dunia yang dianiaya – sangat menarik dan spesifik.

Secara kehidupan sehari-hari, jutaan anak muda merasa sangat dekat hatinya dengan Paus yang satu ini. Seakan-akan lebih dekat pada Paus dibanding dengan agamanya sendiri. Seolah-olah Paus lebih memberinya cahaya,  sehingga jutaan orang menyerbu Roma beberapa hari yang lalu adalah kerinduan dan cinta yang memburu dan memuara pada sang Paus.

Kita perlu memandang agak ke belakang : Paus yang berasal dari bekas Negara Timur ( dalam skema politik perang dingin di masa dilam ) seperti Polandia sukar dibayangkan sama dengan Paus yang berasal dari negeri-negeri Barat, apakah itu Spanyol, Jerman, atau Italia sendiri.

 

ARANSEMEN KIAI KANJENG BUAT II – PAPA

Maka Kiai Kanjeng kemungkinan besar adalah satu-satunya kelompok musik yang pada hari-hari berkabung wafatnya Paus Johannes Paulus II: mengaransir lagu-lagu dan puisi-puisi khusus untuk suasana duka itu.

Pementasan Kiai Kanjeng di Teatro Dalmazia, di wilayah Municippo Due, Roma, 5 April 2005 malam, diizinkan oleh Comune di Romma – semacam Walikota – untuk tetap berlangsung tetapi diminta untuk terutama membawakan lagu-lagu spiritual berhubung situasi masyarakat Italia sedang dalam duka oleh wafatnya Paul Johannes Paulus II. “Niente Sole Mio, please…” – kata beliau.

“ Sole Mio “ adalah salah satu lagu di antara sejumlah lagu-lagu terkenal di Italia yang diaransir dengan gamelan oleh Kiai Kanjeng untuk persembahan-persembahan mereka di beberapa kota Italia. “Sole Mio” berarti “Matahariku”, Sebuah lagu cinta populer yang dikenal oleh semua orang Italia. Belum tahu apakah kalau lagu-lagu itu tak mungkin dibawakan di Roma, masih mungkin dibawakan di Teramo dan Napoli. Menunggu perkembangan situasi masyarakat dan pertimbangan penyelenggara.

 

PUISI HATI EMAS

Kiai Kanjeng sangat mafhum terhadap situasi itu, bahkan menyempatkan diri untuk menciptakan dua nomer musik khusus yang berjudul “Obituari” dan “Adagio”. Yang kedua dibawakan dengan pembacaan puisi “Puisi Hati Emas” yang diterjemahkan ke bahasa Italia.

Dalam pengantar pentas 5 April di Roma di sebutkan – “Musik Kiai Kanjeng dikenal dinamis, penuh hentakan semangat dan sering sangat liar. Tetapi khusus untuk suasana duka atas wafatnya Paus Johannes Paulus II, Kiai Kanjeng menyusun skenario pentas yang mengutamakan dimensi spirituaitas, rasa duka kemanusiaan terhadap wafatnya Paus Johanes Paulus II.

Warga Kiai Kanjeng, semuanya muslim, menyatakan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap komitmen Paus Johanes Paulus II terhadap terbangunnya nilai-nilai suci kemanusiaan dan perdamaian dunia. Dan berharap agar seluruh dunia akan memperoleh Paus baru yang bersama seluruh umat manusia di bumi berjuang melawan segala hal yang merusak dan menghancurkan kehidupan manusia.

TAKZIAH PAUS NIH YEE…

Karena sejak beberapa hari sebelum Paus meninggal Kiai Kanjeng berada di Roma ( Vatikan terletak di dalam kota Roma ), Cak Nun diserbu berbagai pertanyaan yang aneh-aneh bahkan naif dan absurd, juga gugatan. Berikut ini beberapa tanya jawab, bail melalui wawancara jarak jauh, telepon maupun SMS.

“Kan Cak Nun termasuk tokoh Islam, kenapa berada di Vatika pusatnya Katholik?”. Cak Nun menjawab:”Dulu Nabi Muhammad adalah muslim sendirian di tengah masyarakat yang seluruhnya kafir. Sedangkan umat Katholik adalah manusia ber-Tuhan, bukan kafir””

SMS dari seorng Kiai berbunyi : “Takziah ke Paus nih yee…” Di jawab: “ Saya sedang menghormati makhluk bikinan Allah. Kalau makhluk-Nya tak saya hormati nanti Penciptanya tersinggung”

“Bagaimana hukumnya berada di tengah-tengah kerumunan massa layatan Paus?”. Di jawab – “Kan dikampung siapa saja yang meninggal kita biasa melayat juga. Bahkan jika seekor anjing mati, kita menghormatinya juga”

“Kok sampai Kiai Kanjeng menciptakan aransemen musik untuk suasana kematian Paus, bahkan Cak Nun membikin puisi khusus?”. Cak Nun menjawab: “ Batu di dasar sungai saja bisa mengilhami lahirnya lagu. Di dalam Al Qur’an Tuhan menyuruh ta’arruf atau saling kenal dan apresiasi di antara manusia. Perintahnya di awali degan Ya ayyuhannas, wahai manusia, bukan hanya Ya ayyuhalladzina amanu atau wahai orang beriman…”

 

BISA JADI DARAH SAYA HALAL BAGI MEREKA

Untunglah orang penuh kekufuran macam saya diterima oleh orang-orang di Roma. Andaikan saya meyakini bahwa saya berhak menolak manusia bukan Muslim memasuki wilayah hidup saya: maka apa hak saya untuk yakin bahwa saya, bersama Kiai Kanjeng, akan diterima orang masuk Roma dan Vatikan?

Sebagaimana sebagian orang Islam yakin bahwa darah orang non-muslim halal, artinya teman-teman kita itu berhak membunuh mereka: hujjah atau argumentasi apa yang membuat saya percaya bahwa darah saya tidak halal untuk dicucup orang di Roma, juga di kota-kota lain Eropa yang kami kunjungi?

Apalagi keislaman saya masihlah terbengkalai. Siapa akan yakin pada kemusliman saya, lha wong saya sendiri paling jauh hanya “merasa benar”, belum “merasa benar secara Islam”. Saya sangat belajar dan meyakini prinsip-prinsip Islam yang saya pernah dalami dan eksplorasikan, tetapi siapa bisa menjamin bahwa “ Islam saya adalah Islam”?

Sejak Nabi Adam AS hingga Rasulullah Muhammad SAW kita pelajari doa-doa beliau hampir selalu bermuatan kesadaran dan perasaan bahwa mereka adalah orang-orang dhalim “Robbana dholamna anfusana….” , kata Nabi Adam. “Inni kuntu minadhdholimiin…” Kata Nabi Yunus. Bagaimana mungkin saya punya keberanian bahwa saya tidak dhalim. Who do you think you are, Emha!

Rasulullah SAW mengambarkan bahwa umat beliau akan terbagi menjadi 73 golongan, dan hanya satu belaka di antara semua itu yang diterima oleh Allah SWT. Atas dasar apa saya berani menggolongkan diri saya tergabung pada yang satu golongan? Kayaknya saya lebih potongan masuk di antara yang 72 golongan.

 

“THE UNIVERSAL CALL FOR HOLLINESS”

Yang paling mahsyur dari kepausan johannes Paulus II yang nama aslinya Karol Jozef Wojtya yang lahir 18 Mei 1920 di Wadowice Polandia dan wafat 2 April 2005 adalah apa yang disebut “The universal call to Holiness” – panggilan kesucian (berskala) universal. Lelaki berhati lembut yang menjadi Paus sejak 16 Oktober 1978 hingga wafatnya ini juga dikenal sangat vokal dalam menentang kenyataan-kenyataan besar sejarah umat manusia di dunia: misalnya imperialisme dan kolonialisme, rasisme, bahkan materialisme dan sekularisme, konsumerisme, juga aborsi, perang, serta berbagai macam tradisi kelakuan para penguasa bumi yang selalu menyiksa para penduduk bumi.

Beliau dijuluki “Pilgrim Pope”, Karena beliau adalah pemimpin spiritual yang amat sering melakukan apa yang dalam Islam disebut “Silaturahmi” dan “yantasyiru fil-ardl” : menjalin tali dan jaring-jaring kasih sayang, beredar ke berbagai belahan bumi. Kata “pilgrim” sering dipakai untuk menterjemahkan kata “haji”. Pergi haji dalam bahasa Inggris disebut pilgrimage. Kalau diterjemahkan secara telanjang dan harafiah, “Pilgrim Pope” artinya “Haji Paus”.

Beliau sendiri memaksudkan “pilgrimage” nya adalah untuk “membangun jembatan antara bangsa dengan Agama”. Itu salah satu manifestasi dari panggilan kesucian yang beliau terapkan.

 

MAJELIS ILMU CINA

Kemarin saya banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman pribadi saya. Sesungguhnya bukan “saya” nya yang saya ceritakan, melainkan keluasan pergaulan dalam koridor budaya dan kemanusiaan, tanpa harus kehilangan prinsip atau keimanan. Keluasan pergaulan itu dala Islam disebut, sekali lagi : Silaturahmi. : “Fantasyiru fil –ardl” , firman Allah dalam Al-Qur’an.

Menyebar dan mengembaralah ke seluruh sudut bumi. Bahkan untuk konteks yang paling hakiki pada manusia, yang membedakannya dengan hewan, yakni ilmu : Rasulullah SAW menganurkan – semua orang Islam hapal kalimat itu: Uthlubul ‘ilma walau bis-shiin , carilah ilmu sampai ke negeri Cina.

Kalau ada Majelis Ilmu Cina lantas kita tidak mau ikut belajar, Rasulullah akan sangat kecewa, karena akhirnya kita menjadi budak orang lain yang lebih padai. Apalagi kalau sampai membenci majelis itu serta Fobi terhadap segala sesuatu yang dianggapnya tidak berbau Islam – maka Kaum Muslimin optimis akan menjadi kambing congek dalam sejarah dunia.

 

KAMPUNG “HAJI SIDIQ”

Meskipun kelas saya kelas kambing, tapi saya juga sering ber-pilgrim kemana-mana – meskipun tidak dengan makna besar sepeti yang dilakukan Paus.

Demi Allah saya pernah benar-benar menjadi gelandangan 2 bulan musim dingin di Amsterdam, negeri Belanda tahun 1985. Tak punya uang sepeserpun. Bersama teman penyair asal Amerika Serikat yang merupakan penduduk gelap di Belanda, saya nge-crack satu petak flat yang tanpa pemanas dan tanpa fasilitas hidup apapun. Di negeri itu, kalau ada rumah atau ruang kosong tak di tempati lebih dari dua bulan, maka setiap orang berhak menempatinya. Tapi jangan anggap itu rejeki nomplok : tinggal dirumah tanpa pemanas di saat winter sama dengan kos di dalam kulkas. Tidak ada manusia sakti yang sanggup melawan suhu di bawah nol derajat. Alhamdulillah saya tidak sakit reumatik atau apapun.

Untuk mengisi kamar itu kami menunggu setiap senin malam orang-orang Belanda buang barang. Kasur, selimut, mesin ketik, teve hitam putih, kompor fungsi separuh, meja kursi dll kami angkut dari tempat buangan. Tetapi tak ada orang membuang heater, kamar kami tetap tanpa pemanas. Makanan mencari dari 6 jam ke 6 jam berikutnya. Sisa sisa restaurant, rumah tangga kaya buang makanan yang agak kadaluarsa, atau apapun. Rupanya makin miskin dan menderita, perut kita makin tahan racun.

Kami bersahabat dengan para refugees, para pelarian politik dari berbagai negara Afrika. Tiap hari kami bercengkerama sambil mencari secuil roti ( tak ada sesuap nasi ) di sekitar Central Statioon Amsterdam. Kami tahu caranya membongkar kotak telpon agar ratusan koin-nya ambrol keluar. Kami tahu teknik benang koin untuk menipu telpon umum sehingga satu koin bisa dipakai berulang kali, bahkan bisa dipakai telpon keluar negeri.

Di depan Central Statioon ada sungai. Di sebelah kiri sungai ada wilayah gelap tempat jual beli narkoba. Sebelah kanan ada berkampung-kampung milik “Haji Sidiq”. Haji Sidiq itu istilah yang dipakai oleh sejumlah kalangan orang Indonesia di Belanda untuk mengganti kata “ Zedek ”. Zedek itu tempat pelacuran…

 

PELACUR DAN ANJING MUATAN KESUCIAN

Mungkin itu semua kelak akan kita temukan kaitannya dengan kesucian. Pelacur yang kehausan, ambil air di sumur kecil di tengah padang pasir, tiba-tiba datang seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya karena juga sangat kehausan. Pelacur itu mengurungkan niatnya untuk minum, dan memberikan air itu kepada anjing.

Ya ampun : di dalam lingkar kosmos kesucian, mungkin muatannya justru adalah pelacur dan anjing.

Apa itu suci? Tentu kitab Katholik memiliki wacana tentang kesucian, dan Paus Johanes Paulus II tidak akan lari dari wacana itu meskipun berhak memberikan makna spesifik dan tafsiriah. Saya seorang muslim, dan wacana saya tentu dari Islam.

Saya menduga sama dengan di dalam pemahaman Katholik, kesucian tak bisa dibatasi oleh pemaknaan Parsial. Ia global, mungkin komprehensif, karena esensial. Anda bisa menemukan makna kesucian pada Hindu, Budha, Kristen dan Islam mungkin sebagaimana menemukan rasa manis pada gethuk, yangko, wingko atau jajan-jajan lain. Makanan-makanan itu tidak sama, tetapi toh bisa menemukan kerjasama kulturalnya melalui rasa manis yang sama-sama mereka miliki.

 

JUMENENGAN PAUS JAWA

Terkadang terlintas di pikiran saya bahwa Umat Katholik di Indonesia mestinya sudah lama memimpikan dan memperjuangkan pada suatu saat akan terjadi Paus yang terpilih adalah tokoh dari tanah air kita. Kalau anda orang Jawa anda berhak juga untuk mendambakan Jumenengan Paus Jawa, sebagaimana suku suku lain memiliki hak yang sama.

‘Keraton’ ke-Paus-an sudah menjamin secara empiris bahwa mereka anti rasisme. Paus tidak harus berkulit putih, tidak harus orang Eropa. Salah satu calon Paus malah berkulit hitam dari Nigeria. Kapan-kapan mestinya ada muncul kandidat pendekar berkulit coklat entah dari Semarang, Salatiga, Jombang Selatan, Batu Malang, atau monggo dari Toraja, NTT atau manapun.

Pikiran semacam itu mungkin muncul sekurang-kurangnya karena dua hal. Pertama, saya tidak mungkin menggunakan hidup saya yang singkat ini untuk entah kapan membunuhi semua orang yang saya anggap tidak seiman dengan saya.

Kedua, Vatikan dan teman-teman Katholik merupakan salah satu kaum diluar Kaum Muslimin yang berjanji menjadi penjaga nilai kemanusiaan tertinggi yang menyangkut kesamaan derajat antar manusia berkulit apapun. Anti – rasisme sudah merupakan kesepakatan global dari semua institusi politik, kebudayaan dan keagamaan. PBB sendiri sudah meresmikan sikapnya : “..bentuk apapun yang melakukan pembedaan, pengucilan, pembatasan atau melakukan pilihan berdasarkan ras, warna, keturunan atau asal negara atau asal etnik, yang digunakan untuk menghapuskan ataupun mengurangi pengakuan, kegembiraan dan kebebasan melakukan sesuatu, pada dasar yang adil ( sama ), yaitu hak asasi manusia dan kebebasan dasar pada pilihan politik, ekonomi, sosial, budaya dan bidang bidang yang lain….”

Di kalangan Kaum Muslimin sendiri umatnya hafal prinsip “ Inna akromakum’indallohi atqokum ”. Yang derajatnya tertinggi di hadapan Allah adalah pencapaian komitmen keilahiannya.

PEMUSNAHAN UMMAT ISLAM

Menengok ke pengalaman yang lain: dalam perjalanan ke Aceh saya sempat berdiskusi dengan Yusuf Islam tentang banyaknya Allah menyebut-nyebut  Kaum Yahudi dalam Al-Qur’an. Dari sudut tertentu hal itu malah dijadikan argumentasi bahwa orang Yahudi memang ditakdirkan untuk unggul dibanding ras yang lain, sehingga paling pantas memimpin dunia

Sedemikian rupa sehingga tsunami Aceh disimpulkan oleh seorang tokoh Yahudi sebagai “ Takdir Tuhan untuk secara bertahap melakukan pemusnahan atas Kaum Muslimin di muka bumi dalam rangka mewujudkan kepemimpinan Yahudi atas kehidupan di dunia “ .

Kecenderungan itu antara lain yang dulu membuat Hitler uring-uringan sehingga menciptakan jargon “Deutsche uber alles” : suku Aria di atas semuanya…

Yusuf Islam ternyata hafal ayat-ayat itu dan mengingatkan bahwa kuantitas penyebutan suatu kaum dalam kitab suci tidak merupakan bentuk pengunggulan. Sebab di ayat-ayat tentang Yahudi itu sendiri Allah memberi kunci yang sangat demokratis dengan idiom “ Fadhdholallohu Ba’dhan ‘Ala Ba’dhin “. Allah memberi kelebihan tertentu pada orang atau kaum tertentu dan memberi kelebihan lain pada orang atau kaum yang lain. Ada kaum yang hebat berdagang tapi lemah di bidang lain. Ada kaum lain hebat dalam berkesenian tapi lemah di sisi lain.

Tentu saja orang Yahudi harus mengerti dirinya dan memahami kelebihan dan kekurangannya. Juga setiap kaum yang lain. Kalau lembu menyangka dirinya adalah katak, maka perilakunya adalah perilaku katak. Sebaliknya kalau katak GR berpikir bahwa dirinya lembu, maka ia mungguh seakan-akan lembu.

Dalam konteks itulah saya membayangkan impian umat Katholik Indonesia untuk kelak memiliki Paus Indonesia.

 

SAPAAN BUDAYA ANTAR PEMELUK AGAMA

Cobalah sesekali menabung berpikir tentang keragaman manusia dan lalu lintas bagaimana menyikapi keragaman itu.

Saya tidak setuju kalau anda bilang “ saya bukan orang Jawa, melainkan orang Indonesia “, sebab tak bisa juga anda melanjutkan logika itu dengan meneruskan pernyataan “ saya bukan orang Indonesia, melainkan orang dunia “. Nanti kalau ketemu orang di terminal atau bandara di tanya anda orang mana, jangan jawab “ saya orang dunia “.

Sebagaimana saya orang Jombang, kambingpun kalau ditanya jangan menjawab “saya binatang”. Diperlukan spesifikasi identitas dan karakterisasi bahwa ia seekor kambing. Meskipun si kambing adalah penganut pluralisme universal, justru malah harus tegas bahwa ia Kambing. Pluralisme syaratnya ada kambing ada kerbau ada lembu, hidup bareng dan bekerjasama. Kalau kambing tak mau jadi kambing, kalau kerbau tak lagi kerbau, dan kalau lembu bukan lembu, semua hanya satu identitas : binatang saja – maka namanya bukan pluralisme, melainkan singularisme.

Makanya saya selalu menunjukan secara terang-terangan bahwa saya orang Jawa, orang Islam, dan kalau di luar negeri : saya orang Indonesia. Saya tidak menyembunyikan bahwa saya muslim, namun resikonya saya harus mengekspresikan kapan saja suatu jaminan dan bukti bahwa dengan identitas keislaman saya – saya siap bekerjasama dalam damai dengan semua umat manusia di muka bumi, karena Islam adalah “ rahmatan lil alamin “.

Kalau anda tidak terang-terangan bahwa anda pemeluk Hindu, Budha, Protestan atau Katholik, dan saya sembunyi-sembunyi bahwa saya muslim – maka kita harus bersiap-siap untuk saling tertipu dan terjebak. Pluralisme justru dipersyarati oleh ragam nya identitas dan karakter di berbagai konteks kehidupan. Apalagi jelas filosofi negara kita ini Bhineka Tunggal Ika. Jangan di sunat jadi Tunggal saja. Ika – nya merupakan proses sublimasi dan produk kerjasama para penghuni Bhineka.

Prinsip ini bisa diuraikan sangat luas dan panjang kalau kita terapkan ke konteks budaya, politik, ke agama-an, kesenian atau apapun. Kita adalah manusia global universal, namun tetap dengan keberadaan dan karakter lokal.

Kalau seorang muslim mengucapkan “ Subhanallah “, ia sedang menyadari kekotoran dirinya di hadapan kesucian Allah. Salah satu asma Allah bernama “ Al-Quddus “,di-Indonesia-kan menjadi Kudus.

Teman-teman Nasrani memiliki lagu “Malam Kudus”, yang Kiai Kanjeng sering menyapa umat Nasrani dengan meminjam notasi lagu ini meskipun dengan syair Sholawat. Di Inggris, Skotlandia, Jerman, Italia juga Australia – justru jenis sapaan “ Malam Kudus “ ini yang paling digemari oleh umat Nasrani di sana. Begitu juga Kiai Kanjeng mengaransir sangat banyak musik yang mengambil ilham dari seni etnik berbagai suku bangsa atau bangsa. Dari Dayak sampai Cina. Di Mesir Kiai Kanjeng bekerjasama dengan grup pengiring Ummi Kultsum Yasser Muawwad, di Skotlandia bekerjasama dengan Big Pipe.

Notasi lagu dan segala macam perangkat musik adalah alat budaya. Orang dari agama berbeda bisa mempertukarkan lagu, sebagaimana Kiai dan Pastur bisa mempertukarkan knalpot mobil, handphone atau baju.

 

SUCI ADALAH SYARAT UTAMA KEPEMIMPINAN

Di dalam struktur ( Khusus ) 14 asma Allah (Surat Al-Hasyr, Qur’an), disebutkan tiga syarat kualitas bagi setiap orang yang akan menjadi pemimpin. Dan begitu ia menjadi pemimpin, hal pertama yang harus ia jalankan dan buktikan kepada khalayak yang dipimpinnya adalah kekudusan, kesucian, yang dilambangkan oleh nama Tuhan “Al-Quddus”.

Kualitas “Quddus” disebut sesudah “Malik”, diikuti oleh kualitas-kualitas lain: “Salam”, “Mu’min” dan “Muhaimin”. Kalau empat kualitas itu dijalankan, maka si pemimpin akan “Aziz”. “Jabbar” dan “Mutakabbir”. Pemimpin itu akan sangat kuat gagah perkasa namun direlakan oleh rakyatnya, karena merantasi masalah-masalah dan tak bisa dijatuhkan.

Secara singkat syarat ketika seseorang menjadi pemimpin ( “Malik“ ) harus hanya melakukan sesuatu yang ‘suci’ , menciptakan keselamatan bagi semua yang berhak selamat, memberi rasa aman, serta memelihara situasi yang kondusif untuk kerjasama universal.

Suci itu bahasa ruhani. Kudus itu bahasa hati. Bahasa moralnya : Jujur. Bahasa hukumnya : Adil. Bahasa budayanya : Jantan. Bahasa Ekonominya : Profesional. Bahasa Politiknya : Fair. Bahasa Olahraganya : Sportif. Semua nilai-nilai dari berbagai bidang itu bermuara pada kesucian.

Maka Paus Johannes Paulus II menterjemahkan kesucian secara kongkrit kedalam perjuangan-perjuangan nyata ditengah peta permasalahan umat manusia di muka bumi. Ia melawan rasisme, imperialisme, opresi terhadap manusia, perang, bahkan materialisme, sekuralisme dan konsumerisme – meskipun perjuangan beliau sebatas koridor moral – adalah dalam rangka membawa semua manusia menuju kesucian hidup.

 

BERBURU HANTU DI ROMA

Karena saya kotor, maka tak ada arah hidup menuju suci. Bahkan hantu, saya hormati, karena semua adalah makhluk Allah, apapun posisinya. Mana berani di satu pihak saya mendambakan kesucian, di lain pihak saya tidak menghormati makhluk Tuhan.

Maka iseng-iseng bolehkah kisah remeh ini saya tambahkan, yakni ketika di Roma. Kiai Kanjeng tinggal di rumah mantan “Villa” nya Bu Mussolini, diktator Italia yang mashur sebagaimana Hitler. Atas jasa Bung Karno, rumah itu bisa dibeli dan dijadikan gedung Kedutaan Besar RI Italia, didekat kedutaan Amerika Serikat dan Jepang, di wilayah elit Roma. Cuma “Bu Mussolini” sering nongol menyapa penghuninya sehingga sebagian teman benar-benar merasa ketakutan.

Terpaksa kami di daulat untuk berburu hantu – hal yang sama pernah Kiai Kanjeng lakukan di Canberra Australia. Sebenarnya tak punya kemampuan untuk itu, tapi ya namanya amanat dan permintaan tolong, jadi ya nekad kami laksanakan. Imam vokalis Kiai Kanjeng hampir pingsan tapi Islamiyanto lolos dan sesampainya di London ia langsung di seret bersih-bersih hantu di KBRI London.

Saya hanya ingin mengatakan hendaknya kita siap bergaul dengan semua makhluk Allah. Panglima Perang Sabil Shalahudin Al Ayubi menyamar jadi tabib menyembuhkan Panglima musuhnya dari sakit. Kalau anda dokter tak usah tanya apa Agama pasien yang datang. Kalau mau menolong orang tak perlu tanya dia pernah maling apa tidak. Mengapresiasi Paus dan umat Katholik adalah bagian dari hikmah rahman rahim-nya Islam.

 

ETHOS SALIB YESUS

Dulu, di tahun 1985 setahun penuh saya tinggal disebuah kamar di gereja Protestan Amstelveen, dekat Amsterdam. Salah seorang sahabat karib saya selama 2 tahun di Negeri Belanda adalah Romo Pieter Van Dongen dari Delft yang dipintu depan rumahnya ada tulisan arab “ Assalamualaikum Warahmatullahu Wabarakatuh” , di dalam rumahnya terdapat segala macam simbol hampir semua agama. Yang tak ada Cuma Gatoloco dan Darmogandhul.

Teman saya Pendeta juga di Utreecht Pak Peter Paul Van Lellieveld memberi nama anak anaknya dengan bahasa Arab. Dengan seorang Romo dari Kotabaru Yogya saya pernah keliling Filipina dari Manila, Mariveles, Legaspi, Sorsogon dll untuk kegiatan dengan kaum petani dan wong cilik lainnya. Ketika menemani buruh buruh wanita di Mariveles, yang menjadi buruh ketika siang dan menjadi pelacur waktu malam- karena mereka beragam Katholik – maka saya melakukan konseling psikologi antara lain dengan menggunakan etos Salib Yesus, karena tidak mungkin saya bawa mereka ke dunia Sayyidina Husein Bin Ali untuk mengatasi penderitaan.

Almarhum Romo Dick Hartoko Kotabaru adalah Pastur tempat saya dan teman teman seniman minta ditraktir makan ketika kelaparan. Romo Kuntoro adalah sahabat saya yang selalu berbincang dengan saya tentang setan, kebatinan, kemusyrikan, dan macam macam. Bersama Almarhum Romo Mangunwijaya kami main tikus-tikusan dengan kejaran Polisi dan Tentara di Waduk Kedung Ombo jaman orba. Kami bikin drama tentang masyarakat Kedungpring yang gagah berani melawan pemerintah. Drama itu berjudul “Pak Kanjeng”, musik ilustratornya kita sebut Gamelan Kiai Kanjeng.

Di sebuah Gereja Klaten saya pernah “disiksa” oleh teman teman Pastur Se- Jawa dan Lampung hampir seminggu penuh berdiskusi. Saya sendirian dalam banyak sesi diskusi itu, tinggal di gereja, shalat di gereja, cuma disaat senggang kami tidak tega main gaple di gereja. Hampir 2 minggu saya tinggal dan beracara di sebuah gereja di Maros, dekat Kupang. Ketika di Quezon City Filipina, saya tinggal di komplek sekolah Katholik St. Joseph College. Di Canberra Kiai Kanjeng ber Workshop di SMU, SMP, SD, TK dan Playgroup—Semua bukan sekolah Islam.

 

 

KATA PENGANTAR

“ Jangan-jangan kita ini kafir “

Cukup lama saya mencari kata pertama apa yang mau aku pilih untuk judul pengantar buku ini..

Saya meyakini bahwa yang paling berhak memvonis, memberi label “KAFIR” terhadap umat manusia adalah yang empunya umat manusia itu sendiri. Siapa Dia? Tiada lain tiada bukam kecuali Allah SWT sendiri – itu hak sepenuhnya milik Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa. “Bila engkau tidak mau disebut menyekutukan Dia, maka jangan sekali-sekali menggusur hak Dia, kecuali kalau engkau memang berniat mau menyaingi Tuhan Alam Semesta … memangnya bisa … yang bener aja …!”

Siapapun anda, baik yang punya atribut da’i, kyai (kyai muda, kyai tua, kyai langitan, kyai daratan, MUI, Ustadz, Habib dan sebagainya ), kalau sudah berurusan dengan Yang Maha Mulia sesungguhya sama saja derajatnya dengan saya dan pada umumnya umat manusia lainnya – jadi jangan GR ( Gede Rumangsa ), jangan sok merasa bahwa andalah yang paling tahu tentang Allah Yang Maha Mandiri, Yang Maha Otonom – yang sekali lagi janganlah GR bahwa dia membutuhkan bantuan dan pembelaan anda, apalagi berkhayal bahwa anda satu-satunya manusia yang diberi AMT ( Amanat Membantu Tuhan ). Kecuali kalau untuk soal-soal membantu fakir miskin , membantu orang yang ditindas, membantu orang yang di gusur, membela orang yang diperkosa – Nah itu dia, “kita semua umat manusia, tanpa perkecualian memang langsung diberi mandat oleh Yang Maha Hidup, Yang Maha Sejati, kalau yang ini malah kita diwajibkan untuk GR. Maka sudahlah kita jangan lagi melakukan peradilan-peradilan, main hakim dengan mangatasnamakan Tuhan. Banyak sekali yang kita duga tentang Dia selalu saja terus menerus menduga, karena kesimpulan baru akan didapat kelak di alam yang berbeda – kecuali kesimpulan total bahwa Ia adalah Yang Maha Benar, Yang Maha Sejati “.

Kewajiban kita adalah terus menerus belajar memahami berbagai macam hal dari ciptaan-Nya. Termasuk memahami bahwa berbagai macam ciptaan-Nya juga banyak yang saling berbeda, bahkan lebih ekstrem saling bertentangan sifatnya, bertentangan jenisnya, bertentangan posisinya, bertentangan perannya dan sebagainya.

Tentu saja ketika anda sedang memahami dan menerima perbedaan di sekeliling kita , itu berarti juga sedang memahami seluruh karya cipta- Nya, dan sebaliknya tatkala kita tidak bisa menerima segala perbedaan, segala warna, hal ikhwal yang terkadang tidak kita miliki, atau yang orang tidak miliki seperti yang kita punya —  artinya sama dan sebangun, bahwa kita sedang mengingkari ciptaan-Nya. Saya kira, goresan sketsa tulisan-tulisan yang berasal dari catatan sepenggal pengalaman yang ditemui Cak Nun merupakan upaya memahami betapa jembar, betapa luas dimensi plural hasil ciptaan keindahan Tuhan dibalik segala rahasia di dalamnya.

 

 

Kadipiro, pertengahan September 2005

Toto Rahardjo

 

 

Kenapa Pantomim

pantomime-1

Pantomim adalah kesenian yang sangat luar biasa. Tuhan seolah memaksa diri saya untuk terus memahami pentingnya kesenian ini, bukan kebetulan dalam waktu kurang lebih 10 tahun saya “disuruh” akrab dan terus bergaul dengan pantomim. Saya belajar dengan Alm Mas Didi Petet, belajar dengan Mas Yayu AW Unru, belajar bersama Sena Didi Mime, Prof. Milan Sladek, senior-senior hebat di kampus mayor kesenian, dan bertemu Mas Septian Dwicahyo sampai sekarang.
Sebagai seorang penggiat kesenian, wajar lah kalau kadang-kadang saya kehilangan arah, tapi tentu saja tak patah semangat untuk terus memburu berbagai informasi, berburu ilmu, pertanyaan ke orang lain, atau bertanya kepada diri sendiri sembari menganalisa. Kenapa pantomim? Kenapa seni ? kenapa harus kreatif dan inovatif? Terus bertanya, sehingga pemudapemudi ini punya semangat untuk memahami, dengan kemakluman bahwa pemahaman tiap-tiap manusia berbeda-beda, asal jangan berhenti belajar dan mencari (hunting).
Saya percaya bahwa pantomim lah yang mengantarkan Mas Sena Utoyo dan Mas Didi Petet menjadi legenda, pantomim lah yang membuat Mas Yayu AW Unru menjadi pemimpin yang bijak dan terus merawat grup pantomim termahsyur di Indonesia = Sena Didi Mime. Pantomim yang bikin Prof. Milan Sladek rajin bolak-balik Jerman-Jakarta untuk berbagi belajar dan bekerja dan lagi-lagi pantomim membuat Mas Septian Dwicahyo dari umur 9 tahun hingga sekarang tak bosan-bosan memoles seni gerak nya. Kenapa hal ini terjadi? ada apa dibalik pantomim ? apa yang menarik dari pantomim? setelah sekian lama, tentu saya juga punya pertanyaan semacam itu, yang mungkin temen-temen pembaca memiliki pertanyaan yang sama seperti saya.
Beruntung lah saya, oleh Tuhan dilibatkan untuk terjun disini, entah sebagai pengajar, pelaku, maupun pengamat kesenian ini. Semakin lama saya pun (sedikit-banyak) memahami, sekaligus semakin besar kecintaan saya terhadap kesenian ( khususnya ) pantomim.
Tentu saja, pada mulanya saya sama sekali tidak tertarik, mungkin mirip orang pada umumnya yang tidak mengenal pantomim. Apa sik pantomim? dalam bayangan saya dulu, paling-paling hanya orang yang memakai make up putih di wajahnya, lalu memperagakan gerakan imajinasi seperti memegang dinding, padahal di depan nya tidak ada dinding. Dasar sinting. Tapi jangan khawatir, Albert Einstein dan Wright Bersaudara pun pernah di cap sinting, kalau orang tidak memahami apa yang kita sampaikan seringlah kita dianggap gila, mohon maklum.
Ternyata pantomim bukan cuma sekedar bercerita tanpa kata, pantomim membuat orang lebih enak ( indah ) dilihat saat tampil didepan umum. Apakah hanya aktor, atau stage performance yang sering dilihat banyak orang ? ternyata tidak. Temen-temen pembaca disini juga akan menghadapi banyak orang dimanapun anda berada. Tidak ada salah nya anda belajar pantomim, atau dance, atau teater untuk mempersiapkan diri agar tak canggung lagi dalam berkomunikasi. Belajar kesenian bukanlah bertujuan agar seseorang menjadi seniman profesional. Namun manfaat nya tak terhitung lagi banyaknya, salah satunya agar kita dapat menikmati hidup yang indah ini. seni berhubungan dengan keindahan, dan apabila kemampuan anda dalam melihat keindahan dalam hidup ini meningkat. Maka hubungan kita dengan Tuhan akan semakin dekat lagi. Terimakasih telah mengadakan workshop pantomim yang membuat kita saling bertemu bertatap muka berdiskusi bersama mengenai kesenian yang sama sama kita cintai dalam rangka mamayu hayuning bawana ( mempercantik keindahan dunia ). Berikut ini adalah sekilas esai dari saya untuk pantomim.

INTROVERT

Introvert sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif karena mereka adalah orang yang memiliki kepribadian yang cenderung pendiam, tenang atau bisa dibilang cool, misterius, menyukai kesendirian sehingga banyak yang berasumsi bahwa introvert itu anti sosial, sombong dan sebagainya. Di dunia ini orang yang memiliki kepribadian introvert atau lebih dominan bersikap introvert cenderung lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang yang memiliki kepribadian ekstrovert, sekitar 25 % introvert dan sisanya ekstrovert. Jika ditanya mana kepribadian manusia yang lebih baik? jawabanya tidak ada. Karena setiap kepribadian tersebut baik introvert maupun ekstrovert memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. `
Dalam diskusi saya bersama Mas Septian Dwicahyo, beliau pernah ngomong tentang ini

” Lihat deh non, kalo diamati kebanyakan pemain pantomim itu orang-orang introvert, dia lebih banyak mengamati, lebih banyak mendengarkan, pemikir, konseptor”

Aku timbang lagi, bener juga sik. Aku melihat Mas Yayu AW Unru sebagai konseptor, Sutradara Sena Didi Mime semenjak 1998 kepergian Mas Sena Utoyo, aku melihat Bang Fuad yang cukup penyendiri bila dirasa, beliau juga seorang tokoh pantomim hebat dimasanya, Rata-rata mereka tampil didepan umum bukan karena ekstrovert, justru karena pemalu, maka dia bersembunyi di balik make up putih. Meski mungkin pantomim boleh juga tidak memakai make up putih, tapi bila mereka tampil, bisa dirasakan bahwa dia tidak ber”niat” untuk menunjukan ke”aku”an nya. Justru dia tampil agar dia dapat menyatu ke dalam hati masing-masing penonton nya. Bukan sekedar ingin “ada” (eksis), keberadaannya tidak penting lagi, jiwa nya yang lebih penting, pikiran (ide) nya yang lebih penting, kegembiraan bersama-sama lebih penting, jadi bukan masalah FISIK lagi, tapi PSIKIS.

Sekarang mari kita coba amati temen-temen kita yang seperti ini, tak peduli mereka pemain pantomim atau bukan, yang jelas mereka harus menyadari bahwa pemberian Tuhan entah itu kepribadian introvert ataupun ekstrovert memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bersyukurlah bila anda introvert, itu bukan suatu hal yang negatif, begitu pula ekstrovert, dia pun tak positif-positif amat. Selama timing bersyukur kita tepat. Mantablah sudah. Dapat kita lihat tokoh-tokoh hebat yang juga memiliki kepribadian Introvert seperti Mahatma Gandhi, JK. Rowling, Warren Buffet. Albert Einstein yang sangat fenomenal ketika berkarya. Karya mereka dihasilkan melalui proses berpikir menggali kedalam dirinya sendiri, mengKARANTINA dirinya dari virus yang berlalu lalang disekitarnya, berkontemplasi (bertapa) dan menemukan sesuatu tanpa harus dibantu orang lain ( mandiri/ otodidak ).

Maka cocoklah sudah dengan pantomim, kesenian ini adalah jalur yang tepat bagi mereka yang mempunyai keribadian introvert. Sebab kegelisahan jiwa ini harus ada wadahnya, temen-temen introvert biasanya akan meluapkannya dari tulisan, karena mereka lemah soal lisan, bila mereka tak pandai menulis, maka pantomim adalah wadah yang sesuai untuk mengekspresikan jiwanya ( katarsis / kepuasan jiwa )

IMAJINASI

Ya seperti kita ketahui, pantomim itu kaya akan imajinasi. Betapa tidak? manggung cuma modal tubuh doank, tapi penonton bisa merasakan kehadiran kursi, bola ping-pong, drum, dan segala macam tawaran dari pantomimer lakukan saat perform. Ternyata disitulah letak dramatisnya pertunjukan pantomim, penonton semakin tertarik dengannya, lebih-lebih saya sebagai penulis dan pelaku seni pantomim juga excited karenanya. Hampir mirip dengan Kesenian mendongeng, dimana kita mendengar satu orang bercerita, kemudian imajinasi kita berjalan menurut cerita dari si pendongerng. alangkah indahnya. Kami mempunyai gambaran masing-masing di benak kami tentang cerita tersebut. Saat dia menyebut kata istana, kami punya khayalan istana yang berbeda-beda, saat dia bicara raja, nenek sihir, atau jurang, kami memiliki bentuk yang berbeda-beda tentangnya. Kondisi nya, suasananya, indah buruk nya, ada di dalam kepala kami masing-masing. Itu sering saya alami saat lampu gelap karena derasnya hujan di desa, maklum, mati lampu adalah hal rutin di pedesaan. Kemudian ayah saya bercerita tentang banyak hal, Ibu saya juga mengoleksi cerita daerah untuk diberikan kepada anak-anaknya tercinta. Sepertinya cerita itu bukan sembarang cerita. Tapi juga untuk pelajaran kami di masa depan, ada pesan moral yang disampaikan dalam cerita “si Kancil nyolong Timun”, “Malin Kundang”, dan cerita daerah lainnya.

Beda hal nya dengan sekarang, anak-anak dijejali siaran tivi yang sudah mendikte audio dan visual, kita sudah tidak memakai imajinasi lagi. Karena gambar sudah tersedia dilayar kaca, belum lagi tayangan nya sebenarnya bukan ditujukan untuk anak-anak. Tapi jam tayang nya PRIME TIME, sinetron FTV yang kebanyakan bertema pacaran dilahap juga sama anak-anak.
Sungguh dunia ini sangat mengerikan. Siapa lagi yang mendidik masa depan anak-anak kita kalau bukan diri kita? Itulah kenapa Pantomim harus tetap ada, cerita dongeng harus terus lestari, supaya latihan imajinasi tidak stop sampai disini. Di zaman yang mengerikan ini. Kita, kami, saya, harus tetap berdoa agar Tuhan menolong umat manusia dari lembah jahiliyah dan malas berpikir.
Bagaimana kami menjaga agar pantomim terus dikenal? Itulah PR dari para kreator atau seniman yang mencintai bidangnya. Jangan sungkan untuk terus berinovasi, yang mungkin dianggap sebagian orang melanggar peraturan kesenian. padahal “ART HAS NO RULES”, Seni itu tanpa batas, tanpa peraturan, ini bukan berarti seenaknya. Peraturan harus tetap ada, tapi janganlah terpaku atau terpukau. Kesadaran kita dalam peraturan hanyalah ada dalam AGAMA, atau peraturan TUHAN yang wajib kita patuhi (TAWADU), untuk kreativitas = JANGAN MENURUTI PERATURAN SIAPAPUN. Karena saya pernah membaca ungkapan “KEJAHATAN YANG PALING KEJAM ADALAH PERATURAN”. Agama melarang ini itu, bukan lah kejam, bahkan itu untuk kebaikan kita sendiri.
Memang seringkali apa yang kita sukai justru mencelakakan kita, maka dari itu kita mengkontrol diri ini untuk tetap waspada. Sadar memilih mana yang harusnya dijalani, harus punya imajinasi ( visioner ) kalau saya melakukan ini apakah dampaknya baik untuk masa depan? atau justru buruk? itulah fungsi imajinasi, kita bisa membayangkan sesuatu sebelum melakukan, kita hendaknya berpikir dahulu sebelum mengatakan. Maka mudah-mudahan hal yang baik akan menghampiri kita semua.

Kita berinovasi agar sesuatu yang usang dapat segar kembali, sesuatu yang basi pun bisa kita nikmati dengan sehat. Lalu dengan mantab pantomimer akhirnya tidak pakai make up putih lagi di wajahnya saat manggung, mereka juga menghadirkan beberapa benda-benda asli selain benda imajiner. Mereka menawarkan Cerita yang digabungkan dengan tarian, sulap, sampai ke musik modern (BEAT BOX, SOUND EFFECT, DLL). Membuktikan bahwa semua aspek, butuh kolaborasi, butuh orang lain, sebab tak mungkin kita dapat hidup sendiri. Kehadiran orang lain akan memperkuat usaha kita di bidang apapun. Itu yang paling mahal. Teman atau keluarga yang tak bisa dibeli dengan uang.
Imajinasii yang berkali–kali di jabarkan manfaatnya oleh profesor, budayawan, dokter, pengusaha, scientis, seyogyanya harus terus digali, mendalam, kita harus terus memburu makna serta memahami dan menyadari mengenai apa sesungguhnya manfaat imajinasi di kehidupan sehari-hari. Ada, banyak sekali, dan masih banyak lagi yang belum kita temukan. Maka riset tak akan pernah selesai. Bahkan bukan sampai disitu saja, kita juga harus MENGGERAKAN TUBUH KITA KE ARAH IMAJINASI KITA. Bergerak mencapai impian kita. Mewujudkannya. Selamat menempuh!

 

 

 

GERAK

“keberuntungan berpihak kepada yang BERGERAK”, Saya pernah mendengar ungkapan ini, dan saya tertarik dengan maknanya. So deep. Semua orang-orang beruntung itu bukan karena dia pintar, jago, atau berkualitas. Sejatinya, mereka beruntung karena BERGERAK ( ACTION ), mewujudkan angan-angan nya, melakukan rencananya, mengeksekusi karya-karya nya. Pantomim adalah seni GERAK, dan gerak membutuhkan energi, bukan mereka, dia, atau kamu, tapi bersifat ke”DIRI”, (kita semua) dan yang pasti bergerak. Entah menggunakkan kaki, tangan, ekspresi wajah, atau semua peralatan tubuh yang dapat kita pergunakan untuk berkegiatan.
Itulah kenapa solat bagi muslim menggunakan gerakan seperti “itu”, umat kristen dengan geraknya yang khas seperti “itu”, umat hindu budha yang masing-masing mempercayai gerakan memuja Tuhannya masing-masing. Karena kita masih mempunyai wujud “FISIK” dan kita bisa menggerakkannya. Kalo tubuh fisik ini sudah mati, gerakan sudah tidak penting lagi. Jiwa kita menembus batas. Fisik kita, tubuh kita adalah modal utama, untuk memimpin, membuat suatu perubahan yang lebih baik, tidak mungkin hanya menggunakan mata saja, hidung doank, kaki saja, tapi seluruh organ tubuh ini kita perintahkan agar mampu bergerak sesuai batin dan jiwa kita ke arah keindahan, kearah sopan santun, menyayangi, mengasihi.

Pantomim adalah seni gerak, yang mengajarkan kita untuk waspada, mengingat kembali bagaimana rasanya menghirup aroma kopi, meminumnya, menikmati pisang goreng saat hujan di sore hari misalnya. Dan semua itu kita sajikan di atas panggung, tanpa kopi,pisang dan hujan yang asli. Kita menggunakkan ingatan emosi ( imajinasi ), bahwa dalam sehari-hari, kita harus menyadari, menyalakan seluruh inderawi kita untuk mengingat bagaimana rasa kopi, bagaimana aromanya, menyentuh cangkir, bau tanah saat hujan. Lebih jauh daripada itu, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain ( empati ) . Sebab di dalam teater, atau pantomim, kita mungkin akan berkesempatan memerankan orang lain, bukan hanya diri kita. Contoh nya, saat kita memerankan orang buta, kita hendaknya ikhlas untuk merem beberapa saat di atas panggung, bila melek kita harus menyadari bahwa pandangan kita gelap, itu semua demi suatu peran. Atau bisa dikatakan anda boleh mengalami bagaimana orang buta alami. Anda bukan hanya berkomentar bagaimana orang bila jatuh miskin tidak mampu membeli makanan, tapi anda harus mengalami, anda harus puasa, betul-betul masuk kedalam ruang lingkup mereka, bergaul sepenuhnya dengan mereka.
Jika dipikir, apakah anak seorang pejabat yang tiap harinya tidur ber-AC, selalu makan enak, tak pernah ditimpa kesusahan, lalu akan menggetarkan hati para penontonnya saat pentas nanti? apakah dia akan menyadarkan para penikmat seni bahwa hidup ini bukan hanya makan tiidur dan beranak-pinak? Itulah seni gerak, itulah seni pantomim dan teater, kita harus mencintai semua orang, dan mampu merasakan apa yang keluarga kita alami, kita mengerti bahwa “SAKIT” itu sangatlah tidak enak, maka tentu sedikit banyak kita akan “MAU” membantu mereka yang “SAKIT” untuk keluar dari masalah mereka.

Selangkah demi selangkah kita hendaknya bergerak, meski cuma sejengkal, mungkin hanya semenit, tapi bila dicicil, mungkin gerakan itu akan sangat berarti dan menoreh sejarah sampai ratusan tahun mendatang. Lihatlah gerakan-gerakan yang Charlie Chaplin lakukan, beliau menggerakan tubuhnya dari tahun ke tahun, “musuh saya adalah WAKTU” begitulah ungkap Chaplin. Namun sampai ratusan tahun kedepan gerakan nya tak sirna oleh zaman. Boleh kita tiru gerakan-gerakan Gandhi, apa yang dia lakukan? gerakan yang dilakukan oleh Nelson Mandela, apa saja yang dia gerakan? alis? jari untuk menulis? kearah mana dia mempergunakan tubuhnya? untuk kebajikan ? atau kesesatan?
Mari kita olah kembali tubuh kita, sikut kita untuk hal yang bermanfaat, kaki kita, rambut, perut, segala macam peralatan tubuh yang di pinjamkan sementara oleh Tuhan ini, kita pergunakan sebaik mungkin agar membekas di hati masyarakat sampai ratusan tahun yang akan datang, dan kemudian mereka akhirnya meneruskan gerakan kita sampai ratusan tahun lagi. Semua gerakan ini hanya kita persembahkan untuk sumber kebahagian sejati, yaitu Tuhan sekalian alam.

 

 

 

 

SENI

Siapalah yang tidak tertarik oleh seni? meski sering kali seni itu tak jelas arahnya, absurd maksud dan tujuan nya, awut-awutan gayanya sekaligus susah diatur. Namun jangan coba-coba mengerti tentang seni atau berusaha memahami, cukup maklumi saja. Seni itu untuk dinikmati, bukan untuk dimengerti, begitu lah Bapak Teater Indonesia beretorika tentang seni –> WS. RENDRA

Seni kadang menyenangkan, tapi juga menyebalkan. Menusuk menyadarkan, itu kalo kata Mas Putu Wijaya. Seni itu menteror mental, dengan tujuan untuk menyadarkan, mengulas kembali, memikirkan lagi apa yang menurut manusia pikir sudah cocok, benar dan pantas. Dengan teror seperti ini, seni mengajak orang-orang untuk mengecek kembali atas apa yang dia pikir sudah benar, apakah memang benar-benar sudah benar? Berpikir ulang tentang apa yang cocok dan tidak, apa memang sudah pantas begini dan begitu. Seni sangatlah luwes, flexibel, prinsiple, tapi pada suatu hari bisa pula berubah keras kepala sampai dibilang tak tau pendirian, plin plan dan bingung.
Pasrah saja bila seniman dibilang begitu. Sedikit banyak tujuan seniman berubah-ubah pendiriannya adalah untuk mengembangkan karya-nya. Karena tentu saja, mereka itu gampang bosan. Ingin berkarya lagi tapi pikiran mentok, ide tak ada, akhirnya karya lama di putar-putar lagi, di-recycle ulang, sampai dia bilang ini karya baru, padahal itu-itu aja. hahaha…

Seni merupakan hasil ekspresi manusia tentang keindahan ( Melalatoa, 1989 : 26 ) Ya saya percaya Seni sangat berhubungan dengan keindahan, biasa orang Bali sebut “klangenan”. Yaitu bisa berarti  kegemaran, yang membuat perasaan nyaman, damai bahagia, meskipun sudah di nikmati berkali-kali, tapi tetap saja tak bosan-bosan mencicipi. Itulah keindahan seni. Secara Umum, Pengertian Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan indah orang lain.

Itu arti pada umumnya, di buku. Dan kalau ada orang  yang nanya pengertian seni, kasih aja jawaban di buku biar selesai masalah. Padahal seni tidak pernah selesai, seni itu tidak umum. Tiap kali nanya, saya selalu tidak puas dengan jawaban orang lain, juga di buku-buku, dan mungkin juga teman-teman nggak puas dengan jawaban saya karena memang saya bukan alat pemuas . (*.*) Begitulah kegelisahan saya dengan menentang teori-teori, namun wajar karena pertentangan adalah tanda kehidupan berdegup kembali. Kadang justru pas lagi duduk-duduk di depan rumah, ada anak kecil nyelonong, dia sedang main robot-robotan bergumam sendirian. Kemudian saya curi dengar obrolan dialog antara anak kecil dan robotnya. Ternyata obrolan anak itu lebih menjawab kegelisahan pertanyaan saya dengan memuaskan! Meskipun anak itu tidak bermaksud menjawab pertanyaan yang muter di kepala. Dan begitulah proses tanya jawab antara aku dan saya.

Oke kalau di tanya orang awam, sejarah pantomim itu darimana sih? = Yunani sejak tahun 600 sebelum Masehi ( menurut Encyclopedia Britanica ) Beres sudah jawaban singkat padat jelas. Karena itu ada dalam buku. Entah versi siapapun. Ujian di sekolah ada pertanyaan kayak gitu tinggal jawab itu aja, beres dapat nilai dan “benar” katanya. Lahir mungkin memang sudah beres, tapi sama sekali belum tuntas di batin, maka tentu banyak pertanyaan lagi di kepala saya, apakah Indonesia tidak punya sejarah pantomim sendiri? Jaman Majapahit , jaman kerajaan atau di waktu yang sama seperti di Yunani, bukankah Mbah-mbah kita lebih sakti dan mumpuni?  Apalagi cuma sekedar menguasai seni bercerita dengan gerak. Semar, petruk, Gareng bukankah kadang mereka berpantomim juga? karena ini nggak di ekspose aja, jadi kita hanya percaya awal pantomim dari Yunani. Sebuah peristiwa bisa menjadi penting, kalau dia mendapat eksposing. Padahal sebetulnya kita sendiri punya dan tidak kalah hebat dari mereka.

Kita belum tentu salah dan mereka juga tidak sepenuhnya benar, begitu juga sebaliknya. Lebih-lebih ngomongin benar salah dalam kesenian bukanlah tempatnya. Hanya logika yang membicarakan ilmu pasti. Sedangkan seni merupakan barang abstrak, Bila ada yang mengkategorikan sebuah kesenian dan mereka mengelompokkan jenis seni = ini masuk surealis, dadaisme, realis, absurd atau apapun dan jujur memang saya kurang menguasai aliran. Sebab saya setuju bahwa aliran hanya ada dua, yaitu aliran listrik dan aliran air (*.*) Menurut saya seni itu lebih dari hanya sekedar kategori. Seringkali di dalam suatu drama, genre = tragedi-komedi-satire-horror-metal-science fiction-absurd-rockdangdut bercampur jadi satu, yang justru membuat kaya rasa sebuah pementasan. Maka tak elok kalau kita menyebut misalkan sebuah pementasan A masuk aliran “tragedi tok”. Saya pikir dia lebih dari itu. Dan bukan urusan saya mengelompokkan jenis seni, saya harap teman-teman tidak perlu fokus mengurusi sebuah kategori. Tugas kita sebagai seniman adalah berkarya, mencipta, menghibur masyarakat. Saya sangat setuju dengan Mas Putu Wijaya, beliau pernah menulis:

“ Bahwa dalam dunia kesenian. Kotak-kotak pengkategorian itu sebenarnya tidak pernah ada. Jadi yang membuat kategori atau yang mengelompokkam adalah yang melihatnya, bukan keseniannya. Karena itu, kategori akan tergantung dari pandangan atau tafsiran yang melihat atau yang menelitinya. Lahirnya kesenian bukanlah untuk bisa masuk dalam kategori secara jelas, melainkan yang lebih penting adalah untuk bisa menyenangkan seniman dan penontonnya. Yang utama sekarang adalah dalam melihat suatu pertunjukan kita bisa melihat unsur-unsur nya. Di situ ada gerak, seni peran, musik, nyanyian, properti, kostum, seting dan lain sebagainya” ( Putu Wijaya dalam kuliah umum di hari penghargaan Akademi Jakarta 21-12-2009 )

Seni juga menjadi tepat perenungan dan pemahaman kehidupan, namun tak jarang dia membunuh karakter nya sendiri, lalu dia hidupkan kembali. Cobalah lihat orang yang diberikan gelar pria tulen, macho plus berotot, jika dia “mau” menjadi seniman, maka dia harus ikhlas meninggalkan gelar “macho” nya untuk memasuki dunia baru yaitu gelar banci (misalnya). Bukankah itu pembunuhan karakter?
Tapi setelah selesai tugas, entah syuting, atau bermain peran di atas panggung, boleh lah dia menyandang kembali apa yang dia yakininya sebagai pria tulen.

Karena seorang aktor, harus mampu melebur kedalam semua karakter, itu kewajiban. Dia tak boleh memilih, karena dia telah dipilih. Mana ada orang yang mau bercita-cita menjadi pengemis? atau lebih ekstrem nya lagi,( mohon maap ) mana ada orang yang mau cacat fisik tak punya kaki? ? Sekali lagi mereka tidak meminta kepada Tuhan supaya dijadikan sebagai manusia normal, manusia super, cacat, atau berkepribadian ganda, atau mungkin manusia dengan otak super canggihnya –> “Stephen Hawking” yang juga memiliki kekurangan pada fisiknya. Mereka tidak memilih, kita tidak memilih, kita dipilih oleh Tuhan untuk “MENJADI”, “BORN TO BE”, ” TO BE OR NOT TO BE”, inilah diri kita dengan kurang lebih nya. Dimana kita mengemban tugas Tuhan untuk melestarikan kehidupan supaya lebih baik lagi, dengan segala macam ujian dan cobaannya. Kita mencari ilmu, mencari dimana, siapa, kemana diri ini, kita, saya, anda, kapan jantung cepat lambat, kenapa bisa begini dan begitu, dengan kesadaran penuh.

Kemudian kita MEMBANDINGKAN diri kita dengan orang lain, bukan cuma melihat orang yang lebih kuat dan besar saja, tapi juga melihat orang yang lebih kecil dan lemah. Agar kita pandai bersyukur kepada Tuhan. Bila kita lihai bersyukur, mudah saja kita maju terus pantang mundur, patuh kepada NYA. Cobalah anda mengeluh dan pesimis, tentu pikiran anda tidak bisa diajak untuk berkembang, apalagi tubuh anda, dan juga gerakan-gerakan nya.

Aktor atau seniman, harus mampu menerima, menerima peran nya di bumi yang sudah dikasih sama Tuhan. Entah itu menjadi manusia super atau bukan, seperti yang sudah disebutkan di atas. Yang jelas dia harus mampu serta KUAT untuk “MENERIMA”, begitulah tugas manusia seperti pesan leluhur kebudayaan di JAWA = ” NRIMO ING PANDUM ” ( MENERIMA APA YANG SUDAH DI BERIKAN ). Semua manusia telah “diberi” (pandum) oleh Tuhan, pemberian-Nya rata dan adil, jangan hanya melihat dunia Nya saja, akhirat yang kekal juga menjadi perhitungan Tuhan. Itulah pemberian-Nya. Tinggal kita pintar-pintar meletakkan hati, menyandarkannya kepada Tuhan.
Banyak manusia yang bunuh diri, karena dia “TIDAK TERIMA”, complain kepada Tuhan, tentang nasibnya, takdirnya, ini itu. Mengapa saya dilahirkan begini sementara yang lain begitu. Padahal sesungguhnya, ada yang lebih mengerikan kehidupannya, namun dia mampu menerima PANDUM TUHAN. Dia yakin bahwa PANDUM TUHAN-lah yang TERBAIK. Bukan pandum ( pemberian ) manusia, atau penilaian pemikiran manusia. Manusia menghitung dari NALAR. Tuhan menghitung lebih SEMPURNA. Jadi jangan coba coba TIDAK TERIMA. Menerima akan lebih baik bagimu. Akan lebih tenang dan nyaman, maju berkembang bila menerima.

Sama halnya seperti pekerjaan seorang seniman, dia harus menerima, menerima peran yang datang dan pergi, silih berganti. Menerima pesanan klien yang mungkin sangat tidak disukainya, tapi tetaplah dia harus melayani seorang klien. Bagaimana pula klien tidak dilayani? seniman akan terhambat rejekinya, prestasinya, belum lagi kalau dia bekeluarga menghidupi anak istrinya. Suka dan tidak suka dia harus menerima, dan mengerjakan pekerjaannya.
Meskipun mungkin, peran WARIA yang menghampiri. Tidak mudah untuk menerima ( ikhlas ) hal itu. Tapi jika dia mampu,tentu akan banyak pengalaman hidup nya, tabungan perasaannya. Maka dia menjadi manusia seutuhnya, selain “MENJADI” dirinya, dia mampu “MENJADI” orang lain. Itu artinya dia mampu memikirkan-merasakan apa yang waria ( wanita setengah pria ) pikirkan, dia mampu memikirkan dan merasakan apa yang orang buta alami. Dia mencintai semua orang, meski itu menyakitkan baginya.

Nabi Muhammad SAW mampu mencintai orang yang melukainya, menjenguk orang sakit meski yang sakit tadi melempari kotoran di wajahnya. Beliau mampu rutin setiap hari menyuapi orang buta, walaupun orang buta tadi menghina dan memfitnahnya tiap kali disuapi. Beliau sabar menyebarkan agama di negara yang dijangkiti kebodohan ( jahiliyah ), di tempat dimana orang-orang memiliki kebudayaan BAR-BAR, orang-orang itu tidak memakai akal, hanya kekerasan yang dia kenal. Kalau mereka tak suka, lempar batu, pukul sana tendang sini.

Bila Nabi Muhammad “mau” membalas perlakuan orang kasar tadi, dia pasti akan dibantu oleh angin, gunung, laut, agar di balaskan kelakuan tidak sopan orang BAR-BAR itu. Tapi bukan Nabi Muhammad namanya jika dia tidak indah, dia sabar, bahkan dia mendoakan cucu orang-orang yang mencelakainya dengan doa yang sangat baik. Meskipun orang jahat tadi, menikah saja belum.

Keindahan ini hanya terdapat pada hati sejernih Muhammad SAW, ingat? Seni boleh berhubungan dengan keindahan. Dan beliau memiliki keindahan yang tak tertandingi. Beliau termasuk aktor yang hebat, mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang sangat tidak masuk akal. Gimana caranya mengajarkan keBAIKan kepada orang yang sudah terlanjur JAHAT? gimana caranya menularkan kePINTARan kepada orang yang terlanjur BODOH? Hanya Nabi Muhammad yang bisa. Kita manusia, yang mungkin pernah mengajar di suatu sekolah ( bukan orang BAR-BAR yang kita hadapi ), melihat murid yang bercanda di kelas saja, ingin rasanya menggigit kupingnya. Ahaha, itu pernah saya alami.

Mana yang lebih indah? marah atau sabar? mana yang lebih mudah? Membalas orang yang melempari batu ke muka kita? atau justru memaafkannya, plus bonus menjenguknya saat dia sakit? Sabar itu susah, memaafkan itu HARD LEVEL, VERY VERY DIFICULT. Ternyata untuk mencapai keindahan seperti seorang Nabi dibutuhkan latihan ekstra. Karena kebaikan itu sifatnya naik, maka menguras tenaga. Sedangkan keburukan sifatnya menurun, maka hampir semua orang dapat melakukan nya. Seperti naik tangga tentu susah, tapi turun tangga = mudah sekali.
Seni merupakan ilmu komunikasi, dia menggunakan bahasa yang terkadang sulit untuk dipahami. Hanya sebagian orang yang bisa memaknai seni, tentunya lewat keindahan hatinya. Dengan seni, kita tidak hanya mendengar melalui telinga, bukan melihat hanya sebatas dari mata. Rasa yang diutamakan disini. Bukan dilidah, bukan juga “cuma” dihati, atau dijantung, jangan dijabarkan, jangan dimengerti, mungkin RASA bisa di RASA kan ditempat lain.NIKMATI SAJA KEINDAHAN NYA.

KREATIF

Creative kata dasarnya adalah create yaitu mencipta. Potensi mencipta membuat orang menjadi seniman, Potensi mencipta membedakan seorang seniman dengan orang biasa. Potensi mencipta juga menyebabkan seorang seniman berbeda dengan seniman yang lain. Potensi mencipta menyebabkan kesenian menjadi sesuatu yang terus bergerak, mencari dan memperbarui. Potensi mencipta menyebabkan seniman senantiasa gelisah, memburu dan membaru ( berinovasi ). Dengan berpikir kreatif, keterbatasan menjadi potensi yang luar biasa.  Dengan berpikir kreatif, ternyata keterbatasan tidak akan benar-benar membatasi. Keterbatasan tentang apa saja, justru akan memacu akal kita bekerja. Lalu muncul usaha, kiat untuk mengatasi keterbatasan itu dengan jalan keluar yang baru. Segala sesuatu yang baru tentu saja membutuhkan keberanian dan usaha untuk mencoba. Sebelum akhirnya terbukti dapat menggantikan cara lama dengan hasil yang sama atau justru yang lebih baik.

Kita mengenal teman kita yang daya ciptanya tinggi jika didukung fasilitas dan sarana yang lengkap. Sebaliknya ada pula teman yang lain menjadi sangat kreatif kalau sedang kepepet atau dalam tekanan. Ada juga yang bisa mencipta dalam suatu suasana tertentu, misalkan sedang kasmaran, mabok, sedih dan lain sebagainya. Ada juga yang mencipta kalau ada tantangan, imbalan, kalau ada deadline atau keinginannya yang hendak dia capai. Semua memiliki kapasitas mencipta yang berbeda beda.

Mencipta adalah “memaksa” membuat sesuatu yang belum ada dari apa saja yang ada. Bukan dari sesuatu yang tak ada. Tak perlu menunggu sampai semua persyaratan atau unsurnya ada terlebih dahulu. Sekilas ini memang kelihatan seperti membuat sesuatu “seadanya”. Namun pengertian “seadanya” di sini tidak pasif, melainkan justru aktif : mengolah semaksimal mungkin apa yang ada. Dengan memanfaatkan apa yang ada, kita seringkali menemukan sesuatu yang kita butuhkan ada, namun tak terpikirkan sebelumnya. Persis seperti slogan teater mandiri “ Bertolak dari yang ada”. Memaksimalkan sesuatu yang kita punyai adalah puncak pengalaman paling istimewa, dibanding menunggu-nunggu sesuatu yang belum ada dan belum jelas keberadaannya. Sampai waktu di dunia ini habis pun belum melakukan apa-apa.

Kreatifitas ibarat mengedit semuanya, sehingga keterbatasan, kekurangan – yang meliputi apa saja – jadi terjembatani. Walhasil, segala yang tak mungkin jadi mungkin segala yang tidak nyambung jadi “Gathuk” ( nyambung bhs Jawa ). Kreatifitas menjadi senjata yang sakti. Nyawa dari seorang seniman.

BAHASA

Pantomim memiliki bahasa yang luas, universal. Semua orang dapat langsung memahami nya, semua negara, suku adat, bisa cepat dekat dengan pantomim, karena bahasa yang di pakai adalah bahasa tubuh.
Bukankah semua orang memiliki tubuh? tapi tidak semua orang “merasa” memiliki Indonesia, bahkan orang Indonesia sendiri. Tak semua orang memiliki Spanyol, Amerika, Brazil, Norwegia, Tegal, Papua, Ambon, sebab, cara kita berkomunikasi dengan kesepakatan budaya masing-masing sungguh sangat jauh berbeda. Bahasa verbal dipakai baru-baru ini, dengan kesepakatan dan tatanan bahasa yang terus berkembang dari tahun ketahun, abad ke abad. Namun bahasa tubuh “PATEN”, Sang Ibu langsung dapat memahami bayinya yang menangis kelaparan, meski pun bayinya belum mengerti syair puisi dan kosa kata. Si bayi tanpa bicara, dapat mengungkapkan ekspresinya dan langsung dapat di tangkap oleh Ibunda tercinta, terdeteksi sudah bahwa dia ini sedang bosan digendong, punggungnya kepanasan karena kelamaan telentang, tak betah digendong orang lain, tak kerasan di rumah orang. Si bayi seolah berpidato kepada orang mengungkapkan keluh kesahnya, dan hanya Ibu yang bisa menerjemahkan maksud si Bayi. Mungkin ini juga bahasa ruh, hubungan erat antara Anak dan Orang Tua.

Ketika anak beranjak dewasa merantau jauh kuliah, Ibu bisa mendengar anaknya sedang susah. Tanpa perlu dibantu teknologi komuniksai secanggih apapun. Tubuh mengeluarkan gelombang, energi, yang sangat jujur. Ketika dia berkeringat di ruangan yang panas, dan atasan nya bertanya ” apakah perlu saya ambilkan kipas angin?” dan dia menjawab ” oh tidak perlu pak, sudah cukup”. Padahal sebenarnya dia menginginkan kipas angin itu, dengan alasan tidak enak dengan orang lain, dia mampu menutupinya. Tapi tubuh tak bisa menutupi kejujuran. Seseorang yang sedang jatuh cinta, walau dia belum mengatakannya lewat kata-kata, itu akan terlihat jelas nyata dari gerakan-gerakan tubuhnya.
Memang tak semua orang bisa membaca bahasa tubuh, hanya orang-orang tertentu. Terutama orang-orang yang memiliki kepekaan perasaan yang jauh mendalam.
Banyak sekali teori-teori yang dijelaskan dalam buku mengenai tata cara mudah mengenali bahasa tubuh. Namun itu hanyalah asumsi dan opini, tak sepenuhnya benar. Karena tubuh juga merupakan bahasa gambar, visual, yang memiliki jutaan makna. Anda pernah melihat 1 foto yang artinya cukup mendalam, dia tak bisa gamblang diartikan. Karena maknanya masih banyak lagi. Bahkan kata-kata pun tak dapat lagi menggambarkan maksudnya, saking luasnya.

Maka tak masuk akal sebenarnya, dengan budaya industri yang serba cepat seperti sekarang ini. Aktor FTV menghapal dialog yang script nya baru diterima di pagi hari, kemudian beberapa jam kemudian dia langsung membeberkan semuanya di kamera. Si aktor mengatakan “i love u”, “aku sayang kamu”, “aku benci dia”, “aku marah”, dan lain sebagainya yang ternyata cuma sebatas dari ucapan saja, seperti burung beo yang tak mengerti maksud dari “assalamualaikum”, seperti mengaku beragama tapi membunuh banyak orang. Ketika mulut berucap, dan hati tidak mengikuti, sama seperti robot yang mencicipi masakan dari Master Chef. Robot bilang enak, sementara Sang Master Chef ini bisa saja mencampuri masakannya dengan bangkai tikus, atau nasi basi. Robot tak memiliki rasa, dia hanya bisa bilang enak, iya, tidak, mengerti, paham, walaupun sebenarnya NOL BESAR.

Robot bisa pasti-pasti, sedangkan manusia tak terprediksi, bisa pasti bisa juga ada kemungkinan yang lain yang lebih baik daripada hanya sekedar pasti. Manusia luwes, sedangkan robot kaku dan keras
“Manusia itu lembut & luwes, yang mati itu kaku & keras | Tanaman dilahirkan lunak & lentur | yang mati itu rapuh & kering | Siapapun yang lunak & mengalah adalah murid kehidupan | yang keras & kaku akan hancur | yang lembut & luwes (flexibel) akan menang” ‪#‎LaoTzu (ˊ•_•ˋ)

Di sinilah arti penting pantomim, yang mengedepankan bahasa hati, bahasa qolbu yang menancap ke sanubari orang yang mendengar nya. Ketika dialog dari hati ke hati dilakukan, hubungan sesama manusia bisa dapat encer dan lentur. Dia akan mampu memahami maksud teman nya, walau temannya belum berbicara kepadanya. Dia tak mudah tersinggung, tak mudah sakit hati, tak gampang terluka, karena hatinya sudah terlatih.
Damai, nyaman dan tenang, itu yang diplihnya, sebab amarah, dendam, dan resah sungguh sangat tidak enak. Bukankah hidup terlalu pendek jika hanya diisi dengan ketidak nyamanan? Semua orang memilih bahagia. Bagaimana dapat bahagia bila hatinya tidak lentur, mengalah , pasrah, menyayangi, mengasihi, nyaman dan damai?
Mungkin itulah maksud dari pantomim. Dari kesenian yang terus ada. Banyak sekali yang ingin saya tulis mengenai pantomim atau kesenian. Tapi banyak juga yang tak dapat saya gambarkan, tidak dapat saya ungkapkan melalui barisan huruf-huruf yang kebenaran nya, belum lah teruji. Kekurangan disana sini semoga bisa menadi PR bagi saya untuk terus memperbaiki, semacam mobil yang kerap kali harus di servis karena penggunaannya setiap hari. Ibarat pakaian yan terus menerus bersih dicuci setelah dipakai setiap kali. Kotoran akan selalu ada, namun jangan lupa untuk terus membersihkannya. Salam PANTOMIME

Palembang, 24 Agustus

 

Banon Gautama